Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PAROTIS DI RUANG OK

SENTRAL RSUP PERSAHABATAN RAWAMANGUN

JAKARTA TIMUR

DISUSUN OLEH :

BARI IBRAHIM RAZAQ

201603006

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

PROGRAM PROFESI NERS

2017
LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG

TUMOR PAROTIS

1. Defenisi

Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor

biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti

masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001)

Tumor-tumor jinak  dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis

dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006)

Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi

sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah

kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.  (kamus kedokteran Dorland edisi

29, 2005)

2. Anatomi Fisiologi

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva

mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar

submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981)

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di

depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang

meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk, 1990; Rensburg, 1995).

Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis

melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran
parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di

seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak

pada dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis

bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping

frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat

saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.

Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara

mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan

kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar

frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar

labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis

terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada

di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar

mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan

dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus

(Rensburg, 1995).

Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini

bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum

lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal
memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak

di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995).

Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama

yang mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di

mulut,  melihat, membaui, dan memikirkan makanan.

Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung

musin, enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja

secara fisis dan secara kimiawi.

3. Etiologi

1. Idiopatik

Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat

nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi

virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.

2. Genetik

Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari

pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan

segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk

penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel

memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran  yang tidak terkendali semua sifat sieat

kanker fragmen fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia

obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon   dengan perkembangan kanker

tertentu  telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi

karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.

4. Faktor imunologis 

Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk

mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi}

berbeda secara antigenis  dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun

tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh

nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun

sedang lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)

4. Patofisiologi

Kelainan peradangan Peradangan  biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer

difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd

oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi yang

sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari

tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik

sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma.

Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus vasialis.

Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri  pada permukaan

lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis,

dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak

bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.

Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga

dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh

peradangan tonsil yang berulang.

PATHWAY

Kelenjar saliva mayor

kelenjar saliva mayor kelenjar saliva minor

kelenjar parotis,submandibularis,sublingualis kelenjar palatinal

Genetik, Idiopatik, Bahan-bahan kimia, Faktor imunologis murni mukus

terletak di lipatan glossopalatinal

pembengkakan pada kelenjar parotis pembengkakan abnormal

ganguan pendengaran, peradangan tonsil Gangguan rasa nyaman nyeri

Gangguan Asupan Nutrisi Gangguan komunikasi verbal, dan non


verbal
5. Tanda dan gejala
1.       Adanya benjolan yang mudah digerakkan

2.       Pertumbuhan amat lambat

3.       Tidak memberikan keluhan

4.       Paralisis fasial unilateral (Shirley E. Otto, 2003)

6. Klasifikasi

Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah, (Thackray, 1972). Tumor –

tumor epithelial

1. Adenoma

1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)

2) Monomorph adenomas

(1) Adenolimfoma (tumor dari warthin)

(2) Oxifil adenoma (onkositoma)

(3) Jenis-jenis lain (tipe lain)

2. Tumor muko epidermoid

3. Tumor sel asinus

4. Karsinoma

1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)

2) Adenokarsinoma

3) Karsinoma planoselulare

4) Undifferentiated carcinoma

5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)


7. Komplikasi

            Komplikasi – komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di kelompokkan

sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi

adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan penghentian ketergantungan

alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi

tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka dan gejala sisa nya. Pengobatan

radiasi pra operasi diberikan dalam dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi.

Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin

terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi. (Schwartz ,2000)

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan rontgen

Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut

sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan

metastasis hematogen.

Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras

(sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau

berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk

membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah

dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan

ganas. (Zwaveling, 1985)

2. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap, urin.


2) Laboratorium patologi anatomi

3. Pemeriksaan CT-Scan

Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil

biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi.

Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi

(pengangkatan) Glandula submandibularis dan glandula sublingualis.

Tumor – tumor jinak    : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah dengan

sebagian daerah sekitarnya.

Tumor-tumor ganas     : Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas kedua kelenjer

ludah, radioterapi.

Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu

kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda

penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial

terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah

eksisi. MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan

penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton,

berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi

limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah

radioopak. (Schwartz, 2000)


b. Penatalaksanaan non medis

Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan

dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan penyakit yang mematikan dan

pengobatan nya melewati kemoterapi. Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil

membunuh kanker, tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan

menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai pembunuh kanker,

walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun silam. Menurut

hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak

mengandung senyawa acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik

atau membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan

lebih baik bila di konsumsi berbarengan dengan herbal jenis lainnya seperti sambiloto,

temu putih atau temu mangga. Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan

saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.

Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama

dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari

data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.

1. Pengkajian umum :

1)  Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal pengkajian,

diagnosa medis, rencana terapi

2)  Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat
3)  Alasan masuk rumah sakit

2. Data riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien pernah

menderita tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai kontrasepsi hormonal, pil

,suntik dalam waktu yang lama, Riwayat klien sebelumnya sering mengalami

peradangan kelenjer parotis.

2) Riwayat kesehatan sekarang perlu diketahui:

(1) Lamanya sakit : Lamanya klien menderita sakit kronik / akut

(2) Factor pencetus : Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi,

aktifitas tertentu

(3) Ada tidak nyakeluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada,

malaise

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau

kronis.Menderita penyakit kanker atau tumor.

3. Pemeriksaan fisik

1)     Keadaan umum

2)     TTV

3)     Tingkat kesadaran

4)     Rambut dan hygiene kepala : Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga

ada lesi, memar,dan bentuk kepala

5)     Mata : Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil


6)     Gigi dan mulut : Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna

lidah, peradangan pada tonsil.

7)     Leher

(1)  Inspeksi dalam keadaan istirahat

Pembengkakan yang abnormal, Penderita juga diperiksa dari belakang.

Kulitnya abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar kelenjer ludah dan melakukan

pemeriksaan intraoral

(2) Inspeksi pada gerakan

Dinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan otot-otot, trismus fiksasi pada

sekitarnya ada pembnengkakkan atau tidak.

(3) Palpasi

Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari tangan

lainnya dari luar. Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya (dalam ukuran cm),

bentuk, konsistensi dan fiksasi kepada sekitarnya.

(4) Stasiun-stasiun kelenjer regional

Selalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar, lokalisasi, konsistensi, dan

perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan pemeriksaan klinis daerah

kepala dan leher seluruhnya.

8) Dada / thorak : Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi perubahan pola

nafas dan lain-lain

9) Cardiovaskuler : Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan

irama jantung
10) Pencernaan/Abdomen : Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising

usus

11) Genitalia : Kebersihan dan keluhan lain nya

12) Ekstremitas : Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.

13) Aktifitas sehari-hari

Pada aktifitas ini biasanya  yang perlu diketahui adalah masalah, makan,

minum, bak, bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan

tumor parotis tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien tidak ada

mengeluhkan nyeri sebelum dilakukan operasi.

14) Data social ekonomi : Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan

hubungan dengan keluarga

15) Data psikologis : Kesadaran emosional pasien

16) Data spiritual : Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang

bertentangan dengan kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

gangguan pada lambung sekunder akibat dari terapi radiasi.

2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang terapi radiasi, takut terhadap

aspek-aspek tindakan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan (insisi bedah)

4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi (Doenges,

1999)

DAFTAR PUSTAKA
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta

Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume  III, EGC, Jakarta

Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan, Alih

bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung

Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan

/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai