Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN CA BULI

DI RUANG ANGGREK TENGAH KANAN

RSUP PERSAHABATAN RAWAMANGUN

JAKARTA TIMUR

DISUSUN OLEH :

REZA R NAINGGOLAN

201603037

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

PROGRAM PROFESI NERS

2017
LAPORAN PENDAHULUAN CA BULI

A. Konsep Dasar
1. Anatomi dan Fisiologi
Buli-buli adalah organ berongga yang dindingnya terdiri dari otot-
otot halus yang disebut muskulus detrusol. Otot ini terdiri dari yang arah
seratnya sedemikian rupa sehingga bila berkontraksi menyebabkan buli-
buli mengkerutdan volumenya mengecil. Di bagian distal yaitu dekat dasar
panggul  (Diafgrama Urogenital) otot detrusor membentuk tabung dan
melapisi uretra posterior.
Lapisan sebelah  dalam dari buli-buli adalah mukosa yang terdiri
dari epitel sel transisi. Disebelah luar dilapisi oleh serosa dan bagian
fundus (kubah) ditutup oleh peritonium. Bila buli-buli penuh  peritonium
terdesak kekranial. Buli terletak dirongga perut bagian bawah, tepatnya
didalam rongga pelvis dan extra peritonial. Berada tepat dibelakang simfis
pubis. Pada pria dibagian belakang berdekatan dengan rektum dan pada
wanita  berdekatan dengan uterus dan vagina. Berbeda dengan traktus
urinarius bagian atas (ginjal dan ureter), maka untuk traktus urinarius
bagian bawah, buli ke distal, persyaratan amat penting peranannya untuk
menjalankan fungsi organ tersebut. Persyarafan buli dan uretra
dilaksanakan oleh  system syaraf otonom yang terdiri dari parasimpatis
dan simpatis. Persyarafan ini berpusat di medula spinalis segmen
torakolumbal. (Th XII – LIII) dan segmen sakral II-IV ( parasimpatis) (R.
Syamsu Hidayat, 1997) 
Terdapat tiga fungsi penting dari buli yaitu reservoir, ekspulsi urin,
dan anti reflek. Sebagai reservoir, buli-buli manusia mempunyai kapasitas
antara 200 sampai dengan 400 ML. Setelah miksi buli-buli diisi lagi
dengan urin yang datang dari ginjal. Selama pengisian ini sampai
kapasitasnya terpenuhi, tekanan dalam buli-buli tetap rendah, kurang dari
20 cm H20. bila buli-buli penuh dindingnya teregang dan menyebabkan
rangsangan pada reseptor di dinding buli- buli, akibatnya tekanan dalam
buli-buli meningkat dan dirasakan sebagai perasaan ingin kencing. Pada
keadaan demikian uretra posterior otomatis membuka. Urin belum keluar
karena masih ditahan oleh sfingter eksterna yang terdiri dari otot bergaris
dengan persyasarafan sema omotoris yang bekerja secara disadari
( volunter ). Sfingter ini akan membuka bila di perintahkan oleh yang
bersangkutan. Pada waktu ekspulasi tekanan dalam buli- buli meningkat
antara 70 – 100 cm H20. Urin yang ada dalam buli-buli tidak akan
mengalir ke arah ginjal. Arah ureter bagian distal yang serong. Panjangnya
ureter intravesikal serta lokasinya yang submukos menyebabkan terjadinya
mekanisme klep yang mencegah urin ke arah ginjal ( refluk ) ( R> Syamsu
Hidayat, 1997 ).
2. Definisi dari Karsinoma Buli-Buli
Kanker buli – buli adalah kanker yang mengenai organ buli – buli
(kandung kemih). Buli – buli adalah organ yang berfungsi untuk
menampung air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli – buli telah penuh
maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau
kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus.
3. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui.
Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa
faktor resiko yaitu :
a. Usia, resiko terjadinya kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia
b. Merokok. Merupakan faktor resiko yang utama. Rokok mengandung
amin aromatic dan nitrosamine yang merupakan jenis hidrokarbon
didalam TAR. Zat ini akan meningkatkan resiko terkena kanker buli.
c. Lingkungan pekerjaan , beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk menderita kanker ini karena ditempatnya bekerja
ditemukan bahan – bahan karsinogenik ( penyebab kanker ). Misalnya
pekerja industry karet, KIMA, dll
d. Pria , memiliki resiko 2 – 3 kali lebih besar.
e. Riwayat keluarga , orang–orang yang keluarganya ada yang menderita
kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya perubahan Gen tertentu
yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
4. Klasifikasi
a. Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-
MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
1.       T = pembesaran lokal tumor primer
Ditentukan melalui : Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy,
pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau
transurethral reseksi.
No KODE KET
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor,
2 Tx
tak dapat dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang
4 T1
bergerak
Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding
5 T2
buli-buli.
Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular
6 T3
yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
7 T3a Invasi otot yang lebih dalam
8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke
11 T4b
dalam abdomen
2. N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
No KODE KET
Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe
1 Nx
regional tidak dapat ditemukan
Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar
2 No
lymfe regional
Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional
3 N1
yang homolateral
Pembesaran kontralateral atau bilateral atau
4 N2
kelenjar lymfe regional yang multiple
Masa yang melekat pada dinding pelvis
5 N3 dengan rongga yang bebeas antaranya dan
tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

3.       M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang


jauh. Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
No KODE KET
Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan
1 Mx
adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

b. Type dan lokasi


Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa
1 Efidermoid Ca cell, anaplastik, invasi yang dalam dan cepat
metastasenya
2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas
urachus
Sering terjadi pada anak-anak laki-laki
3 Rhabdomyo sarcoma (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan
biasanya fatal
Primary Malignant Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
4
lymphoma menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
Ca dari pada kulit, Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli,
5 melanoma, lambung, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat
paru dan mammae terjadi

5. Patofisiologi
Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke
lamina propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan
organ lainnya. Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous
menunjukkan metastatis tumor pada kelenjar limfe regional, paru, tulang,
dan hati.

Stadium (staging) penting untuk menentukan program pengobatan.


Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Ta : Tumor terbatas pada epithelium.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : Tumor sampai dengan lapisan otot superfisial.
T3a : Tumor sampai dengan otot dalam.
T3b : Tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : Tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih,
prostate, uterus, vagina, dinding pelvis, dan dinding
abdomen.
6 WOC
7. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Ca Buli – buli yaitu :
a.       Kencing campur darah yang intermitten
b.      Merasa panas waktu kencing
c.       Merasa ingin kencing
d.      Nyeri suprapubik yang constan
e.       Panas badan dan merasa lemah
f.       Nyeri pinggang karena tekanan saraf
g.      Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi
kandung kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara
bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar
untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.

8. Komplikasi
a. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklus

9. Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium.
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah dalam
air kemih. Tanda adanya anemia dapat dijumpai bila terjadi
perdarahan yang umumnya terjadi pada tumor yang sudah lanjut atau
dapat pula ditemukan tanda adanya gangguan fungsi ginjal berupa
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila
tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter (saluran kemih).
b.      Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi
Intra Vena (PIV) digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita
yang memiliki persangkaan keganasan saluran kemih termasuk juga
keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya
filling defect (kelainan) pada buli-buli juga dapat mengevaluasi ada
tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan
oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat yang
digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Foto toraks (rongga dada) juga perlu dilakukan
untuk melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
c.       Sistoskopi dan biopsy. Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli)
dan biopsi mutlak dilakukan pada penderita dengan persangkaan
tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan
pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli
sekaligus dapat dilakukan biopsi (pengambilan jaringan tumor) untuk
menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi
selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan ).

10. Penatalaksanaan
a.       Operasi.
Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih
atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat
seluruhnya melalui sistoskopi. Tetapi sering terbentuk kanker yang baru,
kadang di tempat yang sama, tetapi lebih sering terbentuk di tempat yang
baru. Angka kekambuhan bisa dikurangi dengan memberikan obat anti-
kanker atau BCG ke dalam kandung kemih setelah seluruh kanker
diangkat melalui sistoskopi. Pemberian obat ini bisa digunakan sebagai
pengobatan pada penderita yang tumornya tidak dapat diangkat melalui
sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus
dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan
sistoskopi. Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh
kandung kemih (sistektomi). Kelenjar getah bening biasanya juga
diangkat untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar atau
belum.Terapi penyinaran saja atau dikombinasikan dengan kemoterapi
kadang bisa mengobati kanker. Jika kandung kemih diangkat seluruhnya,
maka harus dipasang alat untuk membuang air kemih.Biasanya air kemih
dialirkan ke suatu lubang di dinding perut (stoma) melalui suatu saluran
yang terbuat dari usus, yang disebut ileal loop. Selanjutnya air kemih
dikumpulkan dalam suatu kantong. Cara untuk mengalihkan air kemih
pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat, digolongkan ke
dalam 2 kategori:
1.      Orthotopic neobladder
2.      Continent cutaneous diversion.
Pada kedua cara tersebut, suatu penampung internal dibuat dari usus.
Pada orthotopic neobladder, penampung ini dihubungkan dengan uretra.
Penderita diajarkan untuk mengosongkan penampung ini dengan cara
mengendurkan otot dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam
perut, sehingga air kemih mengalir melalui uretra.
Pada continent cutaneous urinary diversion, penampung ini dihubungkan
dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong luar, karena
air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh
penderita dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut
ke dalam penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara
teratur. Kanker yang sudah menyebar diobati dengan kemoterapi.

b. Radioterapy.
1.      Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated
pada grade III-IV dan stage B2-C.
2.      Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis
3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan
iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu
setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi
tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
c.       Chemoterapi. Obat-obat anti kanker :
1.      Citral, 5 fluoro urasil
2.      Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy
merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin
(adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai.
Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai
pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8
sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat
diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Identitas Pasien.
2.         Riwayat Keperawatan
a)       Keluhan Utama : Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada
benjolan pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri
diseluruh tubuh terutama dipinggang.
b)       Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa
nyeri sera sulit BAB.
c)        Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
d)      Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko.
e)        Riwayat psikososial dan spiritual.
f)         Kondisi lingkungan rumah.
g)       Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan,
pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan
obat, minuman keras).
3.         Pemeriksaan Fisik
a)       Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
b)      Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
c)        Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
d)       Eleminasi
Gejala : Perubahan gejala BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
e)        Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
f)         Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
g)        Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
h)        Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
i)          Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
j)          Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
k)        Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf,
inflamasi).
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi / iritasi kandung
kemih.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf,
inflamasi).
Ø  Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri
pasien terkontrol.
Dengan kriteria hasil:
· Skala nyeri berkurang sampai hilang.
· Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri.
Ø  Intervensi:
1)  Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
R : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan
asuhan
2)  Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi,
ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
R : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau
malah menyebabkan komplikasi
3) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan
seperti mendengarkan musik atau nonton TV
R :Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri
4) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi,
visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutic
R : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan
stress dan ansietas
5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu
R : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauh mana klien mampu menahannya serta untuk
mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi.


Ø  Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan
pola eliminasi urine kembali normal.
Dengan kriteria hasil :
·  Tidak ada nyeri saat BAK.
Ø  Intervensi :
1)  Observasi output dan intake cairan selama 24 jam.
R : Untuk mengetahui tingkat keparahan obstruksi yang terjadi agar
dapat di jadikan acuan dalam melakukan indakan keperawatan
selanjutnya
2) Anjurkan pasien mempertahankan intake cairan yang adekuat.
R : Agar dpa memperlunak sehubungan dengan obstruksi yang terjadi
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa kanker kandung kemih
menyebabkan iritasi kandung kemih sehingga terjadi urgensi.
R : Mengurangi tingka kecemasan keluarga dan memnambah
pengetahuan tentang kanker kndung kemih pada keluarga
4) Kolaborasi pemberian analgesik atau antipasmodik
R : Untuk mengurangi gejala iritasi saat BAK dan menghambat
kontraksi kandung kemih yang tidak stabil.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
Ø  Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 7x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien adekuat.
Dengan kriteria hasil :
·   Porsi makan pasien habis.
·   Pasien menunjukkan berat badan stabil, hasil lab normal dan tidak
ada tanda malnutrisi.
Ø  Intervensi:
1) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai
dengan kebutuhannya.
R : Memberikan informasi tentang status gizi klien.
2) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati
penurunan berat badan
R : Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat
badan klien
3) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan
intake cairan yang adekuat
R : Kalori merupakan sumber energi
4) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas
R : Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang
menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi
stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas
5)  Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga
R : Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri
6)  Berikan pengobatan sesuai indikasi ( Tindakan Kolaborasi)
R : Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan
meningkatkan status kesehatan klien

4. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan


kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan
tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi
simpatetik
Ø  Tujuan :
·  Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
·  Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
·  Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan
Ø  Intervensi :
1) Berikan informasi tentang prognosis secara akurat
R : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami
proses penyakitnya
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah,
takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi
yang sesuai
R : Dapat menurunkan kecemasan klien
3) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien
mempersiapkan diri dalam pengobatan
R : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan
dan efek sampingnya
4) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
R: Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat
5) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan
wajar
R : Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia
benar-benar ditolong
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai