Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH I ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN HEMOROID
Disusun untuk Memenuhi Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 Dosen Pembimbing : Agus Nurdin, SKp, M. Kep
CI Pembimbing : Aang Beni Sudiantoro, S. Kep, NS, M. Kep

Disusun Oleh :
Lina Andriyani
(P2.06.20.2.19.062)
2B Keperawatan

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA


WILAYAH CIREBON
Jl. Pemuda No. 38 Telp. (0231) 203556, 200277, 3374155
2020/2021
A. Pengertian Hemoroid
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah
pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea
dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa
(submukosa) di atas atau di dalam linea dentate (Nurarif & Kusuma, 2015).
Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum bawah, mirip dengan
varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di daerah anorektal
menyebabkan wasir (Kardiyudiani & Susanti, 2019).
B. Etiologi Hemoroid
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang di sebabkan oleh faktor-
faktor resiko/pencetus, seperti:
a. Mengedan pada buang air besar yang sulit
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
terlalu lama duduk sambil membaca, merokok)
c. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor
abdomen)
d. Usia tua
e. Konstipasi kronik
f. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
g. Hubungan seks peranal
h. Kurang minum air dan kurang makanan berserat (sayur dan buah)
i. Kurang olahraga/imobilisasi
C. Manifestasi Klinis
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum hemoroid
meliputi:
a. Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar
b. Gatal atau iritasi di daerah anus
c. Nyeri atau ketidaknyamanan
d. Pembengkakan di sekitar anus
e. Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan (wasir
trombosis).
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada hemoroid
yaitu sebagai berikut :
a. Pemeriksaan colok anus Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rectum. Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan
vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskopi Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
c. Proktosigmoidoskopi Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
E. Patofisiologi
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal
yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada
vena. dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Interna (dilatasi sebelum spinter)
1) Bila membesar baru nyeri
2) Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
b. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1) Nyeri
2) Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi Hemoroid dapat
terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah
serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang bias, mengakibatkan
kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan
pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh venous return
(Muttaqin, 2011).
F. Penatalaksanaan
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), penatalaksanaan medis pada hemoroid
sebagai berikut :
a. Pengobatan di rumah
1) Konsumsi makanan berserat tinggi
2) Menggunakan perawatan topikal. Oleskan krim wasir atau supositoria
yang mengandung hidrokortison
3) Merendam anus secara teratur dalam air hangat
4) Menjaga kebersihan area anal
5) Menempatkan kompres es
6) Mengonsumsi pereda nyeri oral Pasien dapat menggunakan
acetaminophen, aspirin, atau ibuprofen sementara untuk membantu
meringankan ketidaknyamanan.
b. Obat-obatan Jika hemoroid hanya menimbulkan ketidaknyamanan ringan,
maka terapi yang diberikan yaitu pemberian krim, salep, supositoria, atau
bantalan.
c. Thrombectomy hemoroid eksternal Jika gumpalan darah (trombosis) telah
berbentuk pada wasir eksternal, dokter dapat menghilangkan bekuan dengan
sayatan dan drainase sederhana.
d. Prosedur minimal invasif Untuk perdarahan persisten atau wasir yang
menyakitkan, dokter dapat merekomendasikan salah satu prosedur minimal
invasif lain yang tersedia, meliputi ligasi karet gelang, injeksi (skleroterapi),
dan koagulasi (inframerah, laser, dan bipolar).
e. Prosedur operasi Jika prosedur lain tidak berhasil atau pasien memiliki wasir
yang parah, dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan berupa
hemoroidektomi. Perawatan perioperatif menurut Rosdahl & Kowalski
(2017).
G. Pathway
Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk, kongesti renal

Tekanan intra abdomen

Hemoroid
Takut BAB

Prolaps Luka post operasi

Feses mengeras

Kurang Informasi

Konstipasi

Kurang pengetahuan,

penyakit,pengobatan

dan perawatannya Gangguan Eliminasi BAB

Kelemahan fisik Inflamasi mikroorganisme Diskontiunitas jaringan

Kurang perawatan diri Resiko Infeksi Nyeri

 ASUHAN KEPERAWATAN
H. PENGKAJIAN

a. Identitas
 Identitas Klien
Didapat dari wawancara langsung dengan pasien/keluarga atau dari status
pasien, dan kaji sesuai format, terutama yang sangat
mendukung/berhubungan dengan kasus.
 Identitas penanggung jawab
Orang terdekat atau yang sangat bertanggung jawab dalam perawatan pasien
dan penanggungjawab finansial
b. Lingkup Masalah Keperawatan/Keluhan Utama

Yang paling dirasakan sekali oleh klien saat dikaji/masalah- masalah yang
dirasakan oleh klien saat dikaji. Biasanya klien dengan hemoroid datang
dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.

c. Riwayat Penyakit

1) Riwayat Penyakit Sekarang

- Berisi data dasar yaitu data awal ditambah data saat dikaji

- Data awal: merupakan data perjalanan penyakit sampai beberapa saat


sebelum dikaji

- Data yang sangat dirasakan dikaji dengan PQRST

- Biasanya Klien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan


yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar
menetes

2) Riwayat Penyakit dahulu

- Penyakit yang pernah diderita oleh pasien baik yang berhubungan


dengan penyakit sekarang atau tidak
- Kaji predisposisi dari munculnya penyakit sekarang

3) Riwayat penyakit keluarga

- Kaji predisposisi dari penyakit yang diderita klien sekarang

- Kaji penyakit genetik, keturunan atau menular ; buat genogram

- Biasanya apabila ada anggota keluarga yang menderita hemoroid


maka anggota keluarga yang lain juga akan berisiko untuk menderita
hemoroid karena berhubungan dengan dinding pembuluh darah yang
lemah dan tipis yang diturunkan.

d. Riwayat Psikologi
Berisi tentang konsep diri:
1) Citra Tubuh
- Kaji persepsi klien terhadap tubuhnya (bagian yang disukai
dan yang tidak disukai)
- Kaji bagaimana citra tubuhnya saat dikaji

2) Identitas Diri

- Status dan posisi klien sebelum dirawat

- Bagaimana sekaang dengan keadaan sakit

3) Fungsi Peran (penampilan peran)

- Tugas/peran klien dalam keluarga/masyarakat


- Perubahan yang terjadi saat klien sakit/dirawat
- Bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut

4) Ideal Diri

- Harapan klien terhadap penyakitnya dan penyembuhan,


keterbatasan, penderitaan
- Harapan klien terhadap lingkungan sehubungan dengan dengan
keadaaanya (keluarga, masyarakat, pekerjaan)
5) Harga Diri

- Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi (a, b, c,


d). Bagaimana dalam berhubungan dengan orang lain akibat
keadaan yang menyimpang di atas (a,b,c,d)
- Bagaimana penilaian klien terhadap pandangan orang lain dalam
keadaan sekarang/sakit
e. Riwayat Sosial

- Hubungan pasien dengan keluarga, masyarakat, perawat/tenaga


kesehatan akibat sakitnya

- Hubungan/aktivitas pasien sebelum sakit di masyarakat


f. Riwayat spritual

- Bagaimana kehidupan beragama (ibadah) sehubungan


keadaanya sekarang (sakit)

- Bagaimana keyakinan pasien terhadap sakitnya

- Bagaimana spirit pasien untuk kesembuhan

g. Activity Dailly Living


- Pola Nutrisi
Dikaji mengenai jenis menu, frekuensi makan, porsi makan,
makanan pantangan dan keluhan makan. Kaji juga jenis
minuman, frekuensi minum, jumlah, pantangan dan keluhan.
- Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK
yang dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau
serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang
dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta
keluhan-keluhan yang dirasakan.
- Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur,
kebiasaan mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur.
- Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien dan kesulitan klien.
- Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan
personal hygiene frekuensi mandi, sabun, gosok gigi,
berpakaian.
- Ketergantungan
Dikaji ketergantungan dalam merokok, alcohol, obat-obatan,
dan kopi
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Data umum:

Keadaan umum, kesadaran, TTV, TB, BB

b. Sistem pernafasan

- Keadaan hidung: kebersihan, nyeri, pernafasan cuping hidung

- Bentuk dada; normal, barrel chest, pectus excavatum, pectus


carinatum
- Postur tulang belakang; scoliosis, lordosis, kyfosis

- Gerakan dada: simetris antara kiri dan kanan

- Penggunaan otot-otot pernafasan

- Pernafasan: dypsnoe/apnoe, frekuensi, irama

- Palpasi daerah paru; pergerakan simetreis kiri dan kanan, taktil


premitus
- Perkusi; resonan/kelainan

- Auskultasi: bronchial, bronchovesikuler, vesikuler, ronchi,


rales, wheezing
c. Sistem kardiovaskuler

- Mata; keadaan konjungtiva anemis/tidak, terdapat arkus


senillis/tidak

- Mukosa bibir/lidah ; sianosis/tidak

- Gusi ; bengkak/perdarahan

- Apakah ada JVD/JVP

- Insfeksi getaran iktus kordis (PMI Point of Maksimum


Ictuskordis)

- Palpasi daerah katup-katup jantung; teraba getaran/tidak

- Perkusi daerah jantung; ada pembesaran/tidak


- Auskultasi S1, S2, apakah ada suara tambahan; gallof atau
murmur

- Cafilarry refill, clubbing finger, spinter haemorhagi

d. Sistem pencernaan

- Daerah mulut; bibir apakah kering/lembab, warna lidah dan


rongga mulut apakah merah muda/putih/kotor, gigi
lengkap/tidak, apakah ada caries, stomatitis, keadaan pharynx
dan tonsil apakah ada tanda infeksi
- Reflek mengunyah/menelan, apakah ada nyeri saat
menelan/mengunyah
- Abdomen; bentuk (flat, scaphoid, rounded) ada striae/tidak
atau spider naevi, jaringan parut ada/tidak; bising usus berapa
kali per menit
- Perkusi pekak daerah hati, suara timpani daerah lambung,
daerah lain resonan (kalau kembung biasanya tympani, kalau
ada masa biasanya dulnes)
- Palpasi apakah ada pembesaran hati, limpa atau ada masa
daerah abdomen
- Apakah ada nyeri tekan daerah epigastrium, nyeri tekan
abdomen bawah
e. Sistem perkemihan dan genetalia

- Inspeksi daerah genitalia; keadaan/kelainan, terpasang


kateter/alat bantu lainnya
- Palpasi daerah genetalia jika melihat ada kelainan

- Inspeksi dan palpasi daerah supra fubis; apakah ada distensi


kandung kemih atau rasa nyeri/ketidaknyamanan
- Palpasi ginjal kiri dan kanan dengan palpasi bimanual;
teraba/tidak

- Perkusi ginjal/daerah segitiga kostovertebra kiri dan kanan


dengan fist
- Perkusi : ada nyeri /tidak

f. Sistem genetalia

- Infeksi penyebaran dan pertumbuhan rambut pub’s keadaan


kulit

- Perhatikan setiap ada pembengkakan, ulkus dan palpasi untuk


mengetahui adanya nyeri tekan
g. Sistem Persyarafan

 Tingkat kesadaran : dengan menggunakan GCS

 Pengkajian nervus kranialis

 NI (olfaktorius); dapat membedakan bau

 N II (optikus) ; penglihatan baik/tidak, reflek pupil

 N III (okulomotorius) ; mengangkat kelopak mata atas,


kontraksi pupil, pergerakan bola mata, reaksi cahaya
 N IV (troklear) ; pergerakan bola mata ke kiri dan kanan

 N V (trigeminus) ; menutup rahang dan mengunyah

 N VI (abduscent) ; menggerakan mata ke atas dan ke


bawah

 N VII (fasial) ; otot ekspresi wajah, dahi dapat digerakan,


otot sekitar mulut dapat digerakan
 N VIII (akustikus); fungsi keseimbangan diperiksa dengan
tes Romberg, penderita berdiri tegak dengan mata tertutup,
bila pasien terhuyung-huyung dan jatuh berarti alat
keseimbangan tidak baik (disebut tes Romberg positif),
keseimbangan juga diperiksa dengan berdiri satu tumit
atau berjalan pada garis lurus. Memeriksa pendengaran
dengan garpu tala (tes Rinne, dan Weber, schwabach)
 N IX (glossopharingeus) N X (vagus) ; saraf-saraf ini diuji
bersamaan karena secara anatomi dan fungsinya saling
terkait. Ini di uji dengan gag refleks atau mengamati
elevasi bilateral langit-langit lunnak dengan cara pasien
disuruh mengatakan “ah”.
 N XI (accessorius); diperiksa dengan kemampuan
mengangkat bahu kiri dan kanan (kontraksi muskuilus
trapezius) dan gerakan kepala

 N XII (hypoglosus) ; diperiksa dengan menjulurkan lidah,


amati kesimetrisannya, gerakan lidah mendorong pipi kiri
dan kanan dari arah dalam.

h. Sistem penglihatan

- Diperiksa kesimetrisan bentuk mata kiri dan kanan, ada


tidaknya secret/lesi, reaksi pupil terhadap cahaya.
- Visus/ketajaman penglihatan diperiksa pada setiap mata, kiri
dan kanan satu persatu. Digunakan penglihatan yang dipasang
pada jarak 6 meter dari penderita. Teknik pemeriksaan; pasien
diminta untuk menyebutkan angka yang ditunjuk oleh
pemeriksa. Kemampuan menyebut angka yang ditunjuk oleh
pemeriksa. Kemampuan menyebut sampai deretan huruf yang
mana tercantum dalam otot type snellen. Atau menggunakan
koran pada jarak 30-50 cm.
- Visus mata emetrop diberi angka 6/6 ; normal

- Visus mata 6/60 hanya bisa menghitung jari-jari pada jarak 6


meter

- Visus mata 6/300 hanya bisa melihat gerakan jari-jari dari jarak
6 meter
- Visus 6 hanya bisa melihat terang dan gelap
- Mata buta/anopsia tidak melihat terang
i. Sistem Pendengaran
- Inspeksi keadaan telinga: kesimetrisan, ada tidaknya secret,
kemerahan atau lesi
- Palpasi daun telinga dan tragus ; ada nyeri /tidak

- Inspeksi dan palpasi daerah tulang mastoid; apakah ada


kemerahan, pembengkakan atau nyeri
- Uji kemampuan pendengaran

o Dengan bisikan/detak jam tangan

o Dengan menggunakan garputala 512 Hz (test Rinne,


Webber dan Schwabach)

o Hasil tes Rinne ; positif (AC>BC) / negatif (AC<BC)

o Hasil tes Weber : lateralisasi kiri/kanan atau tidak ada


lateralisasi
o Hasil tes Schwabach : memendek/memanjang/sama
dengan pemeriksa
j. Sistem Muskolektal

- Inspeksi dan palpasi struktur otot dan tulang pada daerah dada
dan punggung; apakah ditemukan kelainan? Bentuknya apa?
- Keadaan ekstremitas atas dan bawah (dimulai dari ekstremitas
atas)
- Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan dari masing-masing
ekstremitas, warna, keutuhan otot/kulit
- Palpasi; seluruh otot sekitar ekstremitas atas dan bawah terutama
daerah persendian, periksa tonus otot, ada/tidaknya rasa
nyeri/ketidaknyamanan
- ROM/RPS dari masing-masing sendi
Ekstremitas atas : bahu, siku, pergelangan dan jari-jari
Ekstremitas bawah: panggul, lutut, pergelangan dan jari-jari
- Kekuatan otot; periksa ke arah fleksi dan ekstensi dari masing-
masing sendi
5555 5555
5555 5555

Dengan sususna dari dalam ke luar masing-masing: Atas: siku,


sikut, pergelangan dan jari
Bawah; panggul, lutut, pergelangan dan jari Keterangan:
0 = Tidak teraba kontraksi otot

1 = teraba ada kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan

2 = RPS lengkap dengan bantuan untuk melawan gravitasi

3 = RPS lengkap bergerak melawan gravitasi

4 = RPS lengkap bergerak melawan gravitasi dan tahanan


ringan
5 = RPS lengkap bergerak melawan gravitasi dan tahanan
penuh
- Refleks
o Fisiologis: bisep, trisep, achiles

o Patologis ; bainski, brujinski, kernig, lesik Keterangan;

0= tidak ada respon 1 = berkurang/lemah, 2= normal, 3


= lebih dari normal/meningkat 4 = hiperaktif
- Koordinasi ekstremitas diuji dengan cara pasien menyentuh
hidungnya dengan jari telunjuk, kemudian jari telunjuk klien
yang satunya lagi, kemudian menyentuh jari telunjuk
pemeriksa. Pemeriksa kemudian memindahkan posisi jarinya
dan pasien mengulang gerkan yang sama
- Koordinasi ekstremitas bawah ; pasien disuruh berjalan lurus
ke depan setapak demi setapak dengan tumit dan jempol kaki
bersinggungan
- Kestabilan batang tubuh: pasien disuruh berdiri lurus dengan
mata tertutup pasien seharusnya dapat berdiri tegak dan tidak
jatuh. (fungsi serebelum dan keseimbangan struktur telinga,
saraf cranial VIII).
k. Sistem integumen

- Amati warna, turgor, kelembaban, tekstur, oedema, hygiene


dan kelainan-kelainan kulit dari kepala sampai kaki
- Amati juga keadaan rambut dan kuku

l. Sistem endokrin

- Kaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan


penyakit endokrin
- Pembesaran tiroid diperiksa dengan cara inspeksi

- Tiroid:

Inspeksi: bentuk dan besarnya

Palpasi ; dengan satu tangan dari samping atau dua tangan


dari arah belakang, jari-jari meraba permukaan kelenjar dan
pasien diminta menelan. Dalam keadaan normal: kelenjar
tiroid tidak dirasakan perbedaannya dengan jaringan
disekitarnya

Auskultasi: Bruit tyroid mungkin merupakan suatu


keganasan karena aliran darah dan pembuluh darah
bertambah banyak (neo- vaskularisasi)
Data Penunjang:

Biasanya yang diperlukan dalam pengkajian data penunjang yaitu data


laboratorium dan hasil pemeriksaan colonoscopy yang sangat menunjang
dalam pengkajian penyakit hemoroid, pemeriksaan EKG (jika ada),
pemeriksaan thoraks (jika ada), dan pemeriksaan lainnya.
Terapi/ pengobatan:
Di kaji data pengobatan seperti obat non parenteral, obat parenteral, dan
obat intra vena (jika ada) berapa dosis yang diberikan oleh perawat dan
kapan waktu pemberian obat.
I. DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan patologi penyakit (hemoroid) di buktikan
dengan mengeluh nyeri, bersikap protektif (waspada, menghindari nyeri),
nafsu makan berubah dan berfokus pada diri sendiri
Kode : D.0077
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan gastrointestinal di buktikan
dengan (varises/hemoroid)
Kode : D.0012
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi
3. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
Kode : D.0032
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
4. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan dower
catether)
Kode : D.0142
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi

J. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

Nyeri akut TIU 1. Identifikasi 1. Mempermudah


berhubungan
Setelah dilakukan lokasi, dalam
dengan patologi
penyakit asuhan keperawatan karakteristik, memberikan
(hemoroid) di
selama 5x24 jam durasi, intervensi
buktikan dengan
mengeluh nyeri, diharapkan nyeri frekuensi, selanjutnya
bersikap
akut dapat teratasi kualitas dan 2. Mempermudah
protektif
(waspada, TIK kuantitas dalam
menghindari
nyeri), nafsu Setelah dilakukan nyeri. meringankan rasa
makan berubah
asuhan keperawatan 2. Identifikasi nyeri
dan berfokus
pada diri sendiri. 2x24jam diharapkan faktor yang 3. Guna
nyeri menurun memperberat mengidentifikasi
dengan kriteria hasil dan Tingkatan nyeri
: memperingan pasien.
 Mengeluh nyeri nyeri 4. Musik yang
menurun 3. Memberikan lembut dapat
 Berfokus pada Identifikasi menimbulkan efek
diri sendiri skala nyeri menenangkan dan
menurun 4. Mengajarkan dapat mengalihkan
 Gelisah teknik non perhatian pasien
menurun farmakologis terhadap nyeri

 Sikap protektif (teknik yang dirasakan.

menurun distraksii) 5. Ruang tenang dan


5. Menyediakan mendukung dapat
ruangan meningkatkan rasa
tenang dan nyaman pasien
mendukung 6. Tanda-tanda vital
6. Memonitor stabil
tanda-tanda menunjukkan
vital sebelum toleransi aktivitas
pemberian baik.
analgetik 7. Pemberian
7. Kolaborasi analgetik dapat
pemberian meredakan nyeri
obat analgetik yang dirasakan
oleh pasien

Risiko TIU 1. Identifikasi 1. Mengetahui


perdarahan
penyebab penyebab dari
berhubungan Setelah dilakukan
dengan
gangguan asuhan keperawatan perdarahan perdarahan
gastrointestinal
3x24jam diharapkan 2. Anjurkan 2. Dapat
di buktikan
dengan resiko perdarahan membatasi mengurangi
(varises/hemoroi
dapat teratasi. aktivitas resiko terjadinya
d)
3. Anjurkan perdarahan
TIK menghindari 3. Dengan di
feses yang berikan
Setelah dilakukan
mengeras memakan buah
asuhan keperawatan
4. Anjurkan papaya klien
1x24jam diharapkan
mengatur dapat BAB
perdarahan menurun
fungsi kolon dengan mudah
dengan kriteria hasil
melalui diet, 4. Klien dapat
:
olahraga dan mempertahankan
 Pemarahan anus
pengobatan fungsi klien
menurun
dengan baik
 Perdarahan pasca
operasi menurun

Risiko deficit TIU 1. Indentifikasi 1. Mencegah


nutrisi
status nutrisi ketidakseimbanga
berhubungan Setelah dilakukan
dengan 2. Monitor n nutrisi
ketidakmampuan asuhan keperawatan
asupan 2. Untuk mengetahui
mencerna 3x24jam diharapkan
makanan makanan secara dini apabila
deficit nutrisi dapat
3. Berikan terjadi kekurangan
teratasi.
makanan nutrisi
tinggi serat 3. Nutrisi serat tinggi
TIK
4. Mo untuk
Setelah dilakukan nitor berat badan melancarkan
asuhan keperawatan eliminasi fekal
1x24jam diharapkan 4. Untuk menilai
deficit nutrisi keadaan dehidrasi
menurun dengan
kriteria hasil :
 Porsi
makanan yang
dihabiskan
meningkat
 Frekuensi
makan
membaik
 Nafsu makan
membaik
Risiko infeksi TIU 1. Monitor 1.
berhubungan
tanda dan gejala Mende
dengan tindakan Setelah dilakukan
invasif infeksi local dan teksi adanya
(pemasangan asuhan keperawatan
sistemik tanda dari
dower catether) 3x24jam diharapkan
2. Periksa infeksi
infeksi dapat
perineum atau 2.
teratasi.
robekan Untuk
3. Bersihkan area mengetahui
TIK
anus secara terjadinya
Setelah dilakukan teratur. infeksi tidak
asuhan keperawatan 4. Kolaborasi 3.
1x24jam diharapkan Pemberian obat Mende
infeksi menurun teksi adanya
dengan kriteria hasil luka pada
: daerah anus
 Kemampuan dan klien
mengidentifik merasa
asi factor nyaman saat
risiko di bersihkan
meningkat 4. Cefotaxim
 Kemampuan adalah salah
menghindari satu obat
factor risiko antibiotik
meningkat sefalosporin
yang
berfungsi
untuk
membunuh
bakteri
penyebab
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif,H.K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis. Jakarta: Mediaction publishing.

Kardiyudiani & Susanti. 2019. Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta. PT.


Pustaka Buku.

Mutaqin,Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan gastrointestinal: Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, anak, bedah, penyakit
dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rosdahl,C.B., & Kowalski,M.T.2017. Buku Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC

PPNI.2017. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1”. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.2019. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1”.Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1”.Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai