Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

CANDIDIASIS ORAL

A. Defenisi Candidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur
Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi oportunistik
dengan insidensi tertinggi (Nasronudin, 2008).Kandidiasis
bersifat oportunistik, artinya, infeksi tersebut disebabkan
oleh organisme yang sebenarnya merupakan flora normal di
kulit, saluran cerna, dan saluran kemih, namun dapat
menjadi patogen pada host yang imunokompromis (Kayser et al, 2005).
B. Klasifikasi Candidiasis
Berbagai jenis kandidiasis mempunyai ciri khas yang bergantung pada alat-alat yang
terkena. (Conant, 1971dalam Siregar, 2005) membagi kandidiasis dalam beberapa
kelompok meliputi: kandidiasis selaput lendir, kandidiasis kutis, dan reaksi id.
1. Kandidiasis selaput lendir, misalnya:
a. Kandidiasis oral Disebut juga “Oral trush”,
Memberi gambaran klinis berupa stomatitis akut. Pada selaput lendir mulut
tampak bercak-bercak putih kekuninggan yang timbul dari dalam selaput lendir
yang merah yang disebut membran palsu.membran palsu ini dapat meluas sampai
menutupi lidah dan palatum mole.
Kandidiasis oral pada
mukosa bibir, tampak bercak-
bercak berupa membran palsu
Lesi-lesi ini dapat juga terlepas
dari selaput lendir sehingga dasarnya tampak merah dan mudah berdarah.
Penderita selalu mengeluh sakit, terutama bila waktu tersentuh makanan.
Kandidiasis oral ini banyak diderita oleh bayi baru lahir. penderita penyakit
manahun yang mendapat antibiotik dalam waktu lama, atau penderita keganasan
yang mendapat obat sitostatik atau pengobatan dengan radiasi.
b. Perlece
Kelainan tampak pada kedua sudut mulut, yang terjadi perlunakan kulit yang
mengallami erosi. Dasarnya merah dan bibir menjadi pecah- pecah, kemudian
terjadi fisura pada kedua sudut mulut. Faktor
predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini ialah
kekurangan vitamin B2 (riboflavin), pada orang tua yang
tidak dapat menutup mulutnya dengan baik hingga air
liur keluar terus. Hal ini akan menyebabkan maserasi kedua sudut mulut.
c. Kandidiasis vaginitis dan vulvovaginitis
Vaginitis karena kandida selalu disertai oleh vulvovaginitis.Hal ini disebabkan
terjadi kontak langsung dari sekret-sekret
vagina yang mengalami infeksi sehingga
daerah vulva ikut mengalami infeksi.Pada
mukosa vagina terlihat ada bercak putih
kekuningan, meninggi dari permukaan, yang
disebut vaginal trush.Bercak-bercak ini
terdiri dari gumpalan jamur kandida,
jaringan nekrotik, dan sel-sel epitel. Dari liang vagina keluar sekret vagina yang
mulala encer kemudian menjadi kental dan pada keadaan yang menahun tampak
seperti butir-butir tepung yang halus. Di dalam gumpalan sekret ini terdapat
elemen-elemen kandida dan epitel, dan secara kontinuitatum menyebabkan infeksi
di daerah vulva senhingga terjadi vulvovaginitis.
Labia minora dan mayora membengkak dengan ulkus-ulkus kecil bewarna
merah disertai dengan daerah yang erosi. Kelainan ini dapat menjalar sampai ke
kulit sekitarnya hingga seluruh kulit lipat paha dan perineum menjadi merah,
bengkak, erosi, dan terdapat lesi-lesi satelit.Penderita selalu merasa gatal, panas,
dan sakit pada waktu buang air kecil.Faktor predisposisi untuk timbulnya
vulvovaginitis adalah kegemukan.Diabetes militus, higiene yang kurang, infeksi
kronis di dalam vagina dan serviks, serta pengaruh obat-obat antihamil dan
kehamilan.
d. Kandidiasis balantis dan balanoptisis
Sering terjadi pada pria yang tidak dikhitan, di mana glans penis tertutup terus
oleh preputium. Balantits tampak berupa bercak-bercak eritema dan erosi pada
glan penis dan sering disertai dengan
pustulasi. Kelainan ini dapat meluas sampai
sokrotum, perineum, dan kulit di lipat paha,
yang terlihat daerah-daerah eritematosa dan lesi-lesi satelit disertai rasa gatal dan
rasa sakit atau panas.Faktor predisposisi ialah tidak dikhitan, kegemukan,
peminum alkohol, hiperhidrosis, diabetes militus, penderita penyakit kronis atau
keganasan dan pemakai obat-obat antibiotik atau sitostatik.
e. Kandidiasis mukokutan kronis
Biasanya banyak ditemukan pada anak-anak dan penderita yang mengalami
bermacam-macam defisiensi.Kelainan-kelainan yang timbul berupa bercak-bercak
pada daerah-daerah mukokutan, erosi, dan pada perasaan timbul rasa panas dan
gatal. Penyakit ini merupakan infeksi persisten oleh kandida yang mengenai yang
resistensi terhadap semua pengobatan topikal karena penyakit ini sering disertai
dengan infeksi bakteri lain, dan karena adanya gangguan imunologik yang
bersifat herediter.
2. Kandidiasis kutis meliputi:
a. Lokalisata: intertriginosa dan daerah perianal
1) Kandidiasis intertriginosa
Lesi-lesi timbul pada tempat predileksi, yaitu daerah-daerah lipatan
kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipat paha, intergluteal, antara ari-jari
tangan dan jari-jari kaki, sekitar pusat, dan lipat leher.Kelainan yang tampak
berupa kemerahan kulit yang terbatas tegas, erosi dan berisik.Lesi-lesi tersebut
sering dikelilingi oleh lesi-lesi satelit berupa vesikel-vesikel dan pustula
milier, yang bila memecah
meninggalkan daerah-daerah yang
erosi dan selanjutnya dapat
berkembang menyerupai lesi-lesi
primernya.
Kelainan pada sela-sela jari
sering ditemukan pada orang yang
banyak berhubungan dengan air,
seperti tukang cuci atau petani sawah,
orang-orang yang memakai kaus dan
sepatu terus-menerus. Kandidiasis pada
kaki dan sela-sela jari ini sering
dikenal “kutu air”. Kulit di sela-sela
jari menjadi lunak, terjadi maserasi dan dapat mengelupas menyerupai kepala
susu. Faktor predisposisi kandidiasis intertriginosa ini ialah diabetes melitus,
kegemukan , banyak keringat, pemakaian obat-obat antibiotik, kortikosteroid.
Sitostatik, dan penyakit-penyakit yang mrnyebabkan daya tahan tubuh
menurun.
2) Kansdidiasis perianal
Infeksi kandida pada kulit sekitar anus, yang banyak ditemukan pada
bayi-bayi, dikenal sebagai kandidiasis popok ( Diaper rash). Hal ini sering
disebabkan oleh popok basah yang tidak segera diganti sehingga
menyebabkan iritasi kulit sekitar
genitalia dan anus.Popok yang basah
menyebabkan maserasi kulit, dan
karena adanya lubang-lubang alamiah
(anus) yang banyak mengandung
kandida maka dapat tumbuh dengan
subur dan terjadilah kandidiasis perinal
dan kandidiasis popok.Kulit di sekitar
anus, lipat paha, kemaluan, perineum, dan lipat pantat menjadi merah, erosi,
dan bersisik halus putih.Pemakaian antibiotik dan kortokosteroid dapat
menjadi faktor yang mempermudah terjadinya infeksi kandida di daerah-
daerah ini.
b. Kandidiasis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin. Biasanya daerah intertriginosa ikut terkena,
seperti lipat payudara, intergluteal, umblikus, ketiak, lipat paha, sering disertai
glossitis, stomatitis, dan paronikia. Kelainan dapat berupa eksematoid yang
disertai vesikel-vesikel dan pusrula-pustula milier yang generalisata.
c. Kandidiasis kutis granulomatosa
Bentuk ini sering menyerang anak-anak.Lesi berupa papul merah yang
ditutupi oleh krusta yang tebal bewarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada
dasarnya, membentuk granuloma menyerupai tanduk. Lokasi tersering adalah
pada muka, kepala, tungkai dan di dalam rongga faring. Otomikosis ialah infeksi
jamur di ddalam liang telinga yang dapat disebabkan oleh Candida albicans.
Dikatakan bahwa 28,3% dari otomikosis disebabkan oleh kandida.
3. Reaksi id
Kandidiasis id (kandididid) merupakan reaksi alergi dari kandida. Infeksi
kandida dari suatu tempat dapat memberikan reaksi alergi di tempat lain. Kelainan-
kelainan yang timbul berupa vesikel-vesikel steril yang keras, sangat gatal, terutama
terdapat di telapak kaki dan tangan, sepanjang jari-jari atau tempat-tempat lain.
Apabila vesikel ini pecah terjadi skuamasi atau kulit yang mengelupas.Kelainan
alergi ini tidak dapat disembuhkan selama penyakit primernya belum sembuh.
Biasanya infeksi primer dapat disembuhkan dalam usus, vagina, atau sela-sela jari
kaki dan tangan.
C. Etiologi Candidiasis
Penyebab utama kandidiasis ialah Candida albicans. Spesies lain seperti Candida
krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, dan Candida
parapsilosis, umumnya bersifat apatogen.Kandida adalah tanaman yang termasuk ke
dalam kelompok jamur(Siregar, 2005). Menurut Lodder, 1970 (dalam Siregar, 2005),
taksonomi kandida adalah:
1. Termasuk kedalam kelompok Fungi imperfecti atau Deutromycota.
2. Famili : Cryptococcaccae
3. Subfamili : Candidoidea
4. Genus : Candida Spesies
Sel-sel jamur kandida berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan
ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ. Berkembang biak
denganmemperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora.
(Siregar, 2005).
Kandida dapat dengan mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan
membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni: menonjol dari permukaan
medium, permukaan koloni halus, licin, bewarna putih kekuning-kuningan, dan
berbau ragi. Jamur kandida dapat hidup di dalam tubuh manusia, hidup sebagai parasit
atau saprofit, yaitu di dalam alat percernaan, alat pernapasan, atau vagina orang
sehat. Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah menjadi patogen dan
dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis. (Siregar,
2005) Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah
jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang
yang mempunyai imun tubuh yang kuat.
Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang
mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam
pengobatan kortikosteroid dan tentu saja bayi yang system imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam
vagina ibu pun terdapat jamur candida. Bayi bias saja mendapatkan jamur ini dari
alat-alat seperti dot dan kampong atau bias juga mendapatkan candida dari vagina ibu
ketika persalinan. Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan
mulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan
sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya candida pada seseorang
digolongkan dalam dua kelompok :
1. Faktor endogen
a. Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada :
- Kehamilan, terjadi perubahan di dalam vagina
- Obesitas, kegemukan menyebabkan banyak keringat, mudah terjadi
maserasi kulit, memudahkan infestasi candida.
- Endokrinopatti, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang pada
kulitakan menyuburkan pertumbuhan candida
- Penyakit menahun, seperti tuberculosis, lupus eritematosus, karsinomadan
leukemia
- Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotic, kortikosteroid dan
sitostatik
- Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infus dan kateter.
b. Umur Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
iRmunologinya tidak sempurna.
c. Gangguan imunologis Pada penyakit genetic seperti Atopik dermatitis, infeksi
candida mudah terjadi.
2. Factor eksogen
a. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada lipatan
kulit, menyebabkan kulit maserasi, dan ini mempermudah invasi candida.
b. Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air mempermudah
invasi candida.
c. Kebersihan dan kontak dengan penderita. Pada penderita yang sudah terkena
infeksi (kandidiasis di mulut) dapat menularkan infeksi kepada pasangannya
melalui ciuman. Kedua factor eksogen dan endogen ini dapat berperan
menyuburkan pertumbuhan candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi
candida ke dalam jaringan tubuh.
D. Manifestasi Klinis Candidiasis
Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada
umumnyaberupa lesi ± lesi putih atau area eritema difus (Silverman, 2001). Manifestasi
klinis yangterlihat bervariasi tergantung dari bagian tubuh mana yang terkena, dapat
dilihat sebagai berikut :
1. Kandidiasis intertriginosa : Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang
gemuk,menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak,
lipatpaha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis
danumbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa.
Lesitersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil
atau bulayang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar
danberkembang seperti lesi primer.
2. Kandidiasis perianal : Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipebasah.
Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
3. Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga
padalipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis
danparonikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul.
Penyakitini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis
vagina ataumungkin karena gangguan imunologik.
4. Paronikia dan onikomikosis : infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitarnya
inimenyebabkan rasa nyeri dan peradangan sekitar kuku. Kadang-kadang kuku rusak
danmenebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya
berhubungandengan air.
5. Diaper rush : sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang
digantiyang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus
sebagai gejalasisa dermatitis oral dan perianal.
6. Kandidisiasis kutis granulomatosa : Kelainan ini merupakan bentuk yang
jarangdijumpai. Manifestasi kulit berupa pembentukan granuloma yang terjadi
akibatpenumpukan krusta serta hipertrofi setempat. Kelainan ini banyak menyerang
anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning
kecoklatandan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbulkan tanduk
sepanjang 2 cm,lokasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan
faring.
7. Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih
menempelpada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini bisa
dilepasdengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa
merupakanpertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes
atauAIDS. Pemakaian antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan
meningkatkankemungkinan terjadinya thrush.
8. Perléche merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan
retakandan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan
menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur.
9. Infeksi vagina (vulvovaginitis) sering ditemukan pada wanita hamil, penderita
diabetesatau pemakai antibiotik.Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning
darivagina disertai rasa panas, gatal dan kemerahan di sepanjang dinding dan daerah
luar vagina.
10. Infeksi penis sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra seksualnya
menderita infeksi vagina. Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik
(kadang menimbulkan nyeri) pada bagian bawah penis
E. Patofisiologi Candidiasis
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida albicans pada sel epitel mulut,
vagina, kulit, kuku, bronki atau paru-paru. Kemampuan melekat ini lebih baik pada
candida albicans dari pada spesies Candida lainnya. Kemudian candida albicans
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel
pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu candida albicans juga
mengeluarkan mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas
fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasicandida albicans
memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada
pejamu.
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans
serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya
perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu
dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan
dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta
invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah
enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.

Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di
bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik
dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat
dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau
sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih
lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya
Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua
bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu
percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan
bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon
(1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi
pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses
tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat
blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan
alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium
lanjut tampak hifa.

Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya
dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan
oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma. Pada
kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya
mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil
berwarna keputihan. Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru,
limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung
berupa proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah
koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang
kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi
klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang diinfeksinya.
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang
komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu. Faktor penentu
patogenitas kandida adalah :

1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat


menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah kandida yang
paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang
germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat
adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam
kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam
patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada
jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah
terjadi lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik.
Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi
jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak
secara mekanik.
5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.
albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :

1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida.
Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi
terjadinya kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam
mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau
membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk
memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat
penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan
bentuk kandida yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena
ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium
kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan
intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan
melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas
seluler pada penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan
penderita dengan infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan
terdapat fakta yang memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat
menghambat fagositosis.
a. Mekanisme imun seluler dan humoral : tahap pertama timbulnya kandidiasis
kulit adalah menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi
antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel. Kemudian kandida
mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid
membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah invasi
jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotaktik
neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan luar kandida
mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan mengaktifasi
komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin. Imunoglobulin ini
akan membentuk kompleks antigen-antibobi di permukaan sel kandida, yang
dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu kandida
juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.
b. Mekanisme non imun : interaksi antara kandida dengan flora normal kulit
lainnya akan mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti
glukosa.
c. Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat
mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari
dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein
merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas
adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida
albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans
berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila
terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.
F. Komplikasi Candidiasis.
Komplikasi terjadi jika kandidiasis menyebar ke organ-organ (disseminated
candidiasis), menimbulkan mikroabses di ginjal, jantung, selaput dan jaringan otak, serta
sumsum tulang. kerusakan pada paru menimbulkan bronkiektasi.
G. Pemeriksaan Penunjang Candidiasis
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan
adanyapemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 %
atau denganpewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud,
dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 C, koloni
tumbuh setelah 24-48jam, berupa yeast like colony.Identifikasi Candida albicans
dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
H. Penatalaksanaan Candidiasis
1. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium:
a. pH vagina pada pasien dengan VVC biasanya normal (<4.5). Bila lebih dari
4.7biasanya mengindikasikan bacterial vaginosis, trichomoniasis atau mized
infection.
b. Kultur kulit, untuk memastikan penyebab infeksi.
c. Pemeriksaan mikroskopik dengan goresan kulit menggunakan kalium hidroksida
untuk identifikasi hyphae (spora dan filamen jamur)
d. Pemeriksaan dengan sinar UV (lampu wood) dapat mengidenifikasi infeksi
jamur.Spora memancarkan cahaya biru-hijau dengan penyinaran ini.
Anamnesis disertai temuan klinis dan pemeriksaan mikroskopik sudah
memedai untuk menegakkan diagnosis kandidiasis pada sebagian besar pasien.
Pemeriksaan mikroskopissekret vagina dengan larutan KOH 10% akan
emperlihatkan hifa bercabang dan pembentukantunas (budding) khas kandidiasis.
Pemeriksaan ini bersifat diagnostik pada 65 % samapai85% perempuan simtomatik
(Sobel. 1999). Selama infeksi kandida, vagina mempertahankanpH normal 4.0
sampai 4,5. pada perempuan simtomatik, dan pada semua perempuan
dengankandidas rekuren, harus dilakukan biakan vagina apabila hasil
2. Pemeriksaan fisik
a. Lesi oral berbentuk flak putih dan rapuh yang melekat di lidah, mukosa pipi,
gingivaldan palatum.
b. Lesi kulit ditandai dengan terlihatnya pupula eritematosa, pistula dan sisik, sering
pada lipat kulit (ketiak, lipat paha, bawah payudara, sudut mulut, dan lipat kuku)
disertai dengan gatal.
Penderita mengeluhkan kemaluan sangat gatal, kdang-kadang sukar tidur dan
terdapat banyak bekas garukan. Sekresi seperti susu kental dan warna putih
kekuningan secret tidak berbau. Seringkali terdapat disuri yang khas yaitu suami
yang mengeluh preputium atau glanspenisnya gatal sekali pada pemeriksaan hapusan
terlihat jamur.Seringkali ditemukan adanya faktor predisposisi seperti Diabetes
Melitus, pemakaian antibiotika yang lama, defisiensivitamin, pemakaian hormon
kortikosterid dan kontrasepsi oral.

 Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :


1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2. Topikal
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:

a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat
ini tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5
hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan
flukonazol 150 mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang
dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
4. Khusus
a. Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap
kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau
mikonazol 2 kali sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan
dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100
mg 1-2 minggu.
b. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu
menggunakan bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan
pencegahan yang adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin,
amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.
c. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi
dapat dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau
solusio antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan
itrakonazol atau terbinafin.15
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas.
Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol.
Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol
mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran.
Hasilnya dalam penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi
bentuk ragi ke bentuk hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik
dari parasit.

Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi
tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri.
Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan
transport.
Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang
luas pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat
dalam sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala: Perubahan pola tidur.
Tanda : Tidur kurang, mata tampak mengantuk, skelra berwarna putih
kemerahan, garis hitam dibawah mata.
2. Sirkulasi.
Tanda : Pembentukan edema, kemerahan pada kulit yang terinfeksi, ulkus yang
dangkal.
3. Eliminasi.
Tanda : Nyeri setelah BAK.
4. Integritas ego.
Gejala : Perasaan cemas dan takut. Putus asa dan tidak
berdaya.
Tanda : Ancietas, murung, menarik diri.
5. Makanan / cairan.
Gejala : Ketidakmampuan mengkonsumsi makanan secara adekuat. Anorexia.·
Makan yang banyak.
Tanda : Kurus, penurunan berat badan, Turgor kulit buruk, Terlalu
gemuk / kegemukan.
6. Nyeri / ketidaknyamanan.
Gejala : Gatal – gatal didaerah yangterinfeksi, Terasa panas dan nyeri sesudah
BAK.
7. Keamanan.
Gejala :Riwayat defisiensi imun, Kulit lecet / kemerahan, Lesi kulit / ulkus pada
Kulit, Riwayat berulangnya infeksi jamur.
8. Hygiene.
Tanda : Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi, Kurangnya perawatan diri.·
Bau badan.
9. Intoleransi sosial.
Tanda : Kerusakan interaksi dengan keluarga, isolasi, Menarik diri dari
pergaulan.
10. Seksualitas.
Gejala : Pruritus perineal, Menurunnya libido, gangguan untuk melakukan
aktivitas seksual.
Tanda : Edema labiya minora, Keluarnya fluor albus, Gatal dan perih didaerah
vagina, Kemerahan sekitar gentalia.
11. Penyuluhan / Pembelajaran.
Gejala : Sering bertanya tentang keadaannya, Kegagalan untuk mengikuti
Perawatan, Kurangnya perawatan diri, Penggunaan antibiotik,
kortikostreoid yang lama.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (infeksi)
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi

C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen cedera biologis (mis:  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
infeksi, iskemia,  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
neoplasma), agen cedera Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi
fisik (misalnya luka bakar, tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
terpotong, mengangkat selama …. Pasien tidak ketidaknyamanan
berat, prosedur bedah, mengalami nyeri, dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk
trauma, olahraga kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
berlebihan), agens cedera  Mampu mengontrol  Kontrol lingkungan yang dapat
komiawi (misalnya luka nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
bakar, kapsaisin, metilen nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan
klorida, agens mustard) menggunakan tehnik kebisingan
nonfarmakologi untuk  Kurangi faktor presipitasi nyeri
Batasan karakteristik: mengurangi nyeri,  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Bukti nyeri dengan mencari bantuan) menentukan intervensi
menggunakan standar  Melaporkan bahwa  Ajarkan tentang teknik non
daftar periksa nyeri untuk nyeri berkurang dengan farmakologi: napas dala, relaksasi,
pasien yang tidak dapat menggunakan distraksi, kompres hangat/ dingin
mengungkapkannya manajemen nyeri  Berikan analgetik untuk
(misalnya neonatal infant  Mampu mengenali nyeri mengurangi nyeri: ……...
paint scale, paint (skala, intensitas,  Tingkatkan istirahat
assesment checklist for frekuensi dan tanda  Berikan informasi tentang nyeri
senior with limited ability nyeri) seperti penyebab nyeri, berapa
to communicate),  Menyatakan rasa lama nyeri akan berkurang dan
- diaforesis, antisipasi ketidaknyamanan dari
- dilatasi pupil, nyaman setelah nyeri prosedur
- ekspresi wajah nyeri berkurang  Monitor vital sign sebelum dan
(misalnya tampak kacau,  Tanda vital dalam sesudah pemberian analgesik
mata kurang bercahaya, rentang normal pertama kali
gerakan mata terpencar  Tidak mengalami
atau tetap pada satu fokus, gangguan tidur
meringis),
- fokus menyempit
(misalnya persepsi waktu,
proses berfikir, interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
- fokus pada diri sendiri
- keluhan tentang intensitas
menggunakan standar
skala nyeri (skala wong-
baker FACES, skala
analog visual, skala
penilaian numerik)
- keluhan tentang
karakteristik nyeri dengan
menggunakan standar
instrumen nyeri (misalnya,
McGill Pain Questionaire,
Brief pain inventory)
- laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas
(anggota keluarga,
pemberi asuhan)
- mengekspresikan perilaku
(gelisah, merengek,
menangis, waspada)
- perilaku distraksi
- perubahan pada parameter
fisiologis (tekanan darah,
frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan,
saturasi oksigen, endtidal
CO2)
- perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
- perubahan selera makan
- putus asa
- sikap melindungi area
nyerisikap tubuh
melindungi
Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure Management
kulitberhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin Anjurkan pasien untuk
and Mucous Membranes menggunakan pakaian yang
- Agen cedera kimiawi Wound Healing : primer longgar
- Agen farmaseutikal dan sekunder Hindari kerutan pada tempat tidur
- Faktor mekanik Setelah dilakukan Jaga kebersihan kulit agar tetap
(misalnya : alat yang tindakan keperawatan bersih dan kering
dapat menimbulkan luka, selama….. kerusakan Mobilisasi pasien (ubah posisi
tekanan, restraint). integritas kulit pasien pasien) setiap dua jam sekali
- Gangguan teratasi dengan kriteria Monitor kulit akan adanya
metabolisme/sensai, hasil: kemerahan
sirkulasi  Integritas kulit yang Oleskan lotion atau minyak/baby
- Immobilitas fisik baik bisa oil pada derah yang tertekan
- Kelebihan folume cairan. dipertahankan Monitor aktivitas dan mobilisasi
- Kurang pengetahuan (sensasi, elastisitas, pasien
tentang/pemeliharaan temperatur, hidrasi, Monitor status nutrisi pasien
integritas jaringan. pigmentasi) Memandikan pasien dengan sabun
 Tidak ada luka/lesi dan air hangat
Batasan karakteristik: pada kulit Kaji lingkungan dan peralatan
- Benda asing  Perfusi jaringan baik yang menyebabkan tekanan
menusuk permukaan  Menunjukkan Observasi luka : lokasi, dimensi,
kulit pemahaman dalam kedalaman luka,
- Kerusakan integritas proses perbaikan karakteristik,warna cairan,
kulit kulit dan mencegah granulasi, jaringan nekrotik, tanda-
terjadinya sedera tanda infeksi lokal, formasi traktus
berulang Ajarkan pada keluarga tentang
 Mampu melindungi luka dan perawatan luka
kulit dan Kolaburasi ahli gizi pemberian
mempertahankan diae TKTP, vitamin
kelembaban kulit dan Cegah kontaminasi feses dan urin
perawatan alami Lakukan tehnik perawatan luka
 Menunjukkan dengan steril
terjadinya proses Berikan posisi yang mengurangi
penyembuhan luka tekanan pada luka
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
- Agens farmaseutikal  Monitor warna dan suhu kulit
- Aktivitas berlebihan Setelah dilakukan  Monitor tekanan darah, nadi dan
- Dehidrasi tindakan keperawatan RR
- Iskemia selama………..pasien  Monitor penurunan tingkat
- Pakaian yang tidak menunjukkan : kesadaran
sesuai Suhu tubuh dalam batas  Monitor WBC, Hb, dan Hct
- Peningkatan laju normal dengan kreiteria  Monitor intake dan output
metabolisme hasil:  Berikan anti piretik:
- Penurunan perspirasi  Suhu 36 – 37C  Kelola
- Penyakit  Nadi dan RR dalam Antibiotik:……………………
- Sepsis rentang normal …..
- Suhu lingkungan  Tidak ada perubahan  Selimuti pasien
tinggi warna kulit dan tidak  Berikan cairan intravena
- trauma ada pusing, merasa  Kompres pasien pada lipat paha
Batasan karakteristik: nyaman dan aksila
- Apnea  Tingkatkan sirkulasi udara
- Bayi tidak dapat  Tingkatkan intake cairan dan
mempertahankan nutrisi
menyusu  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Gelisah  Catat adanya fluktuasi tekanan
- Hipotensi darah
- Kejang  Monitor hidrasi seperti turgor
- Koma kulit, kelembaban membran
- Kulit kemerahan mukosa)
- Kulit terasa hangat
- Letargi
- Postur abnormal
- Stupor
- Takikardi
- Takipnea
- Vasodilatasi
Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan
Nutrisi kurang dari a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan mencegah konstipasi
biologis, psikososial,atau tindakan keperawatan  Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi ketidakmampuan selama….nutrisi kurang membuat catatan makanan harian.
makan, ketidakmampuan teratasi dengan indikator:  Monitor adanya penurunan BB dan
mencerna makanan,  Albumin serum gula darah
ketidakmampuan  Pre albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
mengabsorbsi nutrien, kurng  Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan
asupan makanan.  Hemoglobin tindakan tidak selama jam makan
Batasan karakteristik:  Total iron binding  Monitor turgor kulit
 BB 20% atau lebih di capacity  Monitor kekeringan, rambut kusam,
bawah berat badan ideal.  Jumlah limfosit total protein, Hb dan kadar Ht
 Bising usus hiperaktif  Monitor mual dan muntah
 Cepat kenyang setelah  Monitor pucat, kemerahan, dan
makan kekeringan jaringan konjungtiva
 Diare  Monitor intake nuntrisi
 Gangguan sensasi rasa  Informasikan pada klien dan
 Kehilangan rambut keluarga tentang manfaat nutrisi
berlebihan  Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
 Gangguan sensasi rasa.
seperti NGT/ TPN sehingga intake
 Kelemahan otot
cairan yang adekuat dapat
pengunyah atau otot
dipertahankan.
menelan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler
 Kurang minat pada tinggi selama makan
makanan.  Kelola pemberan anti emetik:.....
 Kerapuhan kapiler  Anjurkan banyak minum
 Kesalahan informasi  Pertahankan terapi IV line
 Kesalahan persepsi  Catat adanya edema, hiperemik,
 Ketidak mampuan hipertonik papila lidah dan cavitas
memakan makanan oval
 Kram abdomen
 Kurang informasi
 Kurang minat pada
makanan
 Nyeri abdomen
 Penurunan berat badan
dengan asupan makan
adekuat
 Membran mukosa pucat.
 Sariawan rongga mulut.
 Tonus otot menurun
PATHWAYS

Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik yang


System imun turun RESIKO INFEKSI
tak terkontrol, immunodefisiensi

Gangguan keseimbangan flora


Pertumbuhan jamur normal di mulut (candida
yang tak terkontrol albicans)

KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

Menyerang system imun Timbul bercak


Proses infeksi
putih di mulut

Kandidiasis oral

Nyeri pada mulut


Menggumpal menutup
permukaan lidah
Nafsu makan
turun Candida bermetastase
Menghambat implus
syaraf pengecap
Ketidakseimbangan Ke faring
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh Tidak dapat
Nyeri pada faring
mengecap rasa

Proses peradangan
Gejala makin berat

Suhu tubuh Peningkatan hormon


prostatglandin, bradikinin, Bercak kemerahan
histamin dengan eksudat
Hipertermi berwarna putih

Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses:


Defenitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.

http://duniabakteri.com/2016/02/28/kandidiasis/

Kayser et al., (2005).Medical microbiology. New York: Thieme Stuttgart.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier.

Nasronudin., 2007. Penyakit Infeksi Di Indonesia Solusi Kini Dan Mendatang.Airlangga


University Press, Surabaya.

Siregar., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.Jakarta ; EGC.

Anda mungkin juga menyukai