Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN INTOKSIKASI MINYAK TANAH


1. LANDASAN TEORI
A Pengertian
Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih,tidak
berwarna,tidak larut dalam air.berbau dan mudah terbakar.termasuk dalam
golongan petroleum terdistilasi hidrokarbon.memiliki berat jenis 0,79.titik didih
163oC-204oC,titik beku -54oC.

B Penyebab
Meminum minyak tanah

Faktor Risiko
Insiden Intoksikasi Minyak Tanah :
 Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.
 Daerah perkotaan > daerah pedesaan
 Pria > wanita
Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Patofisiologi
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada
binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran
pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah.
Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera
menyebar secara luas pada paru.

Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan


napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu
terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari
aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.

Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada
lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat
menyebabkan depresi CNS ringan – sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar
adrenal, ginjal, dan abnormalit eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang
karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Minyak
tanah juga diekskresikan lewat urine.

1.5 Gejala dari intoksikasi hidrokarbon


Gejala dan Tanda
Gejala intoksikasi minyak tanah dapat dibagi menjadi gejala inhalasi dan
gejala akibat minyak tanah yang terminum. Gejala inhalasi dapat menimbulkan
euphoria yang menyerupai intoksikasi alkohol.
a. Gejala iritatif terhadap faring, esophagus, lambung dan usus halus dan dapat
menyebabkan perasaan terbakar pada mulut, tenggorokan, esophagus dan ulkus
pada mukosa.
b. Gejala fibriasi ventrikel, walaupun jarang terjadi. Fibriasi ventrikel ini
disebabkan karena minyak tanah menyebabkan sensitifasi jantung terhadap
katekolamin eksogen dan endogen (epinefrin, norepinefrin).
c. Gejala pada susunan syaraf pusat berupa mengantuk atau koma yang terjadi
segera setelah terminum minyak tanah.
d. Gejala pada paru berupa bronkopneumonia.
e. Bronkopneumonia ini bukan disebabkan oleh minyak tanah yang di absorbs
melalui oral atau ekskresi minyak tanah melalui paru, tetapi akibat aspirasi
trakeobronkial
Pada intoksikasi minyak tanah yang berat dapat pula dilihat kelainan pada urin
berupa albuminuria. Kematian biasanya timbul sebagai akibat asfiksia

2) Tindakan:
a) Jangan lakukan emesis
b) Bilas lambung hati-hati
c) Beri pencahar
d) Depresi pernafasan: Kafein 200-500 mg im
e) Pengawasan: kemungkinan edem paru.

Penatalaksanaan keracunan hidrokarbon


Harus diingat bahwa obat yang dapat menimbulkan muntah di kontra
indikasikan pada intoksikasi minyak tanah ini. Juga sebaiknya dihindarkan
mengingat bahaya inhalasi yang dapat ditimbulkan. Pemakaian adrenalin
sebaiknya dihindarkan, mengingat miokardium yang sudah sensitive terhadap
intoksikasi minyak tanah. Alkohol dan minyak mineral jangan diberikan sebab
mempermudah absorbs minyak tanah. Terapi yang sebaiknya adalah sebagai
berikut:
a. Terapi suportif
b. Pemberian O2
Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau berat bisa
dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan ventilator.
c. Kalau perlu lakukan i.v.f.d.
d. Antibiotika sebagai profilaksis
Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada intoksikasi
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang
sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-anak
dengan immunocompromized.
Bila gejala depresi susunan syaraf pusat jelas terlihat, dapat diberikan
kafein 200-500 mg dengen intra muskuler.

1.7 Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan intoksikasi


minyak tanah.
A. Pengkajian
1. Identitas klien (nama, umur biasanya sering terjadi pada anak usia
prasekolah sampai usia sekolah yaitu pada usia 1–4 tahun, jenis kelamin,
agama, suku bangsa atau ras, pendidikan, nama orang tua dan alamat)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu pada tanda-tanda vital, bau napas, tingkat kesadaran,
perubahan kulit, dan tanda-tanda neurologis.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan riwayat yang cermat dan terperinci mengenai apa, kapan, dan
seberapa banyak zat toksik yang telah masuk ke tubuh dan adanya bukti-
bukti racun (wadah, tanaman, muntahan).
4. Pemeriksaan fisik persistem
Pernapasan: muntah, tersedak, batuk, takipnea, bradipnea, sianosis,
mengorok
Integumen: kulit pucat, kemerahan, bukti luka bakar, nyeri, berkeringat,
hipertermia, hipotermia, asidosis metabolik
Membran mukosa: didapatkan bukti iritasi, perubahan warna putih,
perubahan warna merah, bengkak, bibir kering.
Neuromuskular: kelemahan, gerakan involunter, ataksia, pupil dilatasi,
pupil konstriksi, kejang
Perubahan sensori: ansietas, agitasi, halusinasi, konfusi, letargi, koma
Kardiovaskular: aritmia, peningkatan tekanan darah, penurunan tekanan
darah, takikardia, bradikardia, syok
GI: salivasi, ketidakmampuan membersihkan sekret, mual muntah, diare,
konstipasi, nyeri abdomen
Ginjal: oliguria, hematuria
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
tubuh secara tidak normal
2. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung
toksisitas hidrokarbon, proses inflamasi.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi,
kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.
4. Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan
kerentanan pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1:
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
tubuh secara tidak normal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Tidak
terjadi kekurangan cairan
Kriteria evaluasi: Keseimbangan cairan adekuat
- Tanda-tanda vital stabil
- Turgor kulit stabil
- Membran mukosa lembab
- Pengeluaran urine normal 1–2 cc/kg BB/jam
Intervensi:
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasional: Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi
pengeluran dan penggantian cairan.
b. Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Rasional: Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan
penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan
tambahan.
c. Catat adanya mual, muntah, perdarahan
Rasional: Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
hipordemia.
d. Pantau tanda-tanda vital
Rasional: Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan
kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).
e. Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim medis.
Rasional: Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume
cairanatau mencegah hipotensi.
f. Kolaborasi dalam pemberian antiemetik
Rasional: Antiemetik dapat menghilangkan mual atau muntah yang dapat
menyebabkan ketidak seimbangan pemasukan.
g. Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur.
Rasional: Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi
gastrointestinal.
h. Pantau studi laboratorium (Hb, Ht)
Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.

Diagnosa 2:
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas
hidrokarbon, proses inflamasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 30 menit diharapkan
Pola napas klien kembali efektif
Kriteria Evaluasi:
- RR normal : 14 – 20 x/menit
- Jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi:
1. Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan
Rasional: Efek hidrokarbon mendepresi SSP yang mungkin dapat
mengakibatkan hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan,
pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas
mungkin berubah-ubah secara drastis.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Rasional: Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk
untuk menigkatkan inflasi paru.
3. Dorong untuk batuk atau nafas dalam
Rasional: Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi
resiko atelektasis atau pneumonia.
4. Auskultasi suara napas
Rasional: Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
5. Berikan O2 jika dibutuhkan
Rasional: Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan
6. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA
Rasional: Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti
atelektasis atau pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.

Diagnosa 3:
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan
dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam
pemecahan masalah.
Kriteria Evaluasi:
- Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan
hidrokarbon.
- Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah
- Mampu melakukan hubungan atau interaksi sosial.
Intervensi:
1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.
Rasional: Menunjukkan penghargaan dan hormat
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya terhadap
masalah kehidupan.
Rasional: Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi
koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini
3. Tetap tidak bersikap tidak menghakimi
Rasional: Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan
keamanan pasien.
4. Berikan umpan balik positif
Rasional: Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan
menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi
Rasional: Keikut sertaan dihubungkan dengan penerimaan kebutuhan terhadap
bantuan, untuk bekerja.
6. Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan cara-cara
koping.
Rasional: Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya
dapat membantu menngkatkan kesadaran.
7. Berikan informasi tentang efek meneguk hidrokarbon
Rasional: Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-
organ vital bila menelan hidrokarbon
8. Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi
Rasional: Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.

Diagnosa .4
Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan
pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
Koping keluarga efektif.
Kriteria Evaluasi :
- Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi dalam
program individu dan keluarga.
- Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif.
- Melakukanperubahan perilaku.
- Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.
Intervensi :
1. Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing peran anggota keluarga
Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode sebelumnya dari koping
dengan masalah kehidupan.
Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat ini
3. Kaji tingkat situasi/fungsi saat ini dari anggota keluarga.
Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi.
4. Tentukan luasnya perilaku mampu yang dibuktikan oleh anggota keluarga
gali dengan individu dan pasien.
Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk
dirinya sendiri, individu ditolong dan tidak ingin merasa tidak tidak
berdaya untuk menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat
destruktif.
5. Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang efek perilaku
penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan setelah pulang
Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan
insektisida
6. Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri dengan melihat
situasi dengan perspektif dan objektivitas.
Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar tentang
tindakan mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka
perlu untuk memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka berubah
pasien dapat menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri dan dapat
memilih untuk mendapatkan yang baik.
7. Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu.
Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang
tergantung.

Diagnosa .5 :
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
Pasien mempunyai pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan
pengobatan penggunaan hidrokarbon.
Kriteria Evaluasi :
- Dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya sendiri dan rencana
pengobatan.
- Berpartisipasi dalam program pengoabatan.
- Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.
Intervensi :
1. Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga.
Rasional : Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendegar dan
mengasimilasi informasi.
2. Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar.
Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat.
3. Berikan informasi tertulis dan verbal untuk indikasi.
Rasional : Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi tentang
masa depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain.
4. Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri misalnya penyakit,
perubahan kebutuhan dalam gaya hidup.
Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang
perlu untuk mempertahankan status pantanan.
5. Pantau ulang kondisi & prognosis/ harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
6. Diskusikan efek zat yang digunakan.
Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami kemungkinan efek
jangka panjang dari penggunaan zat.

Anda mungkin juga menyukai