Anda di halaman 1dari 15

Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

Dosen mata kuliah :


Bpk. Nikodemus Sili Beda, S.kep.,Ners.M.Kep

Disusun oleh :
1. Adrian Balia NIM : 2019001
2. Cantika Wangko NIM : 2019006
3. Fransiska Senduk NIM : 2019018
4. Lourdes Gaddi NIM : 2019033
5. Maria Moningka NIM : 2019034
6. Marselina Rarang NIM : 2019036
7. Michael Kaligis NIM : 2019037

Akademi Keperawatan Gunung Maria


Tomohon
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rakhmat dan kasih karunia-Nya sehingga makalah kami mengenai "Komunikasi
Terapeutik Pada Lansia" dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi yang
diberikan oleh Bpk. Nikodemus Sili Beda, S.kep.,Ners.M.Kep. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya tanpa kurang suatu
apapun. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna dan kiranya
makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Tomohon, 20 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………... 1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………... 2
C. TUJUAN………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI………………………………………………………………... 3
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI…………………………………. 3
C. DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA…………….. 4
D. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA……………. 5
E. HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA………. 7

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN …………………………………………………………. 12
B. SARAN………………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak
dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang
seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun
sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan
dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan.
Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak
terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata
sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart,
2001 : 188) Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya
pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan
hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian
khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan
sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan
dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
Berdasarkan hal hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul komunikasi
pada lansia.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik pada lansia?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik pada lansia?
3. Bagaimana dasar komunikasi terapeutik pada lansia?
4. Bagaimana teknik-teknik komunikasi terapeutik pada lansia?
5. Apa hambatan dari komunikasi terapeutik?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada lansia
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik
pada lansia
3. Untuk mengetahui dasar komunikasi terapeutik pada lansia
4. Untuk mengetahui teknik-teknik komunikasi terapeutik pada lansia
5. Untuk mengetahui hambatan dari komunikasi terapeutik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah hubungan
kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik.
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan keterampilan
komunikasi yang tepat. Disamping itu juga memelukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA


PASIEN LANJUT USIA
Komunikasi dengan pasien lanjut usia dapat menjadi lebih sulit di bandingkan
dengan komunikasi pada populasi biasa sebagai akibat dari gangguan sensori
yang terkait usia dan penurunan memori. Orang ketiga juga dapat menjadi bagian
dari interaksi, karena pasien lanjut usia sering kali ditemani oleh anggota
keluarga yang dicintai yang aktif terlibat pada perawatan pasien dan
berpartisipasi dalam kunjungan. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi
efektifitas komunikasi dengan pasien lanjut usia. Pasien lanjut usia sering hadir
dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan pertama yang memerlukan
waktu untuk menyelesaikannya. Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40
tahun, pasien kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru. Sehingga pada
usia 80 tahun, orang kemungkinan memilki paling tidak 4 penyakit kronis. Faktor
lain adalah bahwa pasien lajut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan
menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter. Masalah usia atau dikenal
dengan istilah ageism juga merupakan hal yang lazim dijumpai pada perawatan

3
kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi
dengan pasien lanjut usia.

C. DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA


a. Kegunaan Komunikasi
Komunikasi berguna untuk pertukaran informasi dan untuk membina
hubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain komunikasi merupakan
aspek dasar pada hubungan antar manusia dan merupakan sarana untuk
berhubungan dengan orang lain. Pada pasien lanjut usia berbagai bentuk dari
penyakit dan ketidakmampuan dapat berpengaruh terhadap proses
komunikasi dan perawatan kesehatan, sehingga diperlukan cukup perhatian
dan sikap yang baik untuk proses komunikasi tersebut sering kali terjadi
bahwa baik pihak keluarga maupun medis melupakan atau tidak
memperhatikan berbagai hambatan yang ada untuk tercapainya komunikasi
yang efektif pada pasien lanjut usia yang akhirnya dapat mengakibatkan
interpretasi yang keliru terhadap pesan yang disampaikan maupun yang
diterima oleh mereka
b. Komponen pada proses komunikasi
 Pembicara : orang yang menyampaikan pesan
 Pendengar : orang yang menerima pesan
 Pesan verbal : kata-kata yang secara actual diucapkan atau di sampaikan
 Pesan non verbal : kesan yang di tangkap saat kata-kata tersebut
diucapkan termausuk eekspresi wajah, tekanan suara, postur dan sikap
tubuh dan pilihan kosa kata yang di gunakan.
 Umpan balik : respon berupa tanggapan baik verbal maupun non verbal
 Konteks : fisik dan lingkungan sosial atau pengaturan dalam pesan yang
dikirim.
 Persepsi : kemampuan ntuk memilih, mengatur, dan menafsirkan
informasi indrawi menjadi dimengerti dan bermakna
 Evaluasi : kemampuan untuk menganalisa informasi yang diterima,
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masa lalu
 Transmisi : ekspresi yang sebenarnya dari informasi dari pengirim
kepada penerima

4
D. TEKNIK BERKOMUNIKASI PADA LANSIA
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain
pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau
perawat juga harus mempunya tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang
dilakukan dpat berlangsung lancar dan sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan anatara lain :
1. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan
ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat
dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan etika berkomunikasi. Sikap ini
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang
terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut,
misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu
pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap
aktif, tidak menunggu bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan
ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-
pernyataan diluar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil.

5
Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia,
misalnya dengan mengiyakan, senyum dan menganggung kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai sesama
lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia
sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan
demikian diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai
kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara moril maupun
materil, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari
klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau
petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau
mengajari misalnya : "Saya yakin Bapak/Ibu lebih berpengalaman dari saya,
untuk itu kami yakin Bapak/Ibu mampu melaksanakan....dan bila diperlukan
kami siap membantu".
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima
dan dipersepsikan sama oleh klien. "Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi ? bisa minta tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan kembali apa
yang saya sampaikan tadi?"
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan.
Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan
perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak
terpeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional
dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.

6
E. HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA
1. Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak
hal menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti
ini akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendomisili pembicaraan
atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan
bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan
sangat menyulitkan pembicaraan yang terjadi.
2. Mempertahankan hak dengan menyerang
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka
berusaha untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan
bicaranya.
Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia
berada dalam kondisi yang seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara sudah
berusaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa ia mendapatkan
haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus
melakukan penyerangan pada lawan bicaranya.
3. Cuek
Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak
berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan
perasaan menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa
komunikasi dengan orang yang lebih muda dibandingkan dengan dirinya
adalah salah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia
akan dengan muda menarik diri dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki
keterbatasan fisik yang membuatnya menjadi kesulitan dalam
berkomunikasi. Banyak masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak
baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada pendengaran,
tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi. Lansia tersebut akan
membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi dengan baik

7
dan lancar. Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan
bicaranya harus menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan
lansia tersebut. Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia
sebagai bentuk penghinaan dengan membentak. Disinilah berbagai masalah
baru muncul, maka dari itu sangat dbutuhkan pengertian dan pemahaman
yang baik oleh lawan bicara terharap kondisi lansia agar komunikasi yang
efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5. Stress
Hal ini yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia
adalah depresi atau tingkat stress yang dialami oleh lansia. Lansia sangat
mudah diserang oleh stress, baik akibat kondisi fisik yang ia alami maupun
faktor lainnnya. Jika seorang lansia sudah menderita stress, maka ia akan
selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh
orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban
pikiranya telah diatasi.
6. Mempermalukan orang lain depan umum
Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan
salah satu hal yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan
lansia.. Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga
akan mempermalukan orang lain di depan umum. Hal ini sering dilakukan
untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri mereka sendiri. Jika
sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung berhenti dan tidak
lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun
begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan tidak merasa
melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
7. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka
sehingga banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak
berbicara. Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka yang tadinya
begitu bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak mengetehui
apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang

8
memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia dengan riwayat
penyakit tersebut biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang
makan sekalipun.
8. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia
akan berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab
berulang kali. Jika lawan bicaranya tidak sadar, maka komunikasi yang
terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia
menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian dan
kesabaran dari lawan bicara dalam meghadapi lansia.
9. Gangguan penglihatan
Komunikasi pda lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan
penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa
rabun jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat. Beberapa bahasa yang
menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika
lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu diperlukan pengetahuan yang
cukup mengenai kondisi lansia yang diajak berkomunikasi sehingga lawan
bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar komunikasi berjalan lancar.
Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan memberikan
kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan alat, maka
lansia akan lebih memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal yang
digunakan oleh lawan bicaranya.
10. Lebih banyak diam
Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam
biasanya merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti
ini akan menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi
pada lawan bicaranya. Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat
karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh
lawan bicara.
11. Cerewet

9
Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang
dihindari untuk diajak bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat
cerewet. Hal ini tidak terlepas dari pemikiran mereka untuk selalu
menasehati orang yang lebih mudah. Keingian untuk selalu berbicara juga
tidak terlepas dari rasa kesepian dan kebosanan yang mereka rasakan. Salah
satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan bicara ini
adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dengan melihat sikap
lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakana, maka ia pun akan
ikut memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk berbicara.
12. Mudah marah
Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa
sakit yang dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi
mudah marah, bahkan meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah
ini membuat banyak orang menjadi malas untuk melakukan cara
berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena akan selalu disahkan atas
segala sesuatu yang ada.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan
dan kepekaan sertaketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak
dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai,waktu, dan ruang yang turut
memengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampakterapeutiknya
bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat. Komunikasi juga akan memberikan
dampak terapeutik bila dalam penggunaannya diperhatikan sikap dan teknik
komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi
hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjang yang sangat berpengaruh
dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

B. SARAN
Lansia perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan
orang lain. Selain untukmempertahankan keterampilan berkomunikasi juga untuk
menunda kepikunan. Dengan demikian,mereka juga dapat merasakan kegembiraan
bersama orang lain dan merasakan peredaan stress.Beberapa kegiatan yang dapat
diikuti oleh lansia adalah arisan, kegiatan rohani, pemeriksaan diposyandu,
melayat, menjenguk teman sakit, menghadiri undangan, atau senam lansia
bersama.Perawat atau pemberi asuhan harus mampu melakukan teknik komunikasi
secara baik dan efektif.Komunikasi yang dijalin harus bersifat terapeutik

11
DAFTAR PUSTAKA

Carina. 2020. 12 faktor penghambat komunikasi pada lansia. Dalam


https://www.pakarkomunikasi.com/faktor-penghambat-komunikasi-pada-lansia. Di
unduh pada tanggal 19 Maret 2020 pukul 15:45

Ida, Utari. 2020. Komunikasi pada klien lansia. Dalam


https://www.academia.edu/29284662/KOMUNIKASI_PADA_KLIEN_LANZIA. Di
unduh pada tanggal 19 Maret 2020 pukul 17:43

Nugroho, Wahjudi. 2006. Komunikasi dalam Keperawatan Generontik. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC

12

Anda mungkin juga menyukai