Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PNEUMONIA PADA ANAK


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Disusun oleh : Kelompok 7


1. Afifa Nurul R
2. Gema Arienda Putri
3. Ratna Komala

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “PNEUMONIA PADA ANAK”. Di susun untuk memenuhi syarat
salah satu tugas Keperawatan Anak 1 Tahun Ajaran 2019.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada teman teman, yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami sampaikan rasa terimakasih
kepada Dosen pengampu Bapak Ns. Nanang Saprudin., S.Kep., M.Kep.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Aamiin.

Cirebon, 1 Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................1
1.2 Tujuan penulisan ..................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan umum ................................................................................................................2
1.2.2. Tujuan khusus…………………………………………………………………………………….
1.3 Rumusan masalah................................................................................................................2
1.4 Metode penulisan .................................................................................................................2
1.5 Manfaat penilisan...................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1Konsep kasus .........................................................................................................................4
a. Definisi …………………………………………………………………………………………………
b. Etiologi…………………………………………………………………………………………………
c. Tanda dan gejala……………………………………………………………………………………..
d. Anatomi fisiologi……………………………………………………………………………………….
e. Patofisiologi……………………………………………………………………………………………
f. Pemeriksaan penunjang………………………………………………………………………………
g. Penatalaksanaan medis………………………………………………………………………………
H. komplikasi……………………………………………………………………………………………..
i. Pencegahan primer skunder dan tersier……………………………………………………………..
2.2 Konsep asuhan keperawatan ………………………………………………………………………
a. Pengkajian………………………………………………………………………………………………
b. perumusan diangnosa keperawatan…………………………………………………………………
c. Perencanaan keperawatan……………………………………………………………………………
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus…………………………………………………………………………………………………
3.2 Pembahasan kasus…………………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................8
4.2 Saran .....................................................................................................................................8

ii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan masalah kesehatan di Dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di
Negara berkembang, tai juga di Negara maju seperti di AS, Kanada dan Negara-negara Eropa. Di
AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus Pneumonia pertahun dengan jumlah kematian
rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, Pneumonia merupakan penyebab kematian nomer tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberculosis. Faktor soaial ekonomiyang rendah mempertinggi angka kematian.
Gejala pneumonia adalah demam, sesak nafas, nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti
karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi
karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yan sebener nya merupakan reaksi tubuh mematikan
kuman. Tapi akbatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernafas, karena faktor
sisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri,
virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakterida virus). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp, virus misalnya
virus influenza. Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. American Lung Association misalnya,
menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika.
Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun
Tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab
kematian ketujuh di Negara itu. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran
nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek Dokter atau Rumah
Sakit yang sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang
menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh Dunia. Diperkirakan Pneumonia banyak terjadi
pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengbatan penerita Pneumonia dapat menurunkan
angka kematian anak. Pneumonia menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-kantung udara
dalam paru yang di sebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara
inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita Pneumonia bisa meninggal. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil melalui aliran darah
(hematogen). Sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus.bronkopneumonia lobaris lebih sering
ditemukan dengan pertambahan umur. Pneumonia berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea,

1
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas, sehingga pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien yang paling diutamakan (Setiawat, 2008).

1.2 Tujuan Penulisan


1. mengetahui definisi dari Pneumonia
2. mengetahui penyebab dari Pneumonia
3. mengetahui faktor resiko Pneumonia
4. mengetahui gejala atau manifestasi klinis dari Pneumonia
5. mengetahui komplikasi dan bagaimana cara penatalaksaan (therapy) dari Pneumonia
6. mengetahui patofisiologi pneumonia
7. mengetahui penatalaksanaan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui tentang teori Pneumonia dan Asuhan Keperawatan yang terkait dengan
Pneumonia

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mendeskripsikan teori-teori tentang Pneumonia
2. Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan menurut nanda nic noc

1.3 Rumusan Masalah


2. Apa itu Pneumonia?
3. Apa tanda dan gejala Pneumonia?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada Pneumonia?

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu pengamatan langsung terhadap
klien mengenai penyakit dan perkembangan, perawatan serta pengobatan klien dengan
Pneumonia.
1.5 Manfaat Penulisan
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang perawatan pada anak
dengan Pneumonia

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

3.1 Konsep Kasus

a. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A. Perince). Dengan gejala
batuk dan disertai engan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungsi), dan aspiri substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsilidasi dan dapat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai prenkim paru, distal danbronkiolus
terminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsilidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Dahlan, Zuh, 2006).

b. Etiologi
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh steptoccus pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada prmakaian ventilator oleh P.Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organisme
bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pneumonia. selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1. Bacteria : diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolyticus,
steptokoccus aureus, hemophilus influenza, mycobacterium tuberculosis, bacillus
friedlander.
2. Virus : repiratory syncytial virus, adeno virus, V.Sitomegalik, V.Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur : histoplasma capsulatum Cryptococcus neuroformans, blastomyces dermatitides,
coccidodies immitis, aspergilus species, candidia albicans.
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom loefflet.

3
c. Tanda dan Gejala
1. Kesulitan dan sakit pada saat bernafas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan mendengkur,
tachipnoe.
2. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian menjadi hilang,
ronchi.
3. Gerakan dada tidak simetris.
4. Menggigil dan demam 38,8’C sampai 41,1’C .
5. Diaforesis.
6. Anoreksia.
7. Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau berkarat .
8. Gelisah.
9. Cyanosis.
10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi dan anxietas.

Kejadian pneumonia pada balita diperlihatka dengan adanya ciri-ciri demam, batuk,
pilik, disertai sesak nafas dan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, serta syanosis pada
infeksi yang berat. Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam terjadi karena gerakan paru
yang mengurang akibat infeksi pneumonia yang berat. Pada usia dibawah 3 bulan, kejadian
pneumonia di ikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media, conjuctivitas, laryngitis dan
phaeyngitis.

d. Anatomi Fisiologi Terkait Kasus


1. Anatomi
Sitem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen. paru dihubungkan
dengan lingkungan dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut-turut,
hidung, faring, laring, trachea, dan bronchi, saluran-saluran itu relative kaku dan tetap terbuka,
keseluruhannya merupakan bagian kondisi dari sistem pernafasan, meskipun fungsi utama
pernafasan utama adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan
lain, yaitu tempat menghasilkan suara, meniup (balon, kopi/the panas, alat music, dan lain

4
sebagainya). Tertawa, menangis, bersin, batuk homostatik (PH darah) otot-otot pernafasan
membantu kompresi abdomen (Tambayong,2001).
a. Saluran pernafasan bagian atas menurut (Evelyn, 2004)
1. Hidung atau naso: Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempuyai dua lubang (kavumrasi)
dipisahkan oleh skat hidung (septum nasi), terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan makan dan jalan nafas, yang berbentuk
seperti pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan
esophagus. Letaknya didasar tengkorak didasar tengkorak dibelakang rongga hidung
dan mulut sebelah depan ruas tulang belakang.
3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau penghasil suara
yang dipakai berbicara dan bernyanyi, terletak didepan dibagian faring sampai
ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trachea dan tulang-tulang bawah
dan berfungsi pada waktu kita menelan makanan dan menutup laring.
4. Trachea
Batang tenggorokan kira-kira panjangnya 9 cm, trachea tersusun atas 16-20 lingkaran
tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat oleh jaringan fibrosa dan
melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea.
5. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trachea da nada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakalis ke IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama, bronkus kanan labih pendek dan lebih besar daripada
bronkus kiri.
6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
(alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel. Pernafasan paru-
paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terdiri dari paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah merah
dibawah kejantung disampaikan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksia
dikeluarkan melalui pipa bronchus berakhir pada mulut dan hidung.(Evelyn, 2004).

5
2. Fisiologi
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigen (pernafasan) didalam tubuh terdapat tiga
tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi
a. Ventilasi
Peoses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alvoli
atau alveoli kaetmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanana atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler
dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi, diantaranya pertama luasnya permukaan paru. Kedua, tebal
membrane respirasi/ permeabilitas yang terdiri dari epitel alveoli dan intestinal
keduanya.
c. Trasportasi gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh
kapiler. Proses transportasi, O2 akan berkaitan degan Hb membentuk oksihemoglobin,
dan larutan dalam plasma. Kemudian pada transportasi CO2 akan berkaitana dengan
hb membentuk karbohemoglobin dan larut kedalam plasma, kemudian sebagian
menjadi HCO3.

e. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai usia lanjut.
Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernafasan,
sedangkan terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling beresiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada
saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan datang dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh
reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang

6
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
sistem pernafasan bawah. Pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
sistem pernafasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan
yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga dibagian paru-paru kanan
dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran arah. Bakteri pneumonia adalah kuman yang
paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahatur, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. setelah agen penyebab mencapai alveoli,
reaksi inflamasi akan menjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa kedalam alveoli.
Adanya eksudat terseut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler dibagian
paru yang terkena danakhirnya terjadi hipoksemia.
Setelah mencapai alveoli, maka pneumonia menimbulkan respon yang khas terjadi
dari empat tahap yang berurutan:
1. Kongesti (24 jam pertama): Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein keluar
masuk kedalam alveloli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, disertai
kongesti vena. Paru menjadi berat, edomatosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah
beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masih dalam ruang alveolar, bersama-sama
dengan limfosit dan magkofag. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-
paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi
mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar)
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari ) : pada stadium ketiga menunjukan akumulasi fibrin yang
berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak
kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsalidasi di dalam alveoli
yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan diraebsorbsi
oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan arsitektur
dinding alveolus dibawahnya, sehigga jaringan kembali pada strukturnya semuala.

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic-Noc (2015) antara lain:

7
1. Sinar X : mengidentifikasi distributor structural (misalnya : lobar, bronchial )
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah : untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan
6. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang di aspirasi

g. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita
yang dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intervena dan alat bantu mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaanya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang
dapat diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2L/menit
2. IVFD dekstrose 10%:NACL 0,9% = 3:1 + KCI 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai
berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makan eternal bertahap melalui selang
nasogastrikdengan feeling drip
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin nomal dan beta agonis
untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.

Penatlaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan sesuai hasil
kultur.

Untuk kasus pneumonia community based :

1. Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian


2. Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital based :

8
1. Sefotaksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

h. Komplikasi
1. Demam menetap/ kambuhan akibat alergi obat
2. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi bronkus
oleh penumpukan secret
3. Efusi pleura ( terjadi penumpukan cairan di rongga pleura)
4. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah )
5. Delirium terjadi karena hipoksia
6. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar, misalnya penisilin
7. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
8. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endikardial
9. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak

i. Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier


1. Pencegahan primer
pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap kejadian
pneumonia. Upaya yang dapat dilakuan antara lain :
a. Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imuisasi DPT Diphteri, pertussis,
tetanus sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2,3,dan 4 bulan.
b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi neonatal
sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.
c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi diluar
ruangan.
d. Mengurangi kepadatan hunian rumah.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat
mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pneumonia berat : dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotic parenteral dan
penambahan oksigen.
b. Pneumonia : diberikan antibiotic kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoxsilin.

9
c. Bukan pneumonia : perawatan dirumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotic. Bila
demam tinggi diberikan parasetamol. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami
pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi air garam. Jika anak
mengalami nyeri tenggorokan beri penisilin dan dipantau selama 10 hari kedepa.
3. Pencegahan tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak munculnya penyakit
lain atau kondisi lain yang akan memburuk kondisi balita, mengurangi kematian serta usaha
rehabilitasinya. Upaya yang dilakukan dapat berupa:
a. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita dirumah, beri antibiotic selama 5 hari,
anjurkan ibu untuk tetap control bila keadaan anak memburuk.
b. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa kesarana kesehatan terdekat agar
penyakit tidah bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian.

3.2 Konsep Asuhan Keperawatan Terkait Kasus

A. Pengkajian
1. Wawancara
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis Kelamin, Tempat/Tanggal Lahir, Agama, Suku Bangsa,
Alamat,Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal masuk Rumah Sakit dan Diagnosa Medis.
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Riwayat Psikososial
g. Pola kebiasaan Sehari-hari

2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya

10
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakesia
(malnutrisi)
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia
Tanda : melindungi area yang sakit ( tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Tanda :
1. Sputum : merah muda, berkarat
2. Perpusi : pekak datar area yang konsolidasi
3. Premikus : taksil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi bunyi nafas
menurun
4. Warna : pucat/sianosis bibir dan kuku
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal : AIDS, penggunaan steroid, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
h. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukan rata-rata lama riwayat 6-8 hari
3. Analisa Data
Analisa mencangkup mengenali pola atau kecenderungan, membandingkan pola ini
dengan kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon klien. Perawat
memperhatikan pola kecenderungan sambil memeriksa kelompok data. Kelompok
data terdiri atas batas karakteristik (Potter & Perry, 2005). Batas karakteristik adalah
kriteria klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. Kriteria klinis adalah tanda
dan gejala obyektif dan subyektif atau faktor resiko (Capernit,1995).

11
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksijalan nafas
2. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
3. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang
C. Rencana Asuhan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
o Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
n bersihan tindakan keperawatan TTV mengetah
jalan nafas b.d selama ... x ... jam 2. Monitor ui
inflamasi dan diharapkan jalan nafas respirasi keadaan
obstruksi jalan pasien bersih. dan umum
nafas Kriteria hasil : oksigenasi pasien
1. Mendomonstr 3. Auskultasi 2. Penuruna
asikan batuk bunyi n bunyi
efektif dan nafas nafas
suara nafas 4. Anjurkan dapat
bersih, tidak keluarga menunjuk
ada sianosis pasien an
dan dyspneu memberika atelektasis
2. Menunjukan n minuman 3. Untuk
jalan nafas hangat mencatat
yang paten atau susu adanya
3. Mampu hangat suara
mengidentifika 5. Kolaborasi tambahan
sikan dan dalam 4. Berguna
mencegah pemberian untuk
faktor yang terapi melunaka
dapat nebulizer n secret
menghambat sesuai 5. Untuk
jalan nafas indikasi melancark
an

12
6. Berikan O2 mengence
dengan rkan
mengguna dahak dan
kan nasal melancark
7. Penghisap an jalan
an nafas
(suction) 6. Untuk
sesuai membantu
indikasi pasien
bernafas
lebih
baik/meng
urangi
sesak
nafas
7. Merangsa
ng
batuk/pem
bersihan
jalan
nafas
suara
mekanik
pada
faktor
yang tidak
mampu
melakuka
n karena
batuk
efektif
atau

13
penurunan
tingkat
kesadaran
2. Kekurangan Setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Untuk
volume cairan tindakan keperawatan status mengetah
b.d intake oral selama ... x ... jam hidrasi ( ui hidrasi
tidak adekuat, diharapkan kebutuhan kelembaba pasien
takipnea, volume cairan pasien n 2. Untuk
demam terpenuhi membrane memastik
Kriteria hasil : mukosa, an jumlah
1. Mempertahan nadi yang cairan
urine output adekuat) yang
sesuai dengan secara masuk
usia, BB, BJ, tepat dan keluar
urine normal, 2. Atur 3. Untuk
HT normal catatan memenuhi
2. TTV dalam intake dan kebutuhan
batas normal output cairan
3. Tidak ada cairan pasien
tanda-tanda secara 4. Untuk
dehidrasi, akurat mengetah
elestisitas 3. Identifikasi ui faktor
turgor kulit faktor risiko
baik, risiko ketidaksei
membran ketidaksei mbangan
mukosa mbangan cairan dan
lembab, tidak cairan mencegah
ada rasa haus (hipertermi secara
yang a, infeksi, dini faktor
berlebihan muntah tersebut
dan diare) 5. Untuk
memastik

14
4. Monitoring an terapi
TTV diberikan
5. Lakukan 5 secara
benar benar
pemberian 6. Untuk
infuse memastik
(benar an
obat, pemberian
dosis, terapi
pasien, diberikan
rute, secara
frekuensi tepat
3. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Untuk bisa
pengetahuan tindakan keperawatan penilaian mengukur
b.d perawatan selama ...x...jam tentang tingkat
anak pulang diharapkan tingkat pengetahu
pengetahuan keluarga pengetahu an
pasien bertambah. an pasien keluarga
Kriteria hasil : tentang pasien
1. Keluarga proses 2. Untuk
pasien penyakit memperm
menyatakan yang udah
paham spesifik keluarga
tentang 2. Gambarka pasien
penyakit, n tanda mengerti
kondisi, dan gejala tentang
prognosis, dan yang biasa penyakit
program muncul pasien
pengobatan pada dan dapat
2. Keluarga penyakit, mengetah
pasien mampu dengan ui tanda
melakukan

15
prosedur yang cara yang dan
dijelaskan tepat gejalanya
secara benar 3. Identifikasi 3. Untuk
3. Keluarga kemungkin mengetah
pasien mampu an ui
menjelaskan penyebab penyebab
kembali apa dengan yang
yang cara yang dapat
dijelaskan tepat menimbul
perawat/tim 4. Diskusikan kan
kesehatan pilihan penyakit
lainnya terapi atau pasien
penangana menjadi
n semakin
memburuk
4. Untuk bisa
memberik
an terapi
yang tepat
pada
pasien

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus
An.z usia 1,5 tahun dengan BB 12,2 kg ( BB 2 minggu yang lalu 12,5 kg). Menurut bunya,
anaknya mengalami sesak nafas dan sudah 1 minggu pasien batuk pilek, demam dan anak
tampak lemas. Ibu pasien juga mengatakan 1 minggu ini anak menetek kurang kuat. Ibunya
mengatakan sebelumnya anak memang sering batuk pilek, dan dirumah suami dan bapak
mertuanya perokok dan sering merokok di dalam ruang tv. Ibu mengatakan kadang kesal untuk
menasehati keduanya agar berhenti merokok.
Hasil pemeriksaan fisik :HR=110x/menit, RR= 48x/menit, S = 39oC, suara nafas ronchi+/+,
pernafas cuping hidung (+), terdapat retraksi intercostal dan subclafia. Pemeriksaan
laboratorium:Hb= 11,5 gr%, leukosit= 15.000/mm3. Pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat
bercak infiltrate pada lobus kanan. Hasil pemeriksaan AGD: Ph= 7,33, PaO2=60 mmHg, PCO2=
60 mmHg. Saat ini pasien mendapatkan terapi obat : amoxicillin 3x 300 mg iv, ambroxsol
3x½cth, paracetamol 3x½cth.

3.2 Pembahasan Kasus

1. Pengkajian
a. Identitas pasien :
Nama : An z,
Umur : 1,5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama: islam
Alamat : Cangkol
Tanggal masuk : 1 juli 2019
Jam masuk RS : 09:00
Diagnosa medis :Pneumonia
b. Keluhan utama
Sesak nafas
c. Riwayat kesehatan sekarang

17
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas dan sudah 1 minggu pasien
batuk pilek, demam dan anak tampak lemas
d. Riwayat kesehatan masa lalu
-
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan ada keluarga yang pernah mengalami sesak nafas yaitu nenek yang
tinggal serumah dengan pasien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
menurun.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, insomnia
Tanda : sesak, batuk, pilek
2. Sirkulasi
Gejala : sesak
Tanda : takikardia dan pucat
3. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakesia (malnutrisi)
4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia
Tanda : melindungi area yang sakit ( tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
6. Pernafasan
Gejala :adanya takipnea (sesak nafas), dispnea
Tanda :
a. Sputum : merah muda, berkarat
b. Perpusi : pekak datar area yang konsolidasi
c. Premikus : taksil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi bunyi
nafas menurun

18
d. Warna : pucat/sianosis bibir dan kuku
7. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal : demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
3. Hasil pemeriksaan laboratorium
Hb= 11,5 gr%, leukosit= 15.000/mm3. Pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat bercak
infiltrate pada lobus kanan. Hasil pemeriksaan AGD: Ph= 7,33, PaO2=60 mmHg,
PCO2= 60 mmHg.
4. Terapi yang diberikan
amoxicillin 3x 300 mg iv, ambroxsol 3x½cth, paracetamol 3x½cth.

5. Analisa data
No Data penunjang Penyebab

1. Ds : Peningkatan O2 dan Co2 yang


-Ibu pasien mengatakan anaknya berdifusi
sesak nafas Kecepatan difusi gas menurun
Do:
-Pasien tampak sesak
- Pernafasan cuping hidung
-Pasien tampak pucat
2. Ds :Ibu pasien mengatakan bahwa Penumpukan secret atau mucus
anaknya batuk dan beringus Obstruksi jalan nafas
Do :
-Pasien Nampak batuk dan beringus
- Terdengar bunyi ronchi , stridor
pada lapang paru
-Pergerakan dada tidak simetris
-TTV: HR=110x/menit, RR=
48x/menit, S = 39oC
3. Ds : Ibu pasien mengatakan suhu Termoregulator
badan anaknya panas Peningkatan metabolisme
Do :

19
S = 39oC
-Pasien tampak gelisah

6. Diagnosa medis
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksijalan nafas
b) Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
c) Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang
7. Perencanaan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


o Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifa Setelah dilakukan 8. Monitor 8. Untuk
n bersihan tindakan keperawatan TTV mengetah
jalan nafas b.d selama ... x ... jam 9. Monitor ui
inflamasi dan diharapkan jalan nafas respirasi keadaan
obstruksi jalan pasien bersih. dan umum
nafas Kriteria hasil : oksigenasi pasien
4. Mendomonstr 10. Auskultasi 9. Penuruna
asikan batuk bunyi n bunyi
efektif dan nafas nafas
suara nafas 11. Anjurkan dapat
bersih, tidak keluarga menunjuk
ada sianosis pasien an
dan dyspneu memberika atelektasis
5. Menunjukan n minuman 10. Untuk
jalan nafas hangat mencatat
yang paten atau susu adanya
6. Mampu hangat suara
mengidentifika 12. Kolaborasi tambahan
sikan dan dalam 11. Berguna
mencegah pemberian untuk
faktor yang terapi

20
dapat nebulizer melunaka
menghambat sesuai n secret
jalan nafas indikasi 12. Untuk
13. Berikan O2 melancark
dengan an
mengguna mengence
kan nasal rkan
14. Penghisap dahak dan
an melancark
(suction) an jalan
sesuai nafas
indikasi 13. Untuk
membantu
pasien
bernafas
lebih
baik/meng
urangi
sesak
nafas
14. Merangsa
ng
batuk/pem
bersihan
jalan
nafas
suara
mekanik
pada
faktor
yang tidak
mampu

21
melakuka
n karena
batuk
efektif
atau
penurunan
tingkat
kesadaran
2. Kekurangan Setelah dilakukan 6. Monitoring 7. Untuk
volume cairan tindakan keperawatan status mengetah
b.d intake oral selama ... x ... jam hidrasi ( ui hidrasi
tidak adekuat, diharapkan kebutuhan kelembaba pasien
takipnea, volume cairan pasien n 8. Untuk
demam terpenuhi membrane memastik
Kriteria hasil : mukosa, an jumlah
4. Mempertahan nadi yang cairan
urine output adekuat) yang
sesuai dengan secara masuk
usia, BB, BJ, tepat dan keluar
urine normal, 7. Atur 9. Untuk
HT normal catatan memenuhi
5. TTV dalam intake dan kebutuhan
batas normal output cairan
6. Tidak ada cairan pasien
tanda-tanda secara 10. Untuk
dehidrasi, akurat mengetah
elestisitas 8. Identifikasi ui faktor
turgor kulit faktor risiko
baik, risiko ketidaksei
membran ketidaksei mbangan
mukosa mbangan cairan dan
lembab, tidak cairan mencegah

22
ada rasa haus (hipertermi secara
yang a, infeksi, dini faktor
berlebihan muntah tersebut
dan diare) 11. Untuk
9. Monitoring memastik
TTV an terapi
10. Lakukan 5 diberikan
benar secara
pemberian benar
infuse 12. Untuk
(benar memastik
obat, an
dosis, pemberian
pasien, terapi
rute, diberikan
frekuensi secara
tepat
3. Defisiensi Setelah dilakukan 5. Berikan 5. Untuk bisa
pengetahuan tindakan keperawatan penilaian mengukur
b.d perawatan selama ...x...jam tentang tingkat
anak pulang diharapkan tingkat pengetahu
pengetahuan keluarga pengetahu an
pasien bertambah. an pasien keluarga
Kriteria hasil : tentang pasien
4. Keluarga proses 6. Untuk
pasien penyakit memperm
menyatakan yang udah
paham spesifik keluarga
tentang 6. Gambarka pasien
penyakit, n tanda mengerti
kondisi, dan gejala tentang
prognosis, dan yang biasa penyakit

23
program muncul pasien
pengobatan pada dan dapat
5. Keluarga penyakit, mengetah
pasien mampu dengan ui tanda
melakukan cara yang dan
prosedur yang tepat gejalanya
dijelaskan 7. Identifikasi 7. Untuk
secara benar kemungkin mengetah
6. Keluarga an ui
pasien mampu penyebab penyebab
menjelaskan dengan yang
kembali apa cara yang dapat
yang tepat menimbul
dijelaskan 8. Diskusikan kan
perawat/tim pilihan penyakit
kesehatan terapi atau pasien
lainnya penangana menjadi
n semakin
memburuk
8. Untuk bisa
memberik
an terapi
yang tepat
pada
pasien

7. Evaluasi
No Tanggal Evaluasi

1. S: ibu pasien mengatakan anaknya sesak


O : pasien masih sesak
A: masalah belum teratasi

24
P: lanjutkan intervensi

2. S: ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk


dan meringus
O: pasien masih batuk, pergerakan dada tidak
simetris, terdengar bunyi ronchi
S: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

3. S: ibu pasien mengatakan suhu badan anaknya


panas
O: suhu badan pasien 39oC
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

25
BAB IV
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur, virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden pneumonia
berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain dan dipengaruhi oleh musim,
insiden meningkat pada usia 4 tahun. Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor
risiko yang meningkatkan insiden yaitu umur 2 bulan,gizi kurang, BBLR, tidak mendapat
hasil yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap,
membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai mallnutrisi,
energi, protein, (MEP) dan terlambat berobat, kaus yang tidak diobati maka angka
mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional dalam melakukan
proses keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita
berikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.
8.2 Saran
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh
seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang
saluran pernafasan.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan
ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam
paru merupakan ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Oleh karena itu di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan
kesehatan tubuh, terutama untuk ibu-ibu agar lebih memperhatikan kesehatan anak karena
anak lebih rentan beresiko terkena penyakit yang disebabkan daya tahan tubuh mereka
yang masih lemah. Pemberian ASI sangat dibutuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk
membentuk imun si bayi tersebut agar terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko
terkena penyakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan terkenanya
pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defisiensi vit A, pemberian ASI dan imunisasi. Untuk
mencegah hal tersebut, ibu-ibu sebaiknya memperhatikan gizi si anak, memberikan ASI

26
pada bayi nya, kelengkapan imunisasi dan sesalu waspada terhadap tanda bahaya jika si
anak mengalami infeksi saluran nafas.

27
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Missouri :


Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing outcome Classification (NOC). Missouri : Mosby

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: TIM

28
29

Anda mungkin juga menyukai