Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MENINGITIS
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak I yang diampu oleh :
Ns. Nanang Saprudin., S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh Kelompok 13 :


Dewi Ariyanti Puspita Sari CKR0170180
Gita Anggi Siti N CKR0170187
Serliana CKR0170210
Yogi Prasetyo W CKR0170222

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “MAKALAH MENINGITIS”. Di susun untuk memenuhi syarat
salah satu tugas Keperawatan Anak I
Makalah ini berisikan tentang analisis mengenai meningitis dan pembahasan asuhan
keperawatan meningitis pada pasien anak. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir khususnya :
1. Ns. H. Kanapi,. S.Kep.M.Kep selaku Koordinator kampus II STIKKU
2. Ns. Reni Fatmawati,. S.Kep selaku Ka. Prodi kampus II STIKKU
3. Ns. Nanang Saprudin., S.Kep., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah keperawatan
Anak I.
4. Staff Perpustakaan Kampus II STIKKU
5. Orang tua kami yang senantiasa mendukung kami
6. Teman – teman kelompok yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Cirebon, 9 Juli 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 1
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................................ 1
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................... 1
1.3 Rumusan masalah .............................................................................................................. 2
1.4 Metode penulisan ............................................................................................................... 2
1.5 manfaat penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................................. 3
2.1 Konsep Meningitis .............................................................................................................. 3
2.1.1 Definisi ..................................................................................................................... 3
2.1.2 Etiologi ...................................................................................................................... 3
2.1.3 Tanda dan Gejala ...................................................................................................... 4
2.1.4 Anatomi Fisiologi ....................................................................................................... 5
2.1.5 Patofisiologi................................................................................................................ 7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................ 8
2.1.7 Penatalaksanaan Medis ............................................................................................. 9
2.1.8 Komplikasi.................................................................................................................. 9
2.1.9 Pencegahan ............................................................................................................... 10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................................ 10
2.2.1 Pengkajian ................................................................................................................. 10
2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 12
2.2.3 Perencanaan Keperawatan........................................................................................ 12
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 16
3.1 Kasus.................................................................................................................................. 16
3.2 Pembahasan Kasus............................................................................................................ 16
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 23
4.1 Simpulan............................................................................................................................. 23
4.2 Saran .................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknodia dan
piamater) yang di sebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur .
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
pinggang. Tengkuk menjadi kaku, yang disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor
tengkuk. Bila hebat, akan terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dengan kepala tertengadah,
punggung dalam sikap hiperekstensi, dan kesadaran menurun tanda kernig serta brudzinsky
positif (Arif Mansjoer, 2000).
Di negara – negara yang sedang berkembang, termasuk indonesia, penyakit infeksi ini
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salah satunya adalah infeksi
akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan purulen pada cairan otak,
sehingga dinamakan meningitis purulenta.
Di samping angka kematiannya yang masih tinggi, banyak penderita yang menjadi cacat
akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis purulenta merupakan
keadaan gawat darurat. Terapi yang diberikan bertujuan memberantas penyakit infeksi
disertai perawatan intensif suportif, untuk membantu pasien melalui masa kriyis. Pemberian
antibiotik yang cepat dan tepat, serta dengan dosis yang sesuai, penting untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat. Oleh karena itu, petugas kesehatan
khususnya perawat, wajib mengetahui gejala – gejala dan tanda – tanda meningitis purulenta
serta penatalaksanaannya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak dengan Meningitis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit meningitis pada anak.
b. Etiologi penyakit meningitis pada anak.
c. Patofisiologi penyakit meningitis pada anak.
d. Komplikasi penyakit meningitis pada anak.
e. Pemeriksaan Penunjang meningitis pada anak.
f. Penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak.

1
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari meningitis?
2. Apa saja komplikasi dari meningitis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak dengan meningitis?
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka yaitu
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.
1.5 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini dapat dijadikan masukan kepada pendidik dan mahasiswa, serta
menambah wawasan baru tentang asuhan keperawatan pada kasus meningitis pada anak.
Selain itu penulisan makalah ini juga diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
mahasiswa khususnya pada ilmu keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang
maksimal.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Kasus
2.1.1 Definisi
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme
seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak.
Menigitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang
dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi
cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau emplema
subdural (leptomeningitis) atau bahkan kedalam otak (meningoensafalitis).
( Satyanegara,2010)
2.1.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan di atas bahwa
meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
a. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,
Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens,
Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri
sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya
neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga
dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan
ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan
otak akan mengalami infark.
b. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek
dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau

3
respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang
terlibat.
2.1.3 Tanda dan Gejala
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah
kesal, marah marah, obstipasi, muntah-muntah .
Dapat di temukan tanda tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada
pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda tanda perangsangan meningen lainnya .
Suhu badan naik turun, kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil sering dijumpai
nadi yang lambat . Selain itu terdapat hipertensi umum. Abdomen tampak mencekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf saraf ini .
Yang sering terkena nervus III dan VII . Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang
fokal, monoparesis, hemiparesis, gangguan sesibilitas. Tanda tanda khas penyakit ini
adalah apatis, refleks, pupil yang lambat dan refleks refleks tendo yang lemah.
Berikut tanda dan gelaja pada Neonatus, anak anak dan remaja
1. Neonatus :
a. Menolak makan. Hampir semua penyakit dapat menurunkan nafsu makan karena
merasa dirinya ingin muntah utamanya terdapat anak bayi dan anak
b. Refleks menghisap kurang. Terjdinya penurunan spasme sehingga menyebabkan
otot lemah ( penurunan refleks menghisap)
c. Muntah. Terjadi karena peningingkatan asam lambung dalam perut yang berujung
kontraksi perut
d. Diare. Muncul karena asupan makanan yang terkontaminasi dengan virus dan
bakteri atau mokroorganisme lain
e. lemas. Penurunan spasme yang menimbulkan penurunan aktivitas
2. Anak anak dan Remaja :
a. Demam tinggi. Virus, Bakteri atau Mikroorganisme masuk ke dalam darah, darah
diedar kan keseluruh tubuh hingga terjadi infeksi
b. Sakit kepala. Perdangan pada meningitis dapat merangsang otak hingga terjadi
sakit kepala atau pusing
c. Muntah. Terjadi karena peningingkatan asam lambung dalam perut yang berujung
kontraksi perut
d. Perubahan sensori. Terjadi karena berkurangnya asupan makanan sehingga sel
sel menurun berujung pada saraf sensori yang lemah
e. Kejang. Penurunan kekuatan otot dan saraf berpengaruh besar pada tingkat
kekuatan spasme

4
f. Delirium. Keadan mental yang abnormal berdasarkan halusinasi atau ilusi, dapat
terjadi dapat keadaan demam tinggi
g. Halusinasi. Merupakan status delirium subakut gejala yang dominan yaitu
halusinasi pendengaran
2.1.4 Anatomi Fisiologi

1. Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat

2. Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung
yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal
a. Otak depan menjadi hemister serebri, korpus striatum, talamus serta
hipotalamus
b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus
c. Otak belakang, menjadi pons varol, mediula oblongata dan serebellum
3. Meningitis (Selaput Otak)
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi
struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (Cairan
Serebro spinalis), memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari 3 lapisan.
a. Duramater (lapisan sebelah luar)

5
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan
kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan duramater
propia di bagian dalam. Di dalam kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah.
Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah
vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior, terletak diantara
kedua hemisfer otak.
b. Arakhnoid (Lapisan Tengah)
Merupakan selaput halus yang memisahkan duramater dengan piamater
membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh
susunan saraf sentral.
Medula spinalis terhenti setinggi dibawah Lumbal I – II terdapat sebuah kantong
berisi cairan, berisi saraf perifer yang keluar dari medula spinalis dapat
dimanfaatkan untuk mengambil cairan otak yang disebut lumbal.
c. Piamater ( Lapisan Sebelah Dalam)
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak,
piamater berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan ikat
yang disebut trabekel. Tepi falks serebri membentuk sinus longitudinal inferior
dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan darah dari flaks serebri.
Tentorium, memisahkan serebri dengan serebulum.
Diafragma sellae, lipatan berupa cincin dalam duramater dan menutupi sela
tursika sebuah lekukan pada tulang stenoid yang berisi hipofiser.
Sistem Ventrikel. Terdiri dari beberapa bagian rongga dalam otak yang
berhubungan satu sama lainnya ke dalam rongga itu, fleksus koroid mengalirkan
cairan (liquor serebro spinalis).
Fleksus koroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi, bagian
paimater membelok kedalam ventrikel dan menyalurkan serebro spinalis. Cairan
serebro spinalis adalah hasil sekresi fleksus koroid. Cairan ini bersifat alkali
bening mirip plasma.
Sirkulasi Caitan Serebro Spinalis. Cairan ini disalurkan oleh fleksus koroid
kedalam ventrikel yang ada dalam otak, kemudaian cairan masuk ke dalam
kanalis sumsum tulang belakang adn ke dalam ruang subaraknoid melalui
ventrikularis.
Setelah melintasi ruangan seluruh otak dan sumsum tulang belakang maka
kembali ke sirkulasi melaluigranulasi arakhnoid pada sinus (sagitalis superior).

6
4. Perjalanan Cairan-Cairan Serebro Spinalis.
Setelah meninggalkan ventrikel lateralis (ventrikel I dan II) cairan otak dan
sumsum tulang belakang menuju ventrikel III melalui foramen monroi dan terus ke
ventrikel IV melalui aquaduktus silvi cairan di alirkan ke bagian medial foramen
magendi selanjutnya ke sisterna magma dan ke kanalis spinalis. Dari sisterna
magma cairan akan membasahi bagian-bagian dari otak, selanjutnya, cairan ini akan
di absorpsi oleh vili-vili yang terdapat pada arakhnoid, cairan ini jumlahnya tiodak
tetap biasanya berkisar antara 80 – 200 cm mempunyai reaksi alkalis.
Fungsi cairan serebro spinalis :
a. Kelembaban otak dan medula spinalis.
b. Melindungi alat-alat dalam medula spinalis dan otak dari tekanan.
c. Melicinkan alat-alat dalam medula spinalis dan otak.
Komposisi cairan serebro spinalis terdiri dari air, protein, glukosa, garam, dan sedikit
limfosit dan CO2.
2.1.5 Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru,
trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring
posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri.
Organisme masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalammeningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme
akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar
sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan
otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)

7
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju
endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit . Pada meningitis
serosa didapatkan peningkatan leukosit saja . Disamping itu pada meningitis
tuberkulosis didapatkan juga peningkatan LED .
a. LED Normal 15 - 20 /jam
b. Hemoglobin normal 10-16 gr/dL
c. Leukosit normal 9000-12000/mm3

8
2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto dada. Memungkinkan untuk mengetahui seberapa besar penyakit tersebut
menjalar keseluruh tubuh
b. Foto kepala, bila mungkin CT scan. suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
(Mansjoer, 2000)
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
a. Mula-mula cairan diberikan secara infus dalam jumlah yang cukup ( 15-20 tpm) dan
tidak berlebihan
b. Bila pasien merasa gelisah, diberi sedative, seperti fenobarbital atau penenang
c. Nyeri kepala penderita dapat diatasi dengan analgetika
d. Panas dapat diturunkan dengan kompres es, parasetamol, atau asam salisilat
e. Kejang-kejang dapat diatasi dengan memberikan :
1) Diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg intravena
2). Fenobarbital dengan dosis 5-6 mg/kg BB per hari secara oral
3) Divenilhidantoin dengan dosis 5-9 mg/kg BB perhari secara oral
f. Sumber infeksi yang menimbulkan meningitis purulenta dapat diberantas dengan obar
obatan atau operasi
g. Kenaikan tekanan intrakranial dapat diatasi dengan
1) Manitol dengan dosis 1-1,5 mg/kg berat badan secara intravena, dalam waktu 30-
60 menit dan dapat diulangi 2 kali dengan jarak 4 jam
2). Kartikosteroid, biasanya dipakai deksametason secara intravena dengan dosis
pertama 5 mg, lalu diulangi dengan 4 mg setiap 6 jam. Namun, kortikosteroid ini
masih menimbulkan pertentangan ( ada yang setuju untuk memakainya, namun
ada juga yang mengatakan tidak ada gunanya )
3). Mengatur pernafasan sebaik mungkin dengan membersihkan jalan nafas
4). Bila ada hidrosefalus obstrukti, dapat dilakukan operasi
5). Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu,
bila gagal dilakukan operasi
(Mansjoer, 2000)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan meningitis antara lain :
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.

9
2. Peradangan pada daerah ventirkuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat
sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler.
3. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla
spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial.
4. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
5. Epilepsi . Kondisi ini bisa terjasi karena perubahan keseimbangan cairan dari
membran sel neuron kemudian difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran
6. Retardasi mental. Retrdasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang
sudah menyebar ke sererum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori.
7. Seragan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas
atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan.
2.1.9 Pencegahan
Meningitis yang disebabkan oleh meningokokus dan Hemofilus influenza tipe B bisa
menular pada anak dan orang dewasa yang berhubungan erat dengan penderita, yaitu
yang tinggal dan makan dalam 1 gedung yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya pencegahan, antara lain :
1. Penderita diisolasi,
2. Pemberian vaksinasi, dan
3. Pemberian obat-obatan
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Meningitis
2.2.1 Pengkajian
1. Identifikasi pasien
Pada pengkajian identitas yang perlu ditekankan adalah umur, karena Meningitis
paling sering menyerang anak-anak dengan usia < 15 tahun
2. Keluhan utama
Alasan paling menonjol pada pasien Meningitis ketika dating ke RS adalah
penurunan kesadaran, kejang dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang

10
Didapatkan ada-ada keluhan panas mendadak yang disertai menggil dan saat
demam kesadaran komposmentis . turunnya panas terjadi antara hari ke-3 s/d ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk, pilek, nyeri telan,
mual muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian,
nyeri ulu hati dan pendarahan pada kulit, gusi dll
4. Riwayat penyakit dahulu/yang pernah dialami
Penyakit apapun yang pernah diderita, pada Meningitis anak baru mengalami
serangan ulangan Meningitis dengan tipe virus dan bakteri yang berbeda
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang terkena Meningitis dapat bvervariasi karena semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko bila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita Meningitis sering mengalami keluhan mual
muntah, dan nafsu makan .Bila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang cukup maka akn mengalami
7. Kondisi lingkungan
Menigitis sering diderita oleh orang-orang yang tinggal didaerah padat penduduk &
lingkungan yang kurang bersih hingga menyebabkan munculnya virus dan bakteri
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi & Metabolisme : Nafsu makan menurun
b. Eliminasi : Pada Meningitis grade III- IV dapat terjadi
hematuna
c. Istirahat Tidur : Anak dapat mengalami kurang tidur akibat nyeri
otot/ persendian
d. Kebersihan : b/d upaya keluarga untuk menjadi kebersihan
lingkungan, terutama sarang nyamuk
e. Perilaku : b/d tanggapan/ respon keluarga bila ada anggota
keluarga yang sakit atau bagaimana untuk
menjadi kesehatan.
9. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan Grade Meningitis keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
adanya perdarahan spontan TD & N lemah

11
b. Grade II : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil & tidak teratur serta TD menurun
c.Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, lemah, N lemah, kecil dan
tidak bisa teratur serta TD menurun
d. Grade IV : Kesadaran koma, N tidak teraba, TD tidak dapat diukur,
rr tidak teratur, aknal dingin, berkeringat & kulit tampak biru.
10. Kepala & Leher
Muka tampak kemerahan karena demam, konjungtiva anemis & epitaksis pada ge
II, III & IV Mukosa mulut kering, eksmosis & nyeri telan.
11. Dada
Bentuk simetris, kadang terdapat sesak napas. Pada px poto thorax terdapat cairan
yang tertimbun pada panu kanan (efusi pleura). Ronkhi biasanya terdapat pada gr III
& IV.
12. Abdomen
Biasanya mengalami nyeri tekan, hepatomegali & asitas.
13. Sistem Integumen
Adanya ptekia pada kulit, turgor mnurun , muncul keringat dingin & lembab, kuku
sianomis, CRT >3 dtik.
14. Ekstermitas
Akral dingin, nyeri otot & persendian.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut NANDA NIC-NOC (2015) sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Hipertermia b.d proses infeksi
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral/penyumbatan aliran
darah
5. Nyeri akut b.d proses infeksi
6. Resiko cidera b.d kejang
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan : Pola nafas menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Tidak ada sianosis dan dyspneu
b. Menunjukkan jalan nafas yang adekuat

12
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
1. Posisikan pasien untuk 1. Melancarkan jalan nafas
memaksimalkan ventilasi 2. Mengetahui adanya sumbatan dan
2. Auskultasi sura nafas, catat adanya suara tambahan
suara tambahan 3. Mengetahui kondisi pernafasan klien
3. Monitor respirasi dan status O₂ dan mengetahui ketersediaan o₂
Oxygen theraphy 4. Memudahkan intervensi selanjutnya
4. Pertahankan jalan nafas yang paten 5. Mengetahui nilai normal TTV
5. Monitor TTV

Diagnosa 2 : ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Tujuan : bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada sianosis dan Dyspneu
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafas
Intervensi Rasional
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan 1. Mengetahui adanya sumbatan dan
sesudah suctioning suara tambahan
2. Minta klien nafas dalam sebelum 2. Mempermudah proses suctioning
suction dilakukan 3. Mengetahui kebutuhan alat bantu
3. Identifikasi pasien perlunya yang di butuhkan
pemasangan alat jalan nafas buatan 4. Melancarkan bersihan jalan nafas
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau 5. Mengoptimalkan keseimbangan cairan
suction
5. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan

Diagnosa 3 : Hipertermia b.d proses infeksi


Tujuan : Mengurangi Hipertermi
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi Rasional
1. Monitor suhu sesering mungkin 1. Mengetahui suhu normal dan
2. Monitor suhu dan warna kulit abnormal untuk menentukan intervensi
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR selanjutnya
4. Monitor intake dan output 2. Mengetahui turgor kulit yang abnormal
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi 3. Untuk mengetahui intervensi
penyebab demam selanjutnya
4. Untuk mengetahui adanya kelebihan

13
dan kekurangan cairan
5. Mengurangi hipertermi

Diagnosa 4 : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral atau
penyumbatan aliran darah
Tujuan : mengurangi resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakarnial
b. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai kemampuan
c. Menunjukkan fungsi sensori, motori kranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan-gerakan infolunter
Intervensi Rasional
1. Monitor adanya daerah tertentu yang 1. Membantu dalam menentukan
hanya peka terhadap panas / dingin/ intervensi selanjutnya
tajam/tumpul 2. Meminimalisir terjadinya pendarahan
2. Batasi gerakan pada kepala leher 3. Mengurangi nyeri yang dirasa
dan punggung 4. Meminimalisir terjadinya tromboplebitis
3. Kolaborasi pemberian analgetik 5. Menentukan intervensi yang tepat
4. Monitor adanya tromboplebitis
5. Diskusikan mengenai penyebab
perubahan sensasi

Diagnosa 5 : Nyeri akut b.d proses infeksi


Tujuan : Mengurangi rasa Nyeri
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui skala nyeri klien
komprehensif 2. Agar klien merasa nyaman
2. Observasi reaksi non verbal dari 3. Menciptakan kedekatan dengan klien
ketidak nyamanan dan dalam penyampaian informasi
3. Gunakan teknik komunikasi lebih dipahami oleh klien
terapeutik 4. Memudahkan dalam menentukan
4. Evaluasi pengalam nyeri masa intervensi
lampau
5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

Diagnosa 6 : Resiko cidera b.d kejang


Tujuan : mencegah terjadinya resiko cidera karena kejang

14
Kriteria hasil :
a. Klien terbebas dari cidera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cidera
c. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
d. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi Rasional
1. Sediakan lingkungan yang aman 1. Lingkungan yang aman dapat
untuk pasien memproses penyembuhan pada
2. Menghindarkan lingkungan yang pasien
berbahaya 2. Side rail dapat mengurangi resiko
3. Memasang side rail tempat tidur cidera pada pasien
4. Menganjurkan keluarga untuk 3. Agar pasien tidak merasa kesepian
menemani pasien 4. Agar pasien dan keluarga dapat
5. Berikan penjelasan pada pasien dan memahami penyakit yang di derita
keluarga atau pengunjung adanya pasien.
perubahan status kesehatan dan 5. Memberikan informasi tentang
penyebab penyakit. keadaan pasien sehingga
meminimalisir resiko cidera

15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun di rawat di ruang pratama Rs. Ciremai dengan
keluhan sakit kepala hebat dengan skala nyeri 8, leher terasa kaku, demam lebih dari tiga
hari dan pada malam hari mengalami kejang kurang lebih selama 15 menit. Dari pemeriksaan
fisik konjungtiva tidak anemis, badan terlihat kurus. saat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
didapatkan suhu 39°C , Nadi 115 x/menit, Respirasi 30 x/menit. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan : Hemoglobin 17,3 g/dl, Leukosit 14,5 ribu/mm³, GDS 102 mg/dl.
Saat ini klien mendapatkan terapi infus RL 10 tpm dan diberikan obat ceftriaxone dan
paracetamol. Pasien di diagnosa meningitis.
3.2 Pembahasan Kasus
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : An. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 7 tahun
Alamat : Plered, Kab. Cirebon
Tanggal ,masuk : 7 Juli 2019
Diagnosa medis : meningitis
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 32 tahun
Alamat : Plered, Kab. Cirebon
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan klien : Ayah
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sakit kepala hebat dengan skala nyeri 8.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Tn. S datang ke RST. Ciremai pada tanggal 7 juli 2019, jam 11.47 Wib dengan
keluhan Demam lebih dari tiga hari, sakit kepala hebat, leher terasa kaku dan pada
malam sebelum di bawa ke rumah sakit orang tua klien bilang sempat kejang kurang
lebih 15 menit. Keadaan klien saat ini terlihat lemah dan menangis menahan sakit
kepala yang di rasakan.

16
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sebelumnya klien pernah mengalami diare saat berumur 1 tahun.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit yang
sama dengan klien.
6. Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan umum : Lemah
b) Kesadaran : compos mantis
c) Skala nyeri : 8
d) Tanda-tanda Vital :
Nadi : 115 x/menit
Suhu : 39°C
RR : 30 x/menit
e) Kepala dan leher
Kepala : berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan merata. Reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemi.
Telinga : tidak ada serumen
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sinus
Mulut : bersih
Leher : tidak ada pembesaran KGB, kaku kuduk
f) Dada dan thoraks
Pergerakan dada simetris, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi. Pemeriksaan
jantung regular tidak ada bising/murmur
g) Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada lesi, hasil perkusi timpani, bising usus normal, hepar dan
limpa tidak teraba, kandung kemih teraba kosong.
h) Ekstremitas
Klien mampu menggerakkan ekstremitas sesuai dengan arah gerak sendi.
Simetris, tidak ada edema.
i) Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 17,3 g/dl
Leukosit : 14,5 ribu/mm³
Eritrosit : 4,31 juta/mm³
Hematokrit : 36,9 %
GDA : 102 mg/dl

17
j) Terapi yang diberikan
Klien saat ini mendapat terapi infuss RL 10 tpm, Ciftriaxon melalui IV dan
Paracetamol.
B. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : Infeksi/septicemia jaringan Nyeri Akut
- ibu klien mengatakan klien otak
menangis terus menerus
- ibu klien mengatakan klien
meringis menahan sakit Iritasi meningen
kepalanya
- saat ditanyakan skala nyeri
dari 1-9, klien memilih 8 skala Perubahan fisiologis
nyerinya intrakrnial
DO:
- Klien tampak lemah
- kesadaran compos matis Sakit kepala
- klien terlihat pucat

Nyeri Akut

2. DS : Infeksi/septicemia jaringan Hipertermi


- ibu klien mengatakan klien otak
deman sudah lebih dari tiga
hari
DO : Iritasi meningen
- Suhu klien 39°C
- RR 30 x/menit
- klien terlihat tidak nyaman Perubahan fisiologis
dengan kondisinya intrakrnial

Demam

Hipertermi

3. DS: Edema serebral dan Risiko Injuri


- ibu klien mengatakan peningkatan TIK
semalam klien sempat kejang
kurang lebih 15 menit.
- ibu klien mengatakan saat Penekanan area fokal
kejang mata klien melihat ke kortikal
atas
- ibu klien mengatakan setelah
sadar dari kejang klien Regiditas nukal, tanda
menangis lemah. kerning dan brundzinki
DO : positif
- klien terlihat lemah
- TTV :

18
Suhu : 39°C Kejang
Nadi : 115 x/menit
RR : 30 x/menit
Risiko Injuri

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses infeksi
2. Hipertermi b.d proses infeksi
3. Risiko injuri b.d Kejang
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Tindakan Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian - Menentukan letak
tindakan nyeri secara nyeri yang di rasa
keperawatan selama komprehensif pasien dengan
1 x 24 jam nyeri termasuk lokasi, tepat
berkurang, dengan karakteristik, durasi, - Memudahkan
kriteria hasil : frekuensi, kualitas dalam menentukan
- Mampu mengontrol dan faktor presipitasi. frekuensi nyeri
nyeri - Observasi reaksi non - Memudahkan
- Melaporkan bahwa verbal dari dalam
nyeri berkurang ketidaknyamanan berkomunikasi
dengan - Gunakan teknik untuk mendapatkan
menggunakan komunikasi informasi mengenai
manajemen nyeri terapeutik untuk keadaan klien
- Mampu mengenali mengetahui - Memberikan
nyeri pengalaman nyeri penanganan tanpa
- Menyatakan rasa pasien menggunakan
nyaman setelah- Ajarkan tentang farmakologi
nyeri berkurang teknik non - Memberikan rasa
farmakologi nyaman kepada
- Tingkatkan istirahat klien
- Kolaborasikan - Memudahkan
dengan dokter jika dalam menentukan
ada keluhan dan intervensi
tindakan nyeri tidak selanjutnya
berhasil
2. Hipertermi Setelah dilakukan - Monitor suhu - Mengetahui
tindakan sesering mungkin penurunan ataupun
keperawatan selama - Monitor TD, Nadi, peningkatan suhu
1 x 24 jam demam Suhu dan RR - Membantu dalam
berkurang dengan - Monitor intake dan menentukan
kriteria hasil : output intervensi
- Suhu tubuh dalam - Berikan pengobatan selanjutnya
rentang normal untuk mengatasi - Mengetahui
- Nadi dan RR dalam penyebab demam kecukupan cairan
rentang normal - Kompres pasien dalam tubuh pasien
- Tidak ada pada lipat paha dan - Kolaborasi dengan
perubahan warna aksila penggunakan

19
kulit dan tidak ada farmakologi
pusing - Menurunkan panas
secara non
farmakologi
3. Resiko injuri Setelah dilakukan - Sediakan lingkungan - Mengurangi resiko
tindakan yang aman untuk injuri di lingkungan
keperawatan 1x24 pasien pasien
jam resiko injuri tidak - Identifikasi - Mengetahui tingkat
terjadi, dengan kebutuhan kebutuhan
kriteria hasil : keamanan pasien, keamanan pasien
- Klien terbebas dari sesuai dengan sesuai kebutuhan
cedera kondisi fisik dan - Menjaga keamanan
- Klien mampu kognitif pasien dan pasien agar tidak
menjelaskan riwayat penyakit jatuh
cara/metode untuk terdahulu pasien - Memudahkan
mencegah - Memasang side rail dalam melanjutkan
ijury/cedera tempat tidur intervensi
- Menggunakan - Menganjurkan selanjutnya
fasilitas kesehatan keluarga untuk - Memberikan
yang ada menemani pasien informasi terkait
- Mampu mengenali - Berikan penjelasan status kesehatan
perubahan status pada pasien dan pasien dan
kesehatan keluarga atau kebutuhan pasien
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit

E. Implementasi Keperawatan
Tgl/Pukul No. DP Pelaksanaan
7 juli 2019 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi
5. Meningkatkan istirahat
6. Mekolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
7 Juli 2019 2 1. Memonitor suhu sesering mungkin
2. Memonitor TD, Nadi, Suhu dan RR
3. Memonitor intake dan output
4. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
5. Mengkompres pasien pada lipat paha dan aksila
7 Juli 2019 3 1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
3. Memasang side rail tempat tidur
4. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

20
5. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit

F. Evaluasi Keperawatan
No DP Tanggal SOAP
1 8-7-2019 S : - ibu klien mengatakan klien masih sering merasa sakit
kepala hingga sulit tidur.
O : - klien masih terlihat lemah
- klien menangis
- skala nyeri 7
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- kolaborasikan dengan dokter pemberian obat pereda
nyeri
2 8-7-2019 S : - ibu klien mengatakan demamnya naik turun
- ibu klien mengatakan klien mengigau saat tidur
- saat di kompres air hangat panasnya menurun
O : - klien terlihat lemah
- TTV : Suhu : 38,5 °C
RR : 25 x/menit
Nadi : 95 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- observasi TTV
3 8-7-2019 S : - ibu klien mengatakan kejang masih terjadi
- ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh klien
O : - jam 20.00 klien mengalami kejang
- keadaan umum klien masih terlihat lemah
- Suhu 38,5°C
- lingkungan tempat tidur terlihat aman
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 9-7-2019 S : - ibu klien mengatakan klien masih merasa sakit kepala
- klien mengatakan sakitnya sudah tidak seperti
sebelumnya
O : - klien masih terlihat lemah
- skala nyeri 6
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 9-7-2019 S : - ibu klien mengatakan demamnya mulai turun
O : - klien terlihat lemah
- TTV : Suhu : 37,5°C
RR : 22 x/menit
Nadi : 85 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- observasi TTV
3 9-7-2019 S : - ibu klien mengatakan semalam ada kejang
- ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh klien
O : - Suhu tubuh 37,5 °C

21
- lingkungan tempat tidur aman
- klien masih bed rest total ditempat tidur
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- observasi TTV
1 10-7-2019 S : - ibu klien mengatakan klien mulai terlihat tenang
- ibu klien mengatakan klien sudah bisa tidur nyenyak
O : - klien masih terlihat lemah
- skala nyeri 6
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- ajarkan teknik relaksasi
- anjurkan klien untuk istirahat
2 10-7-2019 S : - ibu klien mengatakan suhu tubuh klien mulai normal
O : - keadaan umum klien lemah
- TTV : Suhu : 36,5 °C
RR : 22 x/menit
Nadi : 80 x/menit
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
3 10-7-2019 S : ibu klien merasa tenang karena keadaan klien mulai
membaik dan klien tidak mengalami kejang
O : - Suhu tubuh klien saat ini 36,5°C
- Keadaan umum klien masih lemah
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
1 11-7-2019 S : ibu klien mengatakan klien lebih merasa nyaman
O : - keadaan umum klien masih lemah
- Skala nyeri 3
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput
yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus,
bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan
otak. meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah marah, obstipasi, muntah-muntah . Dapat di temukan tanda tanda perangsangan
meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda tanda
perangsangan meningen lainnya .
Suhu badan naik turun, kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil sering dijumpai
nadi yang lambat . Selain itu terdapat hipertensi umum. Abdomen tampak mencekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf saraf ini . Yang
sering terkena nervus III dan VII . Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, gangguan sesibilitas. Tanda tanda khas penyakit ini adalah
apatis, refleks, pupil yang lambat dan refleks refleks tendo yang lemah.
4.2 Saran
Dengan terselesaikannya Makalah Meningitis pada pasien anak ini diharapkan bagi
mahasiswa keperawatan agar lebih bisa mengidentifikasi dan membedakan gejala meningitis
deng gejala penyakit yang ada pada selaput otak.

23
DAFTAR PUSTAKA
A. Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta, Kedokteran. Edisi ke 2. Jakarta: Media Aesculapius
Amin Huda N, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: Penerbit Mediaction Jogja
Doenges, E.M. 2000. Rencana asuhan keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta
Drs. Syaifuddin, B. Ac. 2010. Anatomi Fisiologi. EGC: Jakarta
Nursalam . 2005. Asuhan keperawatan bayi & anak. Jakarta : Salemba medika
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang: Gramedia Pustaka Utama
Suriadi,dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Jakarta: Sagung Seto

24

Anda mungkin juga menyukai