Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DIAGNOSA


MEDIS MENINGITIS DI RUANG PERAWATAN PALIATIF
DI RUMAH SAKIT PRIMA KARTINI

Dosen Pengampu :
Ery Wardaningsih, S. Kep., Ns., M. M Kep
Disusun Oleh :
Kelompok III
1. Ananda Putri Agustin (200402003)
2. Fenny Widyastari (200402012)
3. Herwina (200402014)
4. Rinda Julianty (200402030)
5. Rya Astina (200402031)

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SI KEPERAWATAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna yang dilengkapi dengan akal
pikiran, supaya manusia mampu memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan
hidup serta memberikan kami rahmat sehingga dapat menyelesaikan laporan
“ASUHAN KEPERAWARATAN An. A Dengan Diagnosa Medis Meningitis
Di Ruang Perawatan Paliatif Di Rumah Sakit Prima Kartini” ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Kemudian shalawat beserta
salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah SWT
yang bertugas untuk menyampaikan risalah-Nya sebagai petunjuk dan peringatan
untuk manusia serta telah membawa kita dari alam yang gelap dipenuhi kebodohan
menuju alam yang terang benderang dan penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini.

Pertama-tama, rasa terima kasih kami tak henti-henti kami ucapkan kepada
Ibu Ery Wardaningsih, S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini. Laporan ini sangat jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Kami juga berharap kedepannya laporan ini
memiliki dampak yang positif bagi pembaca terutama bagi penyusun sendiri.

Sengkang, 14 Oktober 2022


Penyusun,

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Meningitis ....................................................................... 3
2.1.1 Definisi Meningitis ......................................................................... 3
2.1.2 Etiologi Meningitis ......................................................................... 3
2.1.3 Patofisiologi Meningitis .................................................................. 4
2.1.4 Manifestasi Klinis Meningitis ......................................................... 5
2.1.5 Komplikasi ..................................................................................... 5
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 6
2.1.7 Penatalaksanaan Medis Meningitis ................................................. 7
2.1.8 Penyimpangan KDM Meningitis ..................................................... 9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 10
2.2.1 Pengkajian .................................................................................... 10
2.2.2 Diagnosa .......................................................................................... 11
2.2.3 Intervensi ......................................................................................... 12
2.2.4 Implementasi .................................................................................... 13
2.2.5 Evaluasi ........................................................................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ 14
3.1 Pengkajian ........................................................................................... 14
3.1.1 Biodata ......................................................................................... 14
3.1.2 Keluhan utama .............................................................................. 14
3.1.3 Riwayat Kesehatan ....................................................................... 15
3.1.4 Riwayat Imunisasi ........................................................................ 17
3.1.5 Riwayat tumbuh kembang ............................................................ 17
3.1.6 Riwayat nutrisi ............................................................................. 17
3.1.7 Riwayat psikososial ...................................................................... 18

ii
3.1.8 Riwayat hospitalisasi .................................................................... 18
3.1.9 Reaksi spiritual ............................................................................. 18
3.1.10 Aktivitas sehari-hari...................................................................... 19
3.1.11 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 20
3.1.12 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan ............................................. 22
3.1.13 Test diagnostik ............................................................................. 23
3.1.14 Terapi Medis ................................................................................ 24
3.2 Analisa Data ........................................................................................ 25
3.3 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 29
3.4 Intervensi ............................................................................................. 30
3.5 Implementasi ....................................................................................... 32
3.6 Evaluasi ............................................................................................... 38

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan generasi penerus yang akan mewarisi kepemimpinan di
bidang kebangsaan, keagamaan dan kenegaraan. Anak perlu di didik dan
dirawat dengan sebaik-baiknya dalam kelurga, agar anak berguna bagi bangsa,
negara dan agama (Fitriana, 2017). Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak, pengertian anak adalah seorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Infeksi SSP (Sistem Saraf Pusat) pada anak dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang besar jika tidak terdeteksi maupun tidak
tertangani secara tepat. Salah satu penyakit infeksi SSP yang terjadi pada anak
adalah meningitis, yang disebutkan bahwa meningitis menduduki urutan ke-10
dalam penyebab kematian akibat infeksi yang ada pada tiap negara (WHO,
2015).
Meningitis merupakan peradangan pada meningen yaitu membran yang
melindungi otak dan cairan serebrospinal. Meningitis dapat disebabkan oleh
virus,bakteri, infeksi parasit dan obat-obatan tertentu. Meningitis bakterial
merupakan SSP (Sistem Saraf Pusat) yang paling berat dan sering masih
menjadi masalah kesehatan di dunia yang mematikan dan menyebabkan
gangguan neurologis permanen di kemudian hari (Boyles dkk,2014).
Menurut penelitian Drja dkk, prevalensi kasus meningitis di indonesia,
meningitis merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke
17 yaitu 0,8% setelah malaria. Meningitis merupakan penyakit menular pada
semua umur dengan proporsi 3,2%, sedangkan proporsi meningitis sebagai
penyebab kematian bayi umur 29 hari – 11 bulan urutan ketiga yaitu 9,3%,
setelah diare 31,4% dan pneumonia 23,8%. Proporsi meningitis penyebab
kematian pada umur 1 – 4 tahun yaitu 8,8% dan merupakan urutan ke – 4
setelah Necroticans Entero Colitis (NEC) yaitu 10,7% (Simmanulang &
Sarumpaet, 2014). Kemudian pada tahun 2012 proporsi meningitis sebagai
penyebab kematian post neonatal 929 hari – 11 bulan berada pada urutan ke –

1
7 dengan proporsi 3,5% dan anak balita 1 – 4 tahun berada pada urutan ke – 5
dengan proporsi 4,5% (Djaja & dkk,2014).
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Diagnosa Meningitis di Ruang Perawatan Paliatif di Rumah Sakit
Prima Kartini”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian
ini adalah “Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan
Diagnosa Medis Meningitis di Ruang Perawatan Paliatif di Rumah Sakit Prima
Kartini ?”.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk melakukan Asuhan Keperawatan
Pada An. A Dengan Diagnosa Medis Meningitis di Ruang Perawatan
Paliatif di Rumah Sakit Prima Kartini.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada An. A dengan dengan
diagnosa medis Meningitis.
b. Menetapkan diagnosis keperawatan An. A dengan dengan diagnosa
medis Meningitis.
c. Menyusun perencanaan keperawatan An. A dengan dengan diagnosa
medis Meningitis.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan An. A dengan dengan diagnosa
medis Meningitis.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan An. A dengan dengan diagnosa
medis Meningitis.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Meningitis
2.1.1 Definisi Meningitis
Meningitis adalah peradangan yaang terjadi pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi
pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita Yuliani 2006). Pengertian lain
juga menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi arakhnoid dan pia
mater yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar ke
subarachonoid dari otak dan medula spinalis biasanya dari ventrikel
(Batticaca, Fransisca, 2008).
Meningitis merupakan infeksi purulent pada lapisan otak yang
biasanya pada orang dewasa hanya terbatas didalam ruang subaraknoid,
sedangan pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai
suatu efusi atau empiemea subdural (leptomeningitis) atau bahkan
kedalam otak (meningoesenfaltis) (satyanegara, 2010).
Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah selaput meningen yang
mengalami peradangan, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat.
2.1.2 Etiologi Meningitis
Etiologi meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) bisa disebabkan
oleh Bakteri, Faktor predisposisi, Faktor maternal, Faktor imunologi,
anak dengan kelainan sistem saraf pusat.
a. Bakteri
Bakteri yang bisa menjadi faktro pencetus meningitis antara lain :
Haemophilus influenza (tipe B), Streptococcus pneumoniae,
Neisseria meningitis, Hemolytic Streptococcus, Staphilococcus
aurea, E. coli
b. Faktor predisposisi
Jenis kelamin laki-laki biasanya lebih sering dibandingkan dengan
perempuan.

3
c. Faktor maternal
Rupture membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
d. Faktro imunologi
Defisiensi mekanisme imun, defisisensi immunoglobulin, anak
yang mendapat obat-obatan imunosupresi.
e. Faktro anak dengan kelainan system saraf pusat
Proses Pembedahan atau terjadi injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan.
Penyebab lain dari faktor ini diantaranya riketsia, penyakit kanker,
tumor pada otak, obat-obatan seperti antimikriba, immune globulin,
ranitidine, non steroidal anti-inflammatory, penyakit sistemik seperti
Systemic lupus erythematosus, Rheumatoid arthritis, Polymyositis.
2.1.3 Patofisiologi Meningitis
Patofisiologi meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 ), meningitis
terjadi akaibat dari hal penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh
yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
selaput otak, misalnya penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan
Bronchopneumonia. Masuknya organisme melalui sel darah merah pada
blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi akibat prosedur
pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat.
Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat
menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF
(Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan
bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla
spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui ruang
pada subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti
pada via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di
sebabkan oleh mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan
terjadilah toksekmia, sehingga terjadi peningkatan suhu oleh
hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya
hipertermi.

4
2.1.4 Manifestasi Klinis Meningitis
Manifestasi klinis meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) dibagi
menjadi tiga dimana meliputi :
a. Neonatus
Tidak mau atau menolak untuk makan, reflek mengisap kurang,
muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis
lemah.
b. Anak-anak dan remaja
Demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan
sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia,
delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, strupor, koma,
kaku kuduk, opistotonus. Terdapat Tanda kernig dan brudzinki
positif, reflek fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus
(menunjukan adanya infeksi meningococcal).
c. Bayi anak usia 3 bulan – 2 tahun
Demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang,
menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol dan untuk triase
meningitis mengalami positif
1. Kaku kuduk, pasien akan mengalami kekakuan pada leher
sehingga terdapat kesulitan dalam memfleksikan leher karena
adanya spasme otot-otot leher.
2. Tanda Kernig positif, ketika paha pasien dalam keadaan fleksi
lebih dari 135 derajat karena nyeri.
3. Tanda Brudzinski positif, bila leher paien di fleksikan maka
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
2.1.5 Komplikasi
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul
pada anak dengan meningitis antara lain.
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat

5
sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah
subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui
perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis
lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada
saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya
banyak tertahan di intracranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak
karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan
yang tepat.
e. Epilepsi.
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena
meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu
gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan
yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap
antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih
(10.000-40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya
mikroorganisme pathogen.
2. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
b. Radiografi : Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya
Rongen dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC
paru, pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan
otak.
c. Pemeriksaan pungusi lumbal : untuk membandingkan hasil dari
keadaan CSF normal dengan meningitis.

6
2.1.7 Penatalaksanaan Medis Meningitis
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) penatalaksanaan medis yang secara
umum yang dilakukan di rumah sakit antara lain :
a. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat degidrasi yang diberikan
karena pada anak yang menderita meningitis sering datang dengan
penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah,
pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan
intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
b. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis
awal pada neonates 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
anak yang lebih dari 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan
fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ di bagi dalam dua kali pemberian
diberikan selama dua hari. Sedangkan pemberian fenobarbital dua hari
berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dua kali
pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang
juga diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil
toksik kuman peningkatan suhu tubuh berasal dari kontraksi otot
akibat kejang.
c. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400
mg/Kg BB dibagi dalam enam dosis pemberian secara intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam
empat dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional
melalui kultur dari pengambilan cairan serebrospinal melalui pungsi
lumbal.
d. Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan

7
dapat membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsang
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
e. Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi.
Tindakan pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen
untuk mendukung kebutuhan metabolism yang meningkat selain itu
mungkin juga terjadi depresi pusat pernapasan karena peningkatan
tekanan intracranial sehingga peril diberikan oksigen bertekanan lebih
tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan.

8
2.1.8 Penyimpangan KDM Meningitis

Infeksi bakteri M. Tuberculosis

Invasi bakteri ke jaringan


serebral

Inflamasi

Gangguan metabolisme serebral

Kerusakan adrenal, kolaps


sirkulasi, kerusakan endotel

Infeksi jaringan otak

Iritasi meningen

Permeabilitas darah otak↑ Perubahan fisiologis intrakranial

Produksi mukus ↑ Edema serebral dan peningkatan Perubahan gastrointestinal


TIK

Sekret ↑ Perubahan tingkat kesadaran Mual dan muntah

Bersihan jalan napas tidak Penurunan kapasitas adaptif


Defisit nutrisi
efektif intrakranial

9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien dan keluarga
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah suhu badan
tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang
timbul seperti kapan mulai terjadinya serangan, sembuh atau
bertambah buruk.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan
sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala
dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
f. Riwayat imunisasi
g. Riwayat tumbuh kembang
h. Riwayat nutrisi
i. Riwayat psikososial
j. Riwayat hospitalisasi

10
k. Riwayat spiritual
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien meningitis biasanya
didapatkan kesadaran yang kurang baik atau samnolen dan akan
berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system
saraf pusat.
b. Pemeriksaan fisik
Menurut ( Tursinawati et.al 2015 ) pemeriksaan fisik persistem pada
pasien meningitis meliputi :
1) Sistem pernapasan
2) Sistem cardiovaskuler
3) Sistem persyarafan
4) Sistem pencernaan
5) Sistem indera
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem integuman
8) Sistem endokrin
9) Sistem perkemihan
10) Sistem reproduksi
11) Sistem imun
3. Aktivitas sehari-hari
Meliputi nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat tidur, olah raga, personal
hygiene, aktivitas, dan rekreasi.
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa yang dapat muncul pada anak dengan penyakit meningitis
adalah:
1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
2. Bersihkan jalan napas tidak efektif
3. Defisit nutrisi

11
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Penurunan kapasitas Kapasitas Adaptif Manajemen Peningkatan Tekanan
adaptif intrakranial Intrakranial Intrakranial
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x 34 1. Identifikasi penyebab peningkatan
jam maka kapasitas TIK
intrakranial meningkat 2. Monitor komposisi cairan
dengan kriteria hasil : serebrospinal
1. Tingkat kesadaran Terapeutik
meningkat 3. Cegah terjadinya kejang
2. Sakit kepala menurun Kolaborasi
3. Muntah menurun 4. Kolaborasi pemberian sedasi dan
4. Respon pupil membaik anti kogulan
5. Respon neurologis 5. Kolaborasi pemberian deuritik
membaik osmosis
6. Tekanan intrakranial
membaik
Bersihan Jalan Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola napas
jam diharapkan bersihan 2. Monitor bunyi napas
jalan napas meningkat 3. Monitor sputum
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Produksi sputum 4. Posisikan semi fowaler atau fowler
menurun 5. Lakukan penghisapan lendir kurang
2. Mengi menurun dari 15 detik
3. Wheezing menurun 6. Berikan oksigen
4. Dispnea menurun Edukasi
5. Frekuensi napas 7. Anjurkan asuan cairan 2000 ml/hari
membaik Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, mukolitik dan
ekspektoran
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Pemberian Makan Enteral
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24

12
jam diharapkan status 1. Periksa posisi NGT dengan
nutrisi membaik dengan memeriksa residu lambung atau
kriteria hasil : mengasukultasi hembusan udara
1. Berat badan membaik 2. Monitor rasa penuh, mual, dan
2. IMT membaik muntah
Terapeutik
3. Gunakan teknik bersih dalam
pemberian makanan via selang
4. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
45 derajat selam pemberian
makanan.
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemilihan jenis dan
jumlah makanan enteral

2.2.4 Implementasi
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari
renana keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan rencana
keperawatan yang disusun.
2.2.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses keperawtan klien dengan
Meningitis.
1. Anak akan mempertahankan perfusi serebral yang adekuat
2. Anak akan menunjukan status pernafasan adekuat yang ditandai
dengan jalan nafas paten dan bersih, pola nafas efektif dan
pernafasan normal.
3. Anak akan mempertahankan kontak dengan lingkungan sekitar
4. Suhu tubuh dalam rentang normal, Nadi dan RR dalam rentang
normal, tidak ada perubahan warna kulit
5. Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang adekuat
6. Anak akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat

13
BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
Identitas Klien
Nama/ inisial nama panggilan : An. H
Tempat tanggal lahir/ usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jln. Pisang No. 30
Tanggal masuk : 10 Oktober 2022
Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2022
Diagnosa medik : Meningitis TB purulent
Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. A
Usia : 41 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pisang No. 30
Ibu
Nama :
Usia : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/ sumber penghasilan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pisang No. 30
3.1.2 Keluhan utama
Penurunan kesadaran

14
3.1.3 Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 10 Oktober 2022, klien masuk RS dengan penurunan
kesadaran (Somnolen) E : 2, M : 3, V : 1. Klien tampak batu
berdahak, terdengar mengorok, dan saat di auskultasi terdengar
suara ronchi. Klien terpasang NGT untuk makan serta terpasang
oksigen 2 liter. Setelah dikaji didapatkan TTV :
S : 37,2 ̊ C
N : 130x/i
RR : 33x/i
B. Riwayat Kesehatan Lalu
- Penyakit yang pernah dialami : Pada saat umur tiga bulan terkena
penyakit hidrosefalus dan dilaksanakan operasi pemasangan up
shunt
- Kecelakaan yang pernah dialami : Tidak pernah
- Pernah dioperasi :Pernah
- Alergi : Tidak ada
- Komsumsi obat-obatan bebas : Tidak pernah
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Kesehatan :
G1: Kakek dan Nenek klien tidak pernah menderita penyakit
menular maupun penyakit keturunan.
G2 : Ayah dan Ibu klien tidak pernah menderita penyakit menular
maupun penyakit keturunan.
G3 : Klien menderita penyakit meningitis

15
Genogram

G1 73 70 65 68 64

75 70

G2
41 39 37 40 38 35

G3
G1 10

Keterangan :

: Laki-laki : Garis perkawinan

: Perempuan : Garis keturunan

: Pasien : Tinggal serumah

: Meninggal

16
3.1.4 Riwayat Imunisasi
Waktu Reaksi Setelah
No Jenis Imunisasi
Pemberian Pemberian
1 Hepatitis B 0-24 Jam Demam
2 BCG, Polio 1 1 Bulan Ibu lupa
3 DPT-HB-HIB 1, Polio 2 2 Bulan Ibu lupa
4 DPT-HB-HIB 2, Polio 3 3 Bulann Ibu lupa
5 DPT-HIB-HIB 3, Polio 4, IPV 4 Bulan Ibu lupa
6 Campak 9 Bulan Ibu lupa

3.1.5 Riwayat tumbuh kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 3,2 gram
2. Panjang badan : 51 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 5 bulan
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat...
1. Berguling : 6 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 9 bulan
5. Berjalan : 1 tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu lupa
7. Bicara pertama kali : Ibu lupa
8. Berpakaian tanpa bantuan : 3 tahun

3.1.6 Riwayat nutrisi


A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Sejak lahir
2. Cara pemberian : Disusui
3. Lama pemberian : 2 tahun
B. Pemberian Susu Formula
1. Alasan pemberian : Tidak ada

17
2. Jumlah pemberian : Tidak ada
3. Cara pemberian : Tidak ada
C. Pemberian Makanan Tambahan
1. Pertama kali diberikan : 4 bulan
2. Jenis : Bubur
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0-4 bulan ASI 4 bulan
5-12 bulan ASI + Bubur saring 6 bulan
1 tahun- sekarang Nasi, lauk, sayur Sampe sekarang
3.1.7 Riwayat psikososial
- Anak tinggal di : Rumah
- Lingkungan berada di : Kota
- Rumah dekat : Dekat
- Apakah ada tangga yang bisa berbahaya : Ada
- Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis
- Pengasuh anak : Orang tua

3.1.8 Riwayat hospitalisasi


A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : Anak tidak sadarkan
diri
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Iya, dokter
bercerita tentang kondisi anak
3. Bagaimana perasaan orang tua saat ini :Takut
4. Apakah orang tua selalu berkunjung : Iya
5. Siapa yang ingin tinggal dengan anak : Orang tua

3.1.9 Reaksi spiritual


- Support system dalam keluarga : Orang tua
- Kegiatan keagamaan : Tidak ada

18
3.1.10 Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Baik Tidak terkaji
2. Menu makan Nasi + ikan + sayur Bubur
3. Frekuensi makan 3-4 kali 3x sehari
4. Makanan yang disukai Mie Tidak terkaji
5. Makanan pantangan Tidak ada Tidak terkaji
6. Pembatasan pola makan Tidak ada Tidak ada
7. Cara makan Makan sendiri NGT
8. Ritual saat makan Berdoa Tidak ada
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Air putih Air putih
2. Kebutuhan cairan 1600 cc/hari 960cc/hari
3. Cara pemenuhan Minum Minum + infus
C. Eliminasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan Toilet Toilet
2. Frekuensi Sekali sehari Tidak pernah
3. Konsistensi Lunak Tidak ada
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada

D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur 7-8 Jam GCS :6
2. Kebiasaan sebelum tidur Berdoa Tidak ada
3. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

19
E. Olahraga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olahraga Tidak ada Tidak ada
2. Jenis dan frekuensi Tidak ada Tidak ada
3. Kondisi setelah olahraga Tidak ada Tidak ada
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi 2x/hari 2x/hari (dilap)
2. Cuci Rambut/keramas 3x/minggu Tidak pernah
3. Gunting Kuku 3x/minggu 3x/minggu (dibantu)
4. Gosok Gigi 2x/hari Tidak pernah
G. Aktivitas/Mobilitas fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Bermain Tidak ada
2. Pengaturan jadwal Tidak ada Tidak ada
harian
3. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
aktivitas
4. Kesulitan pergerakan Tidak ada Terjadi penurunan
tubuh kesadaran
H. Reaksi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah Senang Tidak ada
2. Waktu luang Bermain Tidak ada
3. Kegiatan hari libur Tidak ada Tidak ada

3.1.11 Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum : Samnolen
B. Tanda-tanda vital
- Suhu : 37,2 ̊ C
- Nadi : 130x/i
- Respirasi : 33x/i

20
C. Antropometri
- Tinggi badan : 133 cm
- Berat badan : 29 kg
- IMT : 16,39 (Status gizi kurang)
- Lingkar lengan atas : 23 cm
- Lingkar kepala : 51,5 cm
- Lingkar dada : 55 cm
- Lingkar perut : 56 cm
D. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Kepala
Inspeksi : Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, bentuk kepala
mesosehepal, distribusi rambut merata
Palpasi : Tidak ada tonjolan patologik, kaku kuduk positif,
brudzinki positif
2. Wajah
Inspeksi : Wajah simestris kiri dan kanan, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada tonjolan.
3. Mata
Inspeksi : Mata simestris, konjugtiva anemis, kotoran mata,
alis mata tersebar luas, fungsi penglihatan menurun
Palpasi : Tidak adanya benjolan.
4. Hidung
Inspeksi : Hidung simestris kiri dan kanan, tampak sesak
Palpasi : Tidak teraba adanya sinusitis dan polip.
5. Mulut dan Gigi
Inspeksi : Mukosa bibir kering, gusi pink, ada karang gigi.
Palpasi : Tidak adanya benjolan.
6. Telinga
Inspeksi : Telinga simestris kiri dan kanan, tidak ada cairan,
darah, seruman yang keluar di dalam telinga.
Palpasi : Tidak adanya benjolan.
7. Leher
Inspeksi : Tidak adanya pembengkakan kelenjar tiroid

21
Palpasi : Tidak adanya benjolan.
8. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simestris kiri dan kanan, tidak
terdapat retraksi dinding dada, tidak ada edema
pada dada.
Palpasi : Denyut jantung teraba, tidak ada benjolan disekitar
dada.
Auskultasi : Terdapat suara nafas ronchi
9. Abdomen
Inspeksi : Umblikus tampak datar dan masuk ke dalam,
abdomen tegang
Auskultasi : Bising usus normal 8x/menit.
Palpasi : Hepar tidak teraba.
Perkusi : Bunyi tympani
10. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak tampak kemerahan
Palpasi : Tidak ada benjolan
11. Rektum dan Anal
Inspeksi : Anus ada lubang
12. Ekstremistas
Inspeksi : Tidak tampak luka, tidak ada udema.
Palpasi : Tidak ada benjolan, kernig positif

3.1.12 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


A. 6 tahun ke atas
1. Perkembangan kognitif
Dapat membaca dan memahami isi sebuah paragraf, paham
dalam hal penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
dalam pencahan.
2. Perkembangan psikososial
Semakin menikmati waktu dengan teman dan melakukan
aktivitas kelompok.
3. Perkembangan psikoseksual

22
Anak mulai bertanya-tanya tentang masa haid.
3.1.13 Test diagnostik
1. Laboratorium
Laboratorium Hasil Normal
Hemoglobin 14,2 g/dl 12,0-16,0 g/dl

Hematokrit 41,0 % 40-50%

Eritrosit 5,17 juta/µL 4,0-5,0 juta/µL

Leukosit 16,98 10ˆ3/µL 9,0-12,0 10ˆ3/µL

MCV 27,5 FL 80-96 FL

HCH 27,5 FL 22-34 FL

CHC 34,6% 32-36%

Basofil 0% 0,0-0,1%

Eosinofil 1% 1,0-3,0%

Neutrofil 0% 2,0-40,0%

Neutrofil segmen 14% 50-70%

Limfosit 16% 20,0-40,0%

Monosit 9% 2-8%

Total neutrofil 12,77 10ˆ3/µL 1,5-8,0 10ˆ3/µL

Total limfosit 2,64 10ˆ3/µL 1-5 10ˆ3/µL

Total monosit 1,48 10ˆ3/µL 1-8 10ˆ3/µL


Total eisonofil 0,09 10ˆ3/µL
Total basofil 0,01-0,1 10ˆ3/µL
0,00 10ˆ3/µL
FCT
0,39%
RDW-CV 11,5-14,5%
13,4 %
MPV 7,2-11,1%
0,8%

23
PDW <8,7 FL 9,0-13,0 FL

Glukosa sewaktu 68 mg/dl 70-150 mg/dl

SGOT 11 V/L < 21 V/L

SGPT 45 UL < 23 UL

Bilirubin total 0,475 mg/dl 0,25-1,0 mg/dl

Bilirubin direk 0,724 mg/dl 0,0-0,25 mg/dl

Albumin <3,20 g/dl 4,0-5,8 g/dl

Ureum 26,0 mg/dl 15,0-39mg/dl

Natrium 136 mEq/l 135-145 mEq/l

Kalium 4,0 mEq/l 3,5-5,1 mEq/l

Klorida 110 mEq/l 98-109 mEq/l

2. Foto rontgen : Tidak tampak pneumonia


3. CT scan : Fissura sylvii bilateral dan falx cerebri
menyokong suatu meningitis
4. ICP : Terdapat peningkatan TIK
5. Radiografi lumbal : Meningitis tuberkulosis purulent

3.1.14 Terapi Medis


No. Nama Obat Dosis Rute
1. Aminosetril 10cc/24 jam IV
2. Vancomycin 3x500 mg IV
3. Acetazolamid 3x500 mg IV
4. Eritromicin caps 2x100 mg PO
5. Omeprazol 2x20 mg IV
6. Glauseta tab 1x250 mg PO
7. Prednison 1x500 mg PO

24
3.2 Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
Data Subjektif : Tidak ada Infeksi bakteri M Penurunan
Data Objektif : tuberculosis kapasitas adaptif
1. Pasien mengalami  intracranial
penurunan kesadaran Invasi bakteri ke
2. Nilai GCS 6 (E2M3V1) jaringan serebral
3. Pasien tampak lemah 
4. Pasien mengalami Reaksi infalamasi
peningkatan TIK jaringan serebral
5. Fungsi penglihatan 
menurun Gangguan
6. Pasien dilakukan metabolisme serebral
pemeriksaan lumbal 
pungsi dengan hasil Trombus daerah
meningitis tuberkulosis korteks dan aliran
purulent darah serebral
7. Nadi 130x/i menurun
8. Kaku kuduk (+),

Brudzinski (+), dan Kernig
Kerusakan adrenal,
(+)
kolaps sirkulasi,
kerusakan endotel,
dan nekrosis
pembuluh darah

Infeksi jaringan otak

Iritasi meningen

Perubahan fisiologis
intrakranial

25

Edema serebral dan
peningkatan TIK

Perubahan tingkat
kesadaran

Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
Data Subjektif : Tidak ada Infeksi bakteri M. Bersihan jalan
Data Objektif : tuberculosis tidak efektif
1. Suara napas ronchi 
2. Pasien tampak batuk Invasi bakteri ke
berdahak dan terdengar jaringan serebral
mengorok 
3. RR 33x/menit Reaksi infalamasi
jaringan serebral

Gangguan
metabolisme serebral

Trombus daerah
korteks dan aliran
darah serebral
menurun

Kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi,
kerusakan endotel,
dan nekrosis
pembuluh darah

26

Infeksi jaringan otak

Iritasi meningen

Perubahan fisiologis
intrakranial

Peningkatan
permeabilitas darah
otak

Penurunan kesadaran

Peningkatan produksi
mucus

Sekret meningkat

Bersihan jalan napas
tidak efektif
Data Subjektif : Tidak ada Infeksi bakteri M. Defisit nutrisi
Data Objektif : tuberculosis
1. Berat badan 29 kg 
2. Tinggi badan 133 cm Invasi bakteri ke
3. IMT 16,39 (Status gizi jaringan serebral
kurang) 
4. Mukosa bibir kering Reaksi infalamasi
5. Albumin <3,20 g/dl jaringan serebral

27
Gangguan
metabolisme serebral

Trombus daerah
korteks dan aliran
darah serebral
menurun

Kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi,
kerusakan endotel,
dan nekrosis
pembuluh darah

Infeksi jaringan otak

Iritasi meningen

Perubahan fisiologis
intrakranial 
Edema serebral dan
peningkatan TIK

Perubahan
gastrointestinal

Mual dan muntah

Defisit nutrisi

28
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kode
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral d.d D.0066
tingkat kesadaran menurun, adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
Bersihkan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d D.0001
frekuensi napas berubah, suara napas ronchi
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d D.0019
serum albumin turun, mukosa bibir kering.

29
3.4 Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Penurunan Kapasitas adaptif Kapasitas Adaptif Intrakranial Manajemen Peningkatan Tekanan
intrakranial b.d edema Setelah dilakukan tindakan Intrakranial
serebral d.d tingkat kesadaran keperawatan selama 1x24 jam, Observasi
menurun, adanya peningkatan maka kapasitas intrakranial 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
tekanan intrakranial. meningkat dengan 2. Monitor komposisi cairan serebrospinal
Kriteria Hasil : Terapeutik
1. Tingkat kesadaran meningkat 3. Cegah terjadinya kejang
2. Tekanan intrakranial Kolaborasi
membaik 4. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti kogulan
3. Respon penglihatan membaik 5. Kolaborasi pemberian deuritik osmosis
4. Refleks neurologis membaik.
2. Bersihkan jalan napas tidak Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
efektif b.d spasme jalan napas Setelah dilakukan tindakan Observasi
d.d frekuensi napas berubah, keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor pola napas
terdengar suara ronchi. diharapkan bersihan jalan napas 2. Monitor bunyi napas
meningkat dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum

30
1. Ronchi menurun Terapeutik
2. Frekuensi napas membaik 4. Posisikan semi fowaler atau fowler
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
6. Berikan oksigen
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran dan mukolitik
3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Pemberian Makan Enteral
ketidakmampuan mencerna keperawatan selama 1x24 jam Observasi
makanan d.d serum albumin diharapkan status nutrisi 1. Periksa posisi NGT dengan memeriksa residu
turun, mukosa bibir kering. membaik dengan kriteria hasil : lambung atau mengasukultasi hembusan udara
1. Berat badan membaik 2. Monitor rasa penuh, mual, dan muntah
2. IMT membaik Terapeutik
3. Membran mukosa membaik 3. Gunakan teknik bersih dalam pemberian
4. Serum albumin meningkat makanan via selang
4. Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selam pemberian makanan.
Edukasi

31
5. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemilihan jenis dan jumlah
makanan enteral

3.5 Implementasi
No. Hari/Tanggal/Jam No. Dx Implementasi
1. Senin, 10 Oktober 2022 Penurunan Kapasitas adaptif Observasi
Jam 13. 00 intrakranial b.d edema 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
serebral d.d tingkat 2. Memonitor komposisi cairan serebrospinal
kesadaran menurun, adanya Terapeutik
peningkatan tekanan 3. Mencegah terjadinya kejang
intrakranial. Kolaborasi
4. Bolaborasi pemberian sedasi dan anti kogulan
5. Berkolaborasi pemberian deuritik osmosis
2. Senin, 10 Oktober 2022 Bersihkan jalan napas tidak Observasi
Jam 13. 05 efektif b.d spasme jalan 1. Memonitor pola napas
napas d.d frekuensi napas 2. Memonitor bunyi napas
3. Memonitor sputum

32
berubah, terdengar suara Terapeutik
ronchi. 4. Memposisikan semi fowaler atau fowler
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Memberikan oksigen
Kolaborasi
7. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan
mukolitik
3. Senin, 10 Oktober 2022 Defisit nutrisi b.d Observasi
Jam 13. 10 ketidakmampuan mencerna 1. Memeriksa posisi NGT dengan memeriksa residu
makanan d.d serum albumin lambung atau mengasukultasi hembusan udara
turun, mukosa bibir kering. 2. Memonitor rasa penuh, mual, dan muntah
Terapeutik
3. Menggunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
via selang
4. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian makanan.
Edukasi
5. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
Kolaborasi

33
6. Berkolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan
enteral

No. Hari/Tanggal/Jam No. Dx Implementasi


1. Selasa 11 Oktober 2022 Penurunan Kapasitas adaptif Observasi
Jam 13. 00 intrakranial b.d edema 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
serebral d.d tingkat 2. Memonitor komposisi cairan serebrospinal
kesadaran menurun, adanya Terapeutik
peningkatan tekanan 3. Mencegah terjadinya kejang
intrakranial. Kolaborasi
4. Bolaborasi pemberian sedasi dan anti kogulan
5. Berkolaborasi pemberian deuritik osmosis
2. Selasa 11 Oktober2022 Bersihkan jalan napas tidak Observasi
Jam 13. 05 efektif b.d spasme jalan 1. Memonitor pola napas
napas d.d frekuensi napas 2. Memonitor bunyi napas
berubah, terdengar suara 3. Memonitor sputum
ronchi. Terapeutik
4. Memposisikan semi fowaler atau fowler
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

34
6. Memberikan oksigen
Kolaborasi
7. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan
mukolitik
3. Selasa 11 Oktober 2022 Defisit nutrisi b.d Observasi
Jam 13. 10 ketidakmampuan mencerna 1. Memeriksa posisi NGT dengan memeriksa residu
makanan d.d serum albumin lambung atau mengasukultasi hembusan udara
turun, mukosa bibir kering. 2. Memonitor rasa penuh, mual, dan muntah
Terapeutik
3. Menggunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
via selang
4. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian makanan.
Edukasi
5. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
Kolaborasi
6. Berkolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan
enteral

35
No. Hari/Tanggal/Jam No. Dx Implementasi
1. Rabu 12 Oktober 2022 Penurunan Kapasitas adaptif Observasi
Jam 13. 00 intrakranial b.d edema 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
serebral d.d tingkat 2. Memonitor komposisi cairan serebrospinal
kesadaran menurun, adanya Terapeutik
peningkatan tekanan 3. Mencegah terjadinya kejang
intrakranial. Kolaborasi
4. Bolaborasi pemberian sedasi dan anti kogulan
5. Berkolaborasi pemberian deuritik osmosis
2. Rabu, 12 Oktober2022 Bersihkan jalan napas tidak Observasi
Jam 13. 05 efektif b.d spasme jalan 1. Memonitor pola napas
napas d.d frekuensi napas 2. Memonitor bunyi napas
berubah, terdengar suara 3. Memonitor sputum
ronchi. Terapeutik
4. Memposisikan semi fowaler atau fowler
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Memberikan oksigen
Kolaborasi

36
7. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan
mukolitik
3. Rabu, 12 Oktober 2022 Defisit nutrisi b.d Observasi
Jam 13. 10 ketidakmampuan mencerna 6. Memeriksa posisi NGT dengan memeriksa residu
makanan d.d serum albumin lambung atau mengasukultasi hembusan udara
turun, mukosa bibir kering. 7. Memonitor rasa penuh, mual, dan muntah
Terapeutik
8. Menggunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
via selang
9. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian makanan.
Edukasi
10. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
Kolaborasi
6. Berkolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan
enteral

37
3.6 Evaluasi
No Hari/Tanggal/Jam No. Dx Evaluasi
1 Selasa, 11 Oktober 2022 1 S:-
13 : 00 O:
- Pasien tidak sadarkan diri
- GCS 6
- Pasien tampak lemah
- TIK meningkat
- Fungsi penglihatan belum membaik
- N : 125x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 Selasa, 11 Oktober 2022 2 S:-
Jam 13 : 05 O:
- Suara napas ronchi
- Pasien mengorok
- RR : 32x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

38
3 Selasa, 11 Oktober 2022 3 S:-
Jam : 13 : 10 O:
- Mukosa bibir kering
- serum albumin 1,00 g/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

No Hari/Tanggal/Jam No. Dx Evaluasi


1 Rabu, 12 Oktober 2022 1 S:-
13 : 00 O:
- Pasien tidak sadarkan diri
- GCS 5
- Pasien tampak lemah
- TIK meningkat
- Fungsi penglihatan belum membaik
- N : 130x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 Rabu, 12 Oktober 2022 2 S:-

39
Jam 13 : 05 O:
- Suara napas ronchi
- Pasien semakin mengorok
- RR : 30x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3 Rabu, 12 Oktober 2022 3 S:-
Jam : 13 : 10 O:
- Mukosa bibir kering
- serum albumin 1,20 g/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

No Hari/Tanggal/Jam No. Dx Evaluasi


1 Kamis, 13 Oktober 2022 1 S:-
13 : 00 O:
- Pasien tidak sadarkan diri
- GCS 6
- Pasien tampak lemah

40
- TIK meningkat
- Fungsi penglihatan belum membaik
- N : 115x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 Kamis, 13 Oktober 2022 2 S:-
Jam 13 : 05 O:
- Suara napas ronchi
- Pasien masih mengorok
- RR : 34x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3 Kamis, 13 Oktober 2022 3 S:-
Jam : 13 : 10 O:
- Mukosa bibir kering
- serum albumin 2,00 g/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

41

Anda mungkin juga menyukai