Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS PADA ANAK


Dosen pembimbing:Alwin Widianto,S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Disusun Oleh :
1. Isfiana hasanah (14201.12.20019)
2. Fajar Nugraha Indra W (14201.12.20010)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN


PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Pada makalah ini penulis membahas mengenai “asuhan
keperawatan Meningitis pada anak”. Dalam menyusun makalah ini, penulis
menggunakan beberapa sumber sebagai referensi, penulis mengambil referensi
dari buku dan jurnal .

Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain
tidak lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pengasuh


Yayasan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., N.s M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Alwin Widianto,S.,Kep.,Ns.,M.Kes. selaku dosen pengajar mata kuliah
keperawatan anak II.

Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan


balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Genggong, 21 September 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
1
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
..................................................................................................................................
4
1.2 Rumusan makalah
..................................................................................................................................
5
1.3 Tujuan
..................................................................................................................................
5
1.4 Manfaat
..................................................................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit Meningitis
A. Pengertian Meningitis
..................................................................................................................
6
B. Etiologi Meningitis
..................................................................................................................
7
C. Faktor Risiko Meningitis
..................................................................................................................
7
D. Patofisiologi Pencegahan Meningitis
..................................................................................................................
8
E. Manifestasi Klinis Meningitis
..................................................................................................................
8
F. Pemeriksaan Penunjang Meningitis
..................................................................................................................
9
G. Penatalaksanaan Meningitis
..................................................................................................................
9
2.2 Asuhan Keperawatan Teori Meningitis...............................................................
A. Anamnesa
..................................................................................................................
10
B. Diagnosa keperawatan
..................................................................................................................
12
C. Intervensi keperawatan
..................................................................................................................
12
D. Implementasi keperawatan
..................................................................................................................
12
E. Evaluasi keperawatan
..................................................................................................................
13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
....................................................................................................................................
14................................................................................................................................
3.2. Saran
....................................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis merupakan infeksi purulent pada lapisan otak yang
biasanya pada orang dewasa hanya terbatas didalam ruang subaraknoid,
sedangan pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sevagai
suatu efusi atau empiemea subdural ( leptomeningitis ) atau bahkan kedalam
otak ( meningoesenfaltis ) ( satyanegara, 2010 ).
Pada tahun 2018 World Health Organization ( WHO ) mencatat
ditemukannya kasus meningitis dilaporkan 19.135 dengan 1.398 kematian.
Didapatan 7.665 sampel yang diperiksa diketahui 846 sampel positif bakteri
meningitis. Meningitis penyebab kematian bayi umur 29 hari - 11 bulan
dengan urutan ketiga setelah diare dan pnemumonia pada tahun 2014 dengan
jumlah kematian sebanyak 1.304 jiwa di 26 negara ( dari Senegal ke
Ethiopia ). Penyakit ini menjadi terkenal sejak adanya epidemi yang terjadi
pada jemaah haji atau orang yang kontak dengan jemaah yang menderita
meningitis berasal dari Saudi Arabia selama penyelenggaraan haji.
Di Indonesia sendiri, menurut data yang didapatkan dari Kementerian
Kesehatan, pada 2010 jumlah kasus meningitis secara keseluruhan mencapai
19.381 orang dengan rincian laki-laki 12.010 pasien dan wanita 7.371 pasien,
dan dilaporkan pasien yang meninggal dunia sebesar 1.025 orang ( Menkes
RI, 2010 ).
Dalam hal ini Meningitis dapat disebabkan oleh beberapa macam jenis
agens bakteri, Streptococcus pneumoniae ( pnemukokus ) dan Neisseria
meningitides ( meningokokus ) ini merupakan orgasme penyebab meningitis
pada anak-anak berusia lebih dari usia 2 bulan. Penyebab utama meningitis
pada neonates adalah Streptokokus group B dan Escharichia coli infeksi E.
coli tapi jarang terjadi pada masa bayi, meningitis meningekokus
( serebrospinal epidemika ) terjadi dalam bentuk epidemic dan merupakan
satu-satunya bentuk yang mudah ditularkan ke orang laina. Biasanya Infeksi
ini sering terjadi pada anak usai sekolah yang ditularkan melalui infeksi
droplet dari secret nasofaring meskipun dapat terjadi pada semua usia resiko
infeksi meningokokus meningkat sesuai dengan jumlah kontak ( Dona
L.Wong et al. 2008 ).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Meningitis?
2. Bagaimana Etiologi Meningitis?
3. Apa saja faktor resiko meningitis?
4. Bagaimana Patofisiologi Meningitis?
5. Bagaimana Manifestasi klinis Meningitis?
6. Apa saja Pemeriksaan penunjang Meningitis?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Meningitis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Penyakit Meningitis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Meningitis?
2. Untuk mengetahui Etiologi Meningitis?
3. Untuk mengetahui apa saja faktor resiko meningitis?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Meningitis?
5. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Meningitis?
6. Untuk mengetahui Apa saja Pemeriksaan penunjang Meningitis?
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Meningitis?
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Penyakit Meningitis?

1.4Manfaat

1.Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat makalah ini bagi Institusi adalah untuk mengetahui tingkat


kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam pemahaman asuhan
keperawatan penyakit meningitis pada anak.

2.Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan terhadap mata kuliah keperawatan anak II
dengan materi asuhan keperawatan penyakit meningitis pada anak.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Meningitis


A.Pengertian meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan


serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita Yuliani 2006). Pengertian lain juga
menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi arakhnoid dan pia mater
yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar ke
subarachnoid dari otak dan medula spinalis biasanya dari ventrikel
(Batticaca, Fransisca, 2008).

Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan arachnoid


dan piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha & Rahil,
2012). Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput mengineal
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai
adanya gejala spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran,
gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan intrakranial dan
gejala defisit neurologi (Widagdo, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu reaksi yang


terjadi dari peradangan yang terjadi akibat infeksi karena bakteri, virus,
maupun jamur pada selaput otak (araknoidea dan piamater) yang ditandai
dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal dan
menyebabkan perubahan pada struktur otak.

B.Etiologi meningitis

Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis


yaitu bakteri, faktor predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi.
Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006) penyebab meningitis antara lain.
a. Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus
pneumonia, Neisseria meningitis, hemolytic streptococcus,
staphylococcus aureu, e. coli
b. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita
c. Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan
d. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
immunoglobulin, anak yang mendapat obat obat imunosupresi
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury
yang berhubungan dengan sistem persarafan.

C.Patofisiologi meningitis

Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau


jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya penyakit Faringitis, Tonsilitis,
Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya organisme melalui sel
darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi
akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem
saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang
dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF
(Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar.

Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran


CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke
susunan saraf pusat melalui ruang pada subarachnoid sehingga
menimbulkan respon peradangan seperti pada via, arachnoid, CSF, dan
ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh mikroorganisme
meningitis yang mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga
terjadi peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh
meningkat atau terjadinya hipertermi (Suriadi & Rita Yuliani 2001)

D.Manifestasi klinis

Gejala klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit


kepala, lemah, menggigil, demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku
kuduk, kejang, peka pada awal serangan, dan kesadaran menurun menjadi
koma. Gejala meningitis akut berupa bingung, stupor, semi-koma,
peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi dan pernapasan meningkat,
tekanan darah biasanya normal, klien biasanya menunjukkan gejala iritasi
meningeal seperti kaku pada leher, tanda Brudzinksi (Brudzinki’s sign)
positif, dan tanda Kernig (Kernig’s sign) positif (Batticaca, Fransisca,
2008).

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) gambaran klinis yang muncul


pada anak dengan meningitis antara lain :

1. Pada fase akut gejala yang muncul antara lain :

a. Lesu
b. Mudah terangsang
c. Hipertermia
d. Anoreksia
e. Sakit kepala

2. Peningkatan tekanan intrakranial.

Tanda-tanda terjadinya tekanan intrakranial:

a. Penurunan kesadaran
b. Muntah yang sering proyektil (menyembur)
c. Tangisan yang merintih
d. Sakit kepala

3. Kejang baik secara umum maupun lokal


4. Kelumpuhan ekstremitas (paresis atau paralisis)
5. Gangguan frekuensi dan rama pernafasan (cepat dengan irama kadang
dangkal dan kadang dalam)
6. Munculnya tanda-tanda rangsangan meningeal seperti ; kaku kuduk,
regiditas umum, refleksi Kernig dan Brudzinky positif.
E.Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
1) Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih
(10.000-40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya
mikroorganisme pathogen.
2) Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
2.Radiografi : Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya Rongen
dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,
pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.
3.Pemeriksaan pungusi lumbal : untuk membandingkan hasil dari keadaan
CSF normal dengan meningitis.
F. Penatalaksanaan meningitis

Menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) penatalaksanaan medis yang


secara umum yang dilakukan di rumah sakit antara lain :

1. Penatalaksanaan umum

1. Pasien di isolasi
2. Pasien di istirahatkan/bedrest
3. Kontrol hipertermi dengan kompres, pemberian antipiretik seperti
parasetamol, asam salisilat
4. Kontrol kejang : Diazepam, fenobarbital
5. Kontrol peningkatan tekanan intracranial :Manitol, kortikosteroid
6. pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2. Pemberian antibiotic

1. Diberikan 10 sampai 14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas


2. Antibiotik yang umum diberikan : Ampisilin, gentamisin,
kloromfenikol, selalosporin
3. Steroid untuk mengatasi inflamasi
4. Antipiretik untuk mengatasi demam
5. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
6. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
7. Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton)
3. Pengobatan simtomatis

1. Diazepam IV :0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, ataurectal 0.4 –0.6/mg/kg/dosis


2. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari.
3. Turunkan panasAntipiretika : parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis.
4. Kompres air PAM atau es.

4.Pengobatan suportif

5) Cairan intravena

6) Zat asam, agar konsitrasi O2berkisar antara 30 –50%

7) Perawatan pada waktu kejang

1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.


2. Hisap lender
3. Kosongkan lambung untuk menghindari terjadinya muntah dan
aspirasi
4. Hindarkan penderita atau klien dari rodapaksa ( misalnya jatuh )

2.1 Konsep Asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis

1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus meningitis meliputi :

a.Identitas Pasien

Identitas pasien yang perlu dikaji meliputi; nama, tempat tanggal


lahir/umur,jenis kelamin, beratbadan lahir, serta apakah bayi lahir cukup
bulan atau tidak, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Alasan anak di bawa ke rumah sakit karena mengalami demam


tinggi, sakit kepala berat, kejang dan penurunan kesadaran.

2) Riwayat penyakit saat ini

Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa sakit kepala


dan demam.Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk
dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya
kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan
apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut. Terkadang pada sebagian anak mengalami penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran, Keluhan perubahan perilaku juga
umum terjadi, sesuai dengan perkembangan penyakit dapat terjadi
letargi, tidak responsif dan koma.

3) Riwayat penyakit dahulu

Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat penyakit yang


meliputi; infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf,
riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh imunologis pada masa
sebelumya. Meningitis tuberkulosis perlu dikaji tentang riwayat sakit
TB. Riwayat imunisasi juga perlu di ketahui seperti pemberian
imunisasi BCG dan DPT Hib pada anak. Selain itu pengkajian
tentang riwayat kehamilan pada ibu diperlukan untuk melihat apakah
ibu pernah mengalami penyakit infeksi pada saat hamil (Muttaqin,
2008).

4) Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak

Pada pasien dengan meningitis organ yang mengalami gangguan


adalah organ yang berdekatan dengan fungsi memori, fungsi
pengaturan motorik dan sensorik, maka kemungkinan besar anak
mengalami masalah ancaman pertumbuhan dan perkembangan
seperti retardasi mental, gangguan kelemahan atau ketidakmampuan
menggerakkan tangan maupun kaki (paralisis). Akibat gangguan
tersebut anak dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai
kemampuan sesuai dengan tahapan usia.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Tingkat Kesadaran

kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS


yang berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15) (Riyadi &
Sukarmin, 2009).

2) Tanda-tanda vital

Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan peningkatan


suhu tubuh lebih dari normal. penurunan denyut nadi terjadi
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK, pernapasan
meningkat > 30 x/menit dan tekanan darah biasanya normal atau
meningkat karena tanda-tanda peningktan TIK.(suhu normal 36,5-
37,40 C, pernapasan normal : untuk anak 2 bulan -< 12 bulan < 50
x/menit, 12 bulan-< 40x/menit) (Muttaqin, 2008).

3) Kepala
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada
anak yang lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada pemeriksaan
meningeal pada anak dengan meningitis akan ditemukan kuduk
kaku. Terkadang perlu dilakukan pemeriksaan lingkar kepala untuk
mengetahui apakah ada pembesaran kepala pada anak (Wong, dkk,
2009).

4) Mata

Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan reaksi
pupil biasanya tidak ada kelainan, sedangkan pada pasien dengan
penurunan kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi
pupil mungkin akan di temukan,dengan alasan yang tidak di ketahui
pasien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang
berlebihan terhadap cahaya.

5) Hidung

Biasanya tidak ditemukan kelainan.

6) Mulut

Mukosa bibir kering akibat kehilangan cairan melalui proses


evaporasi.

7) Telinga

Terkadang di temukan keluarnya cairan dari telinga pada anak


dengan meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital
terutama di sebabkan oleh infeksi E.colli.

8) Dada

a) Thoraks

a. Inspeksi, akan nampak penggunaan otot bantu penapasan.


b. Palpasi, pada pasien dengan meningitis jarang dilakukan dan
biasanya tidak ditemukan kelainan.
c. Auskultasi, ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti ronkhi
pada pasien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran
primer dari paru.

b) Jantung

Penurunan kesadaran pada anak akan di ikuti dengan denyut


jantung yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100- 140x/i).

9) Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi
purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit
mengalami penurunan akibat peningkatan kehilangan cairan.

10) Ekstremitas

Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap


lanjut anak mengalami gangguan koordinasi dan keseimbangan pada
alat gerak.

11) Genetalia, jarang di temukan kelainan.

12) Pemeriksaan saraf kranial

a) Saraf I, biasanya pada pasien dengan meningitis fungsi penciuman


tidak ada kelainan.

b) Saraf II, tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.


Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.

c) Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
pasien dengan meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran
biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan
reaksi pupil akan di dapatkan. Dengan alasan yang tidak di ketahui
pasien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang
berlebihan terhadap cahaya.

d) Saraf V, pada pasien dengan meningitis biasanya tidak di


dapatkan paralis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak
ada kelainan.

e) Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah


sismetris.

f) Saraf VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli


persepsi.

g) Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.

h) Saraf XI, tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan


trapezius. Adanya usaha dari pasien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk.

i) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi serta indra pengecap normal.
13) Sistem motorik

Kekuatan otot menurun, mengalami gangguan koordinasi pada alat


gerak, anak bisa mengalami hemiplegi dan/atau hemiparise.

14) Pemeriksaan ransangan meningeal

a) Kaku kuduk

Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.

b.)Tanda kernig positif

Ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi


kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

c.)Tanda brudzinski

Tanda ini di dapatkan apabila leher pasien di fleksikan, maka


hasilnya fleksi lutut dan pinggul, bila di lakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama
terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan (Muttaqin, 2008).

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :

a. Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari


100/mm3 (normal : < 6/µL).
b. Pewarnaan gram CSS
c. Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan
pada meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa biasanya
normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari nilai serum
glukosa).
d. Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan pada
meningtis virus protein sedikit meningkat.

2) Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan


trombosit, protombin dan tromboplastin parsial. Pemeriksaan
leukosit diperlukan untuk menentukan kemungkinan adanya
infeksi bakteri berat dan leukopenia mungkin merupakan tanda
prognosis yang buruk terutama pada penyakit akibat
meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya dengan
memanjangnya waktu protombin dan tromboplastin parsial yang
di sertai trombositopenia menunjukkan koagulasi intravaskuler
deseminata. (leukosit normal : 5000-10000/mm3 , trombosit
normal : 150.000-400.000/mm3 , Hb normal pada perempuan:
12-14gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).
b. Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal < 200 gr/dl).

3) Pemeriksaan cairan dan elektrolit

a. Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium


serum (Na+ ) naik, kalium serum (K+ )turun. (Na+ normal :
136- 145mmol/L, K+ normal : 3,5-5,1 mmol/L).
b. Osmolaritas urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH.

4) Pemeriksaan kultur

a) Kultur darah berguna untuk mengidentifikasi organisme


penyebab.

b) Kultur urien/urinalisis, untuk mengidentifikasi organisme


penyebab.

c) Kultur nasofaring, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.

5) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan rontgenografi jarang diperlukan dalam mendiagnosis


meningitis namun pemeriksaan tersebut bisa berguna dalam
mengenali faktor resiko. CT scan dilakukan untuk menentukan
adanya edema serebri atau penyakit saraf lainya (Betz & Sowden,
2009).

2.Diagnosa yang Muncul pada Klien dengan Meningitis

Berdasarkan diagnosa yang muncul pada klien dengan Meningitis ( Suriadi


& Riat 2010 ) :

1. Actual/ Resiko tinggi perubahan perfusi serebral berhubungan dengan


proses inflamasi.
2. Actual/ Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
meningkatnya tekanan intra kranial.
3. Actual/ Resiko tinggi tidak efektif pola nafas berhubungan dengan
menurunnya kemampuan untuk bernafas.
4. Actual/ Resiko tinggi injury berhubungan dengan disorientasi, kejang,
gelisah.
5. Actual/ Resiko tinggi perubahan proses berfikir berhubungan dengan
perubahan tingkat kesadaran.
6. Actual/Resiko Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada
meningen dan peningkatan metabolisme.
7. Actual/ Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan
tidak adekuatnya sekresi hormone antidiuretic.
8. Actual/ Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual dan muntah.
9. Actual/ Resiko tinggi kecemasan berhubungan dengan adanya situasi
yang mengancam.

3.Intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan:perubahan perfusi serebral berhubungan


dengan proses inflamasi.

1. pertahankan tetap kontak dengan lingkungan


2. mengobservasi dan mencatat tingkat kesadaran ( kewaspadaan
orientasi, mudah terstimulus, latergi, respon yang tidak tepat )
3. manajemen edema serebral, dengan kegiatan; monitor tanda-tanda
vital, monitor status pernapasan, Monitor karakteristik cairan
serebrospinal (warna, kejernihan, konsistensi), Berikan anti kejang
sesuai kebutuhan dorong keluarga/orang yang penting untuk bicara
pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o
4. Memonitor TIK (Nadi,pernapasan tidak teratur,gelisah, perubahan
pupil,kejang)
5. catat setiap kejang yang terjadi, anggota tubuh yang terkena,
lamanya kejang, dan aura
6. menyiapkan peralatan jika terjadi kejang ( pinggirkan tempat tidur
dinaikan, tempat tidur dalam posisi rata, peralatan penghisap lender,
bell mudah dijangkau, peralatan emergensi, obat anti kejang )
7. mempertahankan kepala dan leher dalam satu garis lurus unutk
memudahkan Venous Return
8. memberikan antibiotic sesuai order/ mempertahankan lingkungan
yang tenang, dan menghindari rangsang yang berlebihan ( cahaya
lampu tidak terlalu terang, anak dalam posisi yang nyaman, hindari
melakukan tindakan yang tidak penting )
9. mengajarkan kepada anak atau ornag tua untuk menghindari valsava
Manuver ( mengedan, batuk, bersin ) dan jika merubah posisi anak
lakukan secara perlahan.
10. Melakukan latihan ROM pasif/ aktif
11. Hindari dilakukannya pengikatan jika memungkinkan
12. memonitor tanda septik syok ( hipotensi, meningkatnya temperature,
meningkatnya pernafasan, kebingungan, disorientasi, vasokontriksi
perifer )
13. memberikan oksigen sesuai kebutuhan

4.Implementasi
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari
rencana/implementasi keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan
renana keperawatan yang disusun.

5.Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada proses keperawtan klien dengan


Meningitis.

a. Anak akan mempertahankan perfusi serebral yang adekuat


b. Anak akan menunjuan status pernafasan adekuat yang ditandai dengan
jalan nafas paten dan bersih, pola nafas efetif dan pernafasn normal.
c. Anak tida akan mengalami injury
d. Anak akan mempertahankan kontak dengan lingkungan sekitar
e. Suhu tubuh dalam rentang normal, Nadi dan RR dalam rentang normal,
Tidak ada perubahan warna kulit
f. Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
adekuat
g. Anak akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
h. Orang tua akan mengekspresikan ketakutan/ kecemasan, dan
mengidentifikasi situasi yang mengancam, dan mengatasi
kecemasannya.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi
otak dan medula spinalis(Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang
semua kelompok umur, meskipun pada kenyataannya kelompok umur yang
paling rawan terkena penyakit ini adalah anak- anak usia balita dan orang tua
(Andareto, 2015). Insidens 90 % dari semua kasus meningitis bakterial terjadi
pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak terdapat pada
rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka morbiditas
tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun(Betz & Sowden, 2009).

Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di


obati secara dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan
gangguan memori juga sering terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat
mengalami letargi, tidak responif dan koma. Selain itu kejang juga dapat
terjadi yang merupakan akibat dari area iritabilitas di otak. ICP (Intracranial
Pressure) meningkat akibat perluasan pembengkakan di otak atau
hidrosefalus. Tanda awal peningkatan ICP mencakup penurunan tingkat
kesadaran dan defisit motorik lokal.

Pengetahuan dari orang tua sangat penting untuk mengenali gejala


awal meningitis sehingga anak mendapatkan pengobatan sesegera mungkin
dan terhindar dari komplikasi yang lebih parah. Anak dengan meningitis
bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-6,9% tipe sensorineural
permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada anak yang telah
sakit selama 24 jam (Anurogo, 2014).

3.2 Saran

Setelah dilakukan proses belajar dan diskusi di dalam kelas


diharapkan institusi pendidikan mengembangkan materi yang telah diberikan
baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan dan juga menambah
referensi-referensi agar bisa dijadikan evaluasi dalam memberikan asuhan
keperawatan penyakit hidrosefalus pada anak. mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan sehingga dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Gunadi, Eka. "Management Of Bacterial Meningitis." Jurnal Penelitian Perawat
Profesional 2.3 (2020): 337-344.

Junaidi, Iskandar. MENCEGAH & MENGATASI SAKIT KEPALA: Mengupas


Sakit Kepala dari Migrain, Vertigo Hingga Tumor Otak & Meningitis disertai
Terapi Sakit Kepala pada Bumil, Busui, dan pada Anak. Penerbit Andi, 2021.

Melia Husni, P031713411059. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Anak


Meningitis (Studi Kasus). Diss. Poltekkes Kemenkes Riau, 2020.

Rizky, Sahla, and IGA Dewi Purnamawati. "Studi Kasus: Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Meningitis." Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang
kesehatan 6.1 (2022): 112-120.

Anda mungkin juga menyukai