Anda di halaman 1dari 57

SEMINAR KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

MINGGU KETIGA SISTEM PERNAPASAN


“Ny. Y dengan Tuberculosis Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi”

Oleh :

KELOMPOK RUANG PARU RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Dora Febrianti PO71202210057 Mai Idris PO71202210105


Melly Ariani PO71202210003 Fauziyatu Rahmah PO71202210012
Raffy Edwar PO71202210014 Juliana PO71202210018
Muhammad Abrori PO71202210052 Yunidar PO71202210072

TIM DOSEN :

Mashudi, Ners., M.Kep


Ismail Fahmi, Ners., M.Kep., Sp.KepMB
Dewi Masyitah, Ners., M.Kep., Sp.KepMB
Debbie Nomiko, Ners., M.Kep

Pembimbing Klinik :
Ns. Siti Aisyah, M.Kep
Ns. Nurasyah, S.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah semata yang senantiasa memberi nikmat dan
karunia kepada umat manusia tiada batasnya. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia
dari jalan kesesatan menuju jalan yang benar dan diridhoi Allah swt.
Alhamdulillah kami dapat menyusun  Laporan Seminar tentang “Ny.Y dengan
Tuberculosis Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi”. Adapun tujuan
penyusunan laporan seminar ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Siklus “Keperawatan
Medikal Bedah I”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan laporan seminar ini kami
banyak  menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan  referensi dan keterbatasan kelompok
sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki maka kami berusaha
semaksimal mungkin untuk menyusun laporan seminar ini dengan sebaik-baiknya. Semoga
laporan seminar ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya,
Amin.

Jambi, 18 November 2021

Kelompok

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 4

I. KONSEP TEORITIS TB PARU............................................................................... 5


A. Definisi ................................................................................................................. 5
B. Etiologi.................................................................................................................. 5
C. Manifestasi Klinis.................................................................................................. 6
D. Klasifikasi.............................................................................................................. 7
E. Patofisiologi........................................................................................................... 8
F. Pathway................................................................................................................. 9
G. Penatalaksanaan.....................................................................................................
10
H. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
12
I. Komplikasi............................................................................................................
13

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU................................................


14
A. Pengkajian.............................................................................................................
14
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................
16
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................................
17

III. LAPORAN KASUS....................................................................................................


21

IV. PEMBAHASAN KASUS...........................................................................................


49
A. Analisa Kasus........................................................................................................
49
B. Analisa Diagnosa Keperawatan.............................................................................
50

ii
C. Analisa Intervensi Keperawatan............................................................................
50
D. Analisa Implementasi Keperawatan......................................................................
51
E. Analisa Evaluasi....................................................................................................
52

V. PENUTUP...................................................................................................................
53
A. Kesimpulan............................................................................................................
53
B. Saran......................................................................................................................
53

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
54

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru.Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2016).
Prevalensi angka kejadian TBC paru cukup tinggi mulai dari luar sampai dalam
negeri. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta
– 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan
insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Sebagian
besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%)
dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya dan 25% nya terjadi di kawasan
Afrika (WHO, 2017).
Di Indonesia jumlah kasus baru TB Paru sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2018
(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2018
pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Berdasarkan Survei
Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan
karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
ketidakpatuhan minum obat (Kemenkes, 2018).
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen
global dalam MDG’s (Kemenkes, 2018). Penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah
kesehatan utama di dunia. Hal tersebut menyebabkan gangguan kesehatan jutaan orang
pertahun penyebab utama kematian penyakit menular di dunia. Penyakit TB Paru
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan saluran
pernapasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk golongan penyakit infeksi.
Menurut Potter & Perry dalam Arief dan Kristiyawati (2017) pasien tuberkulosis
paru cenderung mengalami frekuensi pernafasan tinggi. Otot bantu nafas pada pasien
yang mengalami sesak nafas dapat bekerja saat terjadi kelainan pada respirasi. Hal ini
bertujuan untuk dapat mengoptimalkan ventilasi nafas. Sesak nafas terjadi karena kondisi
pengembangan paru yang sempurna akibat bagian paru yang terserang tidak mengandung
udara atau kolaps. Penanganan sesak nafas membutuhkan penanganan yang tepat,
Penanganan sesak nafas dapat dilakukan dengan pengaturan posisi, latihan pernafasan,

1
batuk efektif, dan fisoterapi dada, pemberian oksigen nasal, masker, dan pemberian obat-
obatan bronkodilator. Salah satu latihan pernafasan adalah pernafasan bibir (Pursed Lip
Breathing Exercise),
Menurut Nurachmah dalam Arief dan Kristiyawati, (2017) Pursed Lip Breathing
Exercise adalah suatu pola pernafasan yang dilakukan seseorang di mana pada saat
mengambil udara dengan cara meniupkan melalui mulut dengan bibir dirapatkan dan
dilakukan secara perlahan-lahan. Tujuan dilakukannya Pursed Lip Breathing Exercise
adalah untuk mengurangi frekuensi pernafasan, mengembangkan paru dengan sempurna,
melatih pasien untuk mengosongkan paru, dan mengatasi dispnea akibat beraktivitas.
kemudian mengurangi sesak nafas karena adanya ekshalasi yang diperpanjang, sehingga
karbondioksida akan lebih banyak dibuang dan lebih mengoptimalkan oksigen yang
masuk (Arief & Kristiyawati, 2017).
Pasien dengan penderita TB paru yang di berikan Pursed Lip Breathing Exercise
akan memberikan inspirasi dan ekspirasi yang lebih optimal, dimana beban otot inspirasi
dan ekspirasi akan berkurang. Sehingga udara terperangkap atau hiperinflasi menurun,
kapasitas residu juga menurun dan pertukaran gas pun meningkat. Menurut penelitian
Ismonah, 2016 jumlah sampel sebesar 24 responden dengan menggunakan metode
penelitian eksperimen (Quasi Eksperiment) yaitu dengan sampel pre test post test. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan saturasi oksigen sebelum dan
sesudah diberikan Pursed Lip Breathing Exercise pada pasien TB baru (Ismonah, 2016).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang didapatkan angka penyakit TB Paru. Untuk itu kelompok
merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan TB Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2021? “
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penderita TB Paru dengan
menggunakan pendekatan keperawatan secara komprehensif

2. Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui pengkajian pasien TB Paru
b Untuk mengetahui analisa pasien TB Paru
c Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pasien TB Paru
d Untuk mengetahui intervensi pasien TB Paru

2
e Untuk mengetahui implementasi pasien TB Paru
f Untuk mengetahui evaluasi pasien TB Paru

D. Manfaat Penulisan
Terkait dengan tujuan, maka proposal ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan seminar ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis paru
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan agar dapat
melakukan asuhan keperawatan pasien dengan tuberculosis paru dengan lebih
baik.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya,
yang akan melakukan laporan seminar pada asuhan keperawatan pada pasien
dengan tuberculosis paru
4. Bagi Profesi Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberculosis
paru.

3
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP TEORITIS
A. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai
organ tubuh yang lainya yang mempunyai tekanan persial oksigen yang tinggi. (Rab,
2017)
Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis (M.Tuberculosis) yang menyerang jaringan parenkim
paru. Mycobacterium Tuberculosis termasuk bakteri aerob yang sering menginfeksi
jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi. M.tuberculosis merupakan batang
tahan asam garam positif, serta dapat diidentifikasi dengn pewarnaan asama yang
secara mikroskopis disebut (BTA) Basil Tahan Asam (Dewi, 2019).
Tuberkulosis paru (TBC) yaitu suatu penyakit infeksius menyerang organ
parenkim pada paru (Brunner & Suddarth, 2016). Tuberkulosis paru yaitu penyakit
pada paru-paru yang diserang oleh penyakit infeksius biasa ditandai adanya
pembentukan granuloma yang menyebabkan terjadinya nekrosis pada jaringan dan
sifatnya menahun dan juga menular dari sipenderita TBC keorang lain melalui
percikan ludah.(Angelina, 2016).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis kuman
batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um, sebagian besar
kuman terdiri atas lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut Bakteri Tahan
Asam (BTA), kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin, hal ini karena kuman bersifat dormant, yaitu kuman dapat aktif
kembali dan menjadikan tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat lain adalah aerob, yaitu
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya (Sudoyono, 2017).
Mycobacterium Tuberculosis termasuk bakteri sifatnya aerob kemudian kuman
tersebut menyerang jaringan yang mempunyai konsentrasi tinggi terhadap oksigen
termasuk paru-paru. Tuberkulosis paru merampak parenkim paru melalui droplet
batuk, bersin dan pada saat berbicara kemudian berterbangan melalui udara dari
penderita ke orang lain. Kuman Mycobacterium Tuberculosis berupa batang, dan
4
bersifat mampu bertahan terhadap pewarnaan atau asam, maka dari itu dinamakan
basil tahan asam atau disingkat (BTA) (Angelina, 2016).
C. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam- macam atau
bahkan banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Menurut Sudoyono (2017) keluhan yang terbanyak adalah
demam, batuk/batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, dan malaise. Berikut penjelasan
dari masing-masing keluhan tersebut :
1. Demam
Biasanya subfebril meyerupai demam influenza. Tetapi kadang- kadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali (Sudoyono, 2017).
2. Batuk/Batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah
(Sudoyono, 2017).
3. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru( Sudoyono, 2017)
4. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya (Sudoyono, 2017).
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,
badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.
(Sudoyono, 2017).
Pada stadium dini penyakit tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya
tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis paru dapat didiagnosis hanya dengan tes
tuberkulin, pemeriksaan radiogram dan pemeriksaan bakteriologik (Sudoyono,
2017).

5
D. Klasifikasi
Menurut Sudoyono (2017), klasifikasi tuberkulosis yang banyak dipakai di
Indonesia adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis,
meliputi :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
a. Tuberkulosisi paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA negatif
tetapi tana-tanda lain positif.
b. Tuberkulosisi paru yang tidak terobati. Disini sputum BTA negatif dan
tanda-tanda lain juga meragukan
TB tersangka dalam 2-3 bulan sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru
(aktif) atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan status
bakteriologi, mikroskopik sputum BTA (langsung), biakan sputum BTA, status
radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru, status kemoterapi, riwayat
pengobatan dengan obat anti tuberkulosis.
E. Patofisiologi
Asal muasal penularan penyakit penderita tuberkulosis paru diuji BTA paru
hasilnya positif. Disaat penderita batukatau bersin, bakteri berterbangan keudara
dalam bentuk basil berasal dari percikan dahak. Penderita tuberkulosis bersin
sekaligus batuk mampu memproduksi berkisar tiga ribu basil percikan doplet dahak.
Secara umum penularan TB dalam ruangan terbuka terjadi dalam waktu panjang.
Karena terdapat adanya sirkulasi udara dapat mengurangi jumlah percikan ludah,
sementara panas cahaya matahari mampu membunuh kuman mycobacterium
tuberculosis. (Guyton & Hall, 2016).
Kuman mycobacterium tuberculosis yang keluar melalui percikan ludah hanya
mampu bertahan beberapa jam saja dikeadaan yang gelap dan lembab. Daya
penularan penyakit dapat diperhentikan berdasarkan banyaknya bakteri dari paru.
Derajat kepositifan makin tinggi hasil pemeriksaan dahak, makin menularlah
pengidap tersebut. Penyebab orang terpapar bakteri mycobacterium tuberculosis
ditentukan oleh banyaknya jumlah percikan diudara dan lamanya orang menghirup
udara tersebut (Brunner & Suddarth, 2016).
Virus masuk pada jaringan alveolus melalui saluran pernafasan. Basil tersebut
dapat membangkitkan reaksi peradangan secara langsung. Bakteri tidak membunuh

6
dinamakan Leukosit memfagosit, leukosit tergantikan oleh makrofag setelah hari
pertama. Alveolus yang sudah terinfeksi akan mengalami konsolidasi. Kemudian
makrofag mengadakan infiltrasi dapat menyatu menjadi sel-sel tuberkel epiteloid.
Jaringan kemudian mengalami necrose ceseosa dan jaringan granulasi akan menjadi
fibrosa berlebih kemudian terbentuklah jaringan seperti parutan kolagenosa, respon
peradangan lainnya terjadi melepasnya bahan tuberkel ke-trakeobronkiale kemudian
terjadinya penumpukan sekret. TB sekunder ada apabila bakteri dengan dorman aktif
lagi jika imun penderita menurun (Guyton & Hall, 2016).
F. Pathway

7
G. Penatalaksanaan
Petalaksanaan pasien dengan Tuberkulosis paru dibagi menjadi 2 yaitu farmakologis
dan non farmakologis, sebagia berikut:
1. Penatalaksana non farmakologis
a Penerapan batuk efektif dan fisioterapi dada pada pasien TB paru yang
mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas mampu meningkatkan
pengeluaran sekret. Disarankan untuk menerapkan latihan batuk efektif dan
fisioterapi dada bagi pasien TB Paru dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebagai tindakan mandiri keperawatan
(Sitorus, 2018).
b Pemberian posisi semi fowler pada pasien TB paru telah dilakukan sebagai
salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Posisi yang tepat
bagi pasien dengan penyekit kardiopulmonari adalah diberikan posisi semi
fowler dengan derajat kemiringan 30-45º. Tujuan untuk diketahui pengaruh
pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola napas pada pasien
TB paru. (Sitorus, 2018).
c Pemberian terapi Vitamin A dan Vitamin D diteliti berfungsi sebagai
imunomodulator yang terlibat dalam aktivasi makrofag melawan patogen.
Metabolit aktif akan memodulasi respon pejamu terhadap infeksi
mikrobakteria sehingga terjadi pengeluaran cathelicidin yang berfungsi
sebagai antimikroba untuk menginduksi autofagi. Defisiensi vitamin D
merupakan salah satu faktor risiko terpapar TB dan berhubungan erat
dengan sistem imun yang menurun. Penelitian sebelumnya menyatakan
vitamin D mampu meningkatkan respon inflamasi penderita TB sehingga
terjadi perbaikan klinis yang cukup signifikan (Sugiarti, 2018).
d Menurut (Greenhalgh, 2017) terapi sinar matahari / vitamin D dimulai pada
musim panas antara pukul 05.00- 06.00 pagi sampai tengah hari. Pasien di
perkenankan untuk berjemur selama 15 hari. Pada hari pertama kaki terkena

8
sinar matahari selama 5 menit, pada hari kedua 10 menit dan kaki bagian
bawah selama selama 5 menit. Dengan demikian turus berlanjut selama 15
hari secara bertahap. Vitamin D telah terbukti dalam meningkatkan
kekebalan orang-orang yang berhubungan dengan TB. Pengobatan TB akan
tampak bahwa vitamin D bukan obat tetapi tambahan berharga untuk
menghilangkan patogen oleh sistem kekebalan tubuh dan antibiotic.
e Penatalaksaan diet makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Tingkat
kecukupan energi responden tuberkulosis mayoritas berada pada kategori
kurang, baik tuberkulosis dengan sputum BTA (+) maupun sputum BTA
(-). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden tuberkulosis tidak
menjalankan diet tepat yaitu Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Asupan
energi diperoleh dari konsumsi makanan seseorang sehari-hari untuk
menutupi pengeluaran energi, baik orang sakit maupun orang sehat,
konsumsi pangan harus mengandung energi yang cukup sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan energi mengalami penurunan 5% setiap 10 tahun
(Lauzilfa, 2016).
f Serta dukungan utama keluarga dapat mengembangkan respon koping yang
efektif untuk beradaptasi dengan baik dalam menangani stresor yang
dihadapi terkait penyakitnya baik fisik, psikologis maupun sosial. Pengawas
Menelan Obat (PMO) untuk pasien TB paru terbanyak adalah keluarga
(Suami, istri, orangtua, anak, menantu) yaitu sebanyak 93%, sebanyak 4,7%
petugas kesehatan. Secara fungsional dukungan mencakup emosional
berupa adanya ungkapan perasaan, memberi nasihat atau informasi, dan
pemberian bantuan material. Dukungan juga terdiri atas pemberian
informasi secara verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran keluarga
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima
(Hasanah, 2018).
2. Penatalaksana farmakologis
Ada fase metode penyembuhan tuberkulosis yaitu fase mendalam semasa (2
sampai 3 bulan) dalam fase susulan hingga 4 atau 7 candra. Perpaduan obat
yang dipakaiyaitu perpaduan obat pertama dan pula obat susulan(Guyton &
Hall, 2016). Obat pertama yang dipakai dalam terapi Tuberkulosis Paru celah
lain menjadi berikut:

9
a. Obat rifampisin
Rifampisin sediaan obtatnya10 mg/kg berat badan, maks600mg2-
3x/minggunya (berat badan lebih60kg sampai 600mg, berat badannya40-
60kg sampai 450mg, berat badan<40kg sampai 300mg,dosisintermediation
yaitu 600 mg/x).
Obat rifampisin mampu mengakibatkan air seni/kencing berwarna
merah, peluh, air mata, dan selera. Proses metabolisme yang memproses air
seni berwarna merah dan termasuk obat yang tidak berbahaya. Hal tersebut
harus diinfokan kepada pengidap supaya dipahami dan tidak perlu
dikhawatirkan. Efek samping ringan hanya perlu penyembuhan sistematis
ialah :
1) Syndrome influenza seperti panas kedinginan bahkan nyeri tulang
2) Syndrome perut dirasakan sepertimulas, mual, taknafsu santap, muntah,
kadang kala berak air.
3) Syndrome kulit dirasakan seperti terasa renyem dan kebiraman.
b. Isoniazid(INH)
Dosis yang diberikan untuk obat INH adalah 5 mg/kg berat badan,
maximal 300mg, 10 mg/kg berat badan 3x/seminggunya, 15 mg/kgBB 2x/1
minggu atau (300 mg/hari untuk orang cukup umur. lntermiten : 600
mg/kali).
Efek samping ringan muncul tanda terjadi keracunan syaraf
tepi,kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeriotot. Efek sampingnya bisa
dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100mg/hari dengan
vitamin Bkompleks. Pada suasana tersebut penyembuhan bisa dijalankan.
Abnormalitas lain ialah menyamai syndrom pelagra.
Efek samping berat bisa berupa hepatitis yang mungkin muncul kurang
lebihnya0,5% pengidap. Jika terjadi hepatitis dampak obat, Hentikan OAT
dan penyembuhan sinkron dengan arahan tuberkulosis pada suasana privat.
c. Pirazinamid
Obat ini digunakan pada saat faseintensif 25mg/kg berat badan,
35mg/kg berat badan 3x/semingggunya, 50 mg/kg berat badan 2 x/satu
mingggu atau: berat badan lebih 60 kg :1500 mg, berat badan 40-60 kg :
1000mg, berat badan kurang 40kg :750mg. Efek samping pertamanya
hepatitis dampak obat jika penatalaksanaan menurutarahan tuberkulosis

10
disuasana privat.Nyeri persendian dirasakanbisa diberikan aspirin dan
kadang kala dapat mengakibatkan serbuan arthritis Gout, hal itu barang
kali diakibatkan oleh terbatasnya ekskresi dan pengumpulan asam urat.
Kadang kala timbul reaksi seperti: panas dingin, meluah, kemerahandan
reaksi kulit yang lain.
d. Streptomisin
Pada obat streptomisin ini diberikan dosis 15mg/kg berat badan /(BB
lebih 60kg sampai 1000mg, BBnya 40-60kg=750mg, BB kurang 40kg
=sesuai berat badan). Efek samping yang pertama dapat terjadi keburukan
pada syaraf kedelapan yang berangkaian pada kesepadanan dan
pendengaran. Efek lainya ini akan melonjak seiring dengan tingkat dosis
yang digunakan dan berdasarkan usia pengidap.
e. Etambutol
Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20mg/kg BB, fase
lanjut 15 mg/kg berat badan, 30mg/kg berat badan 3x/seminggunya, 45
mg/kg berat badan 2x/seminggu atau : (BB lebih60kg :1500 mg, berat
badan 40-60 kg :1000mg, berat badan kurang 40 kg :750 mg, Dosis
intermiten 40 mg/kg BB/ kali).
Etambutol juga mengakibatkan terganggunya pandangan berupa
kurangnya ketajaman penglihatan, buta warna untuk warna merah dan
hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung dosis yang
digunakan, ronggang terjadi bila dosisnya 15-25mg/kg BB perhari atau 30
mg/kg BB diberikan 3 x/seminggu. Gangguan pendangan bisa normal lagi
setelah seputar minggu obat diperhentikan. Dianjurkan etambutol tak
dikasihkan untuk anak-anak akibat risiko keburukan okuler dan sulit
dideteksi (Guyton & Hall, 2016).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengamatan fisik beserta cara anamnesa
2. Cek Lab darah rutin untuk mengetahui LED normal atau terjadi peningkatan.
3. Test photo thoraks PA&lateral. Hasil photo thoraks ada gambaran penunjang
designation tuberkulosis, yaitu :
a. Terdapat gambaran lesi yang terletak diarea paru-paru atau bagian apikal
lobus bagian dasar.
b. Terdapat gambaran berawan dan berbintik atau bopeng.

11
c. Terdapat adanyaa kavisitas satu atau dobel
d. Terdapat kecacatan pada bilateral, pertama diarea arah paru-paru.
e. Terdapat adanya suatu kategorisasi.
f. Setelah melakukan photo kembali sebagian minggu akan datang hasilnya
terdapat gambaran masih tampak menetap.
g. Adanya bayangan milier
4. Pemeriksaan sputum Basil Tahan Asam
Suatu cara untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru, akan tetapi
pemeriksaan tidak sensitif yaitu hanya 30-70% penderita TBC yang terdiagnosis
hanya berdasarkan pemeriksaan sputum BTA.
5. Tes Peroksidase Anti Peroksidase
Cara untuk menguji serologi dari imunoperoksidase dengan memakai alat
histogen imunoperoksidase staning untuk menentukan ada tidaknya IgG bersifat
spesifik terhadap suatu basil Tuberkulosis.
6. Tes mantoux atau tuberkulin
7. Teknik PCR (polymerase chain reaction)
Mendeteksi DNA kuman Mycobacterium Tuberculosis secara spesifik melalui
aplifikasi dengan berbagai tahap sehingga mampu mendeteksi meskipun hanya
ada-1 mikro organisme didalam spesimen. Dan juga dapat mendeteksi adanya
retensi adanya TB.
8. Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)
Mendeteksi dengan cara grouth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
suatu metabolisme asam lemak oleh Mycobacterium Tuberculosis
9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELIA)
Mampu mendeteksi respon humoral yang memakai antigen atau anti body yang
terjadi. Cara pelaksanaannya cukup rumit dan antibodynya dapat menetap
diwaktu lama sehingga dapat menimbulkan masalah.(Brunner & Suddarth, 2016).
I. Komplikasi
Menurut Sudoyono (2017) penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani
dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi
dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s
arthropathy (Sudoyono, 2017)

12
2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas ; Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis (SOFT), kerusakan parenkim berat ; SOPT / fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS),
sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB (Sudoyono, 2017)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medik, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk
berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama
yaitu selama tiga minggu atau lebih.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengobatan.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA, efusi pleura,
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
6. Aktivitas/istirahat : kelelahan umum, kelemahan, napas pendek karena kerja,
kesulitan tidur atau demam malam hari.
Tandanya yaitu : takikardia, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri
dan sesak.

13
7. Integritas ego : gejala-gejala stress yang berhubungan lamanya perjalanan
penyakit, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/putus asa, menurunnya
produktivitas.
Tandanya yaitu : menyangkal (khususnya selama tahap dini) dan ansietas,
ketakutan.
8. Makanan/cairan : kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna dan penurunan
berat badan.
Tandanya yaitu : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
9. Nyeri dan keamanan : nyeri dada meningkat karena pernafasan, batuk berulang.
Tandanya yaitu : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan
gelisah.
10. Pernapasan : batuk (produktif atau tidak produktif), napas pendek, riwayat
terpajan Tuberkulosis dengan individu terinfeksi.
Tandanya yaitu : peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura), pengembangan pernapasan tidak simetris (efusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan premitus (cairan pleural atau penebalan
pleural), bunyi napas :menurun/ tidak ada secara bilateral atau unilateral (efusi
pleura/pneumotoraks), bunyi napas : tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi
luas. Karakteristik sputum : hijau purulen, mukoid kuning, atau bercak darah,
airway ditandai dengan SpO2 .
Tandanya yaitu : akral dingin, sianosis dan hipoksemia.
11. Keamanan : adanya kondisi penurunan imunitas secar umum memudahkan
infeksi sekunder, contoh AIDS, kanker dan tes HIV positif.
Tandanya yaitu : demam rendah atau sakit panas akut.
12. Interaksi Sosial : perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
Tandanya yaitu: denial.
13. Penyuluhan dan Pembelajaran : riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum /
status kesehatan buruk, gagal untuk membaik / kambuh TB, tidak berpartisipasi
dalam terapi.
14. Pertimbangan rencana pemulangan : memerlukan bantuan dengan / gangguan
dalam terapi obat dan bantuan diri dan pemeliharaan / perawatan rumah
15. Pemeriksaan Penunjang Darah : ditemukan peningkatan leukosit dan laju endap
darah (LED). Sputum : BTA pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3

14
batang kuman pada satu sediaan dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml
sputum. Test tuberculin : Mantoux tes (PPD). Rontgen : Foto PA (Kunoli,
2012).

B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul dengan pasien TB Paru
adalah sebagai berikut :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret berlebih
2. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan atau tambahan infeksi
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan jumlah hemoglobin
dalam darah
4. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan
tidak adekuat, anoreksia
6. Gangguan Pola Tidur b.d kebisingan lingkungan sekitar

15
C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


o Keperawatan Hasil
1. Bersihan nafas Jalan Nafas Menejemen Jalan Nafas
tidak efektif
Definisi: kemampuan Definisi : mengidentfikasi dan
Definisi : membersihkan sekret mengelola kepatenan jalan nafas
ketidakmampua atau obstruksi jalan Tindakan :
n membersihkan nafas untuk Observasi
sekret atau mepertahankan jalan 1. Monitor pola nafas
obstruksi jalan nafas paten. (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas untuk napas)
mempertahanka Setelah dilakukan 2. Monitor bunyi nafas
n jalan nafas tindakan keprawatan tambahan (mis, gurgling,
tetap paten diharapkan masalah mengi, wheezing, ronkhi
pada jalan nafas dapat kering)
teratasi dengan kriteria 3. Monitor sputum (jumlah,
hasil: warna, aroma)
1. Jalan nafas paten Teraupeutik
2. Sekret berkurang 1. Pertahankan kapatenan jalan
3. Frekuensi nafas napas dengan head-tilt dan
dalam batas chin- lift (jaw-thrust jika
curiga trauma Servikal)
normal
2. Posisikan semi-fowler atau
4. Kilen mampu fowler - Berikan minum
melakuan Batuk hangat
efektif dengan 3. Lakukan fisiotrapi dada, jika
benar perlu
4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen , jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari,jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik, jika
perlu
2. Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi

Definisi : Definisi : keadekuatan Definisi : Mengidentifikasi dan


Asupan nutrisi asupan nutrisi untuk mengelola asupan nutrisi yang

17
tidak cukup memenuhi kebutuhan seimbang.
untuk memenuhi metabolisme. Tindakan :
kebutuhan dari Observasi
metabolisme. Setelah dilakukan 1. Identifikasi stataus nutrisi
tindakan keprawatan 2. Identifikasi alergi dan
nutrisi dapat terpenuhi intoleransi makanan
dengan kreteria hasil. 3. Identifikasi makanan yang
1. Kekuatan otot disukai
mengunyah 4. Identifikasi kebutuhan kalori
meningkat dan jenis cairan
2. Kekuatan otot 5. Identifikasi perlunya
menelan penggunaan selang
meningkat Serum nasogastric
albumin meningkat 6. Monitor asupan makan
3. Diare menurun makanan
4. Berat badan 7. Monitor berat bedan
membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan
5. Indek masa tubuh laboraturium
(IMT) membaik Terapeutik
6. Frekuensi makan 1. Lakukan oral hygiene
membaik seblum makan , jika perlu
7. Bising usus 2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet, (mis.piramida
membaik
makanan)
8. Tebal lipatan kulit 3. Sajikan makanan secara
trisep membaik menarik dan suhu yang
9. Membrane mukosa sesuai
membaik 4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. Berikan siplemen makanan
,jika perlu
7. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,

18
antiemetic), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
di butuhkan.
3. Gangguan pola Pola Tidur Dukungan Tidur
tidur
Definisi : Kedekuatan Definisi : Memfasilitasi siklus
Definisi : kualitas dan kuantitas tidur dan terjaga yang teratur
Gangguan Tindakan
kualitas Setelah dilakukan Observasi
kuantitas waktu tindakan keprawatan 1. Identifikasi pola aktivitas
tidur akibat diharapkan kualitas dan tidur
faktor eksternal tidur pasien kembali 2. Identifikasi faktor
normal dengak pengganggu tidur ( fisik
kereteria hasil sebagai dan / atau pisikologi)
berikut : 3. Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun / hilang tidur (mis. Kopi, teh, alcohol.
Keluhan sering Makan mendekti waktu tidur,
terjaga minum banyak air sebelum
menurun/hilang tidur)
2. Keluhan tidur 4. Identifikasi obat tifur yang
tidak puas tidur dikonsumsi
menurun/hilang Terapeutik
3. Keluhan pola tidur 1. Modifikasi lingkungan (mis.
berubah Pencahayaaan,kebisingan,
menurun/hilang sushu,matras, dan tempat
tidur)
4. Keluhan istirahat
2. Batasi waktu tidur siang jika
tidak cukup perlu
menurun/hilang 3. Fasilitasi menghilangkan
5. Kemampuan stress sebelum tidur
beraktivitas 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
meningkat 5. Lakukan perosedur untuk
meningkatan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/ atau tinjakan untuk
menunjang siklur tidur
terjaga
Edukasi :
1. Jelaskan tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati

19
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengganggu
supresor terhadap tidur REM

20
BAB III
LAPORAN KASUS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSN KEPERAWATAN
JL. Dr. Tazar No.05 Buluran Kenali Telanaipura Jambi Telp (0741)65816

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal/Jam Masuk : Minggu, 07-11-2021 Tanggal : Kamis 11-11-


RS Pengkajian 2021

A BIODATA
.
1. Identitas Pasien
1. Nama : Ny,yuliana 5. Pekerjaan : IRT
2. Umur : 50 tahun 6. Tanggal Masuk : Minggu, 07-
11-2021
3. Alamat : Danau teluk 7. Diagnosis : TB paru on
Medis Aot+ Dm
4. Pendidikan : SMA 8. No. Register : 97978
.............................
.......
2. Identitas P.Jawab
Nama : Nn, zahra Pendidikan : SMA
Umur : 22 tahun Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Danau teluk Hubungan dg : Anak
Pasien

B RIWAYAT KEPERAWATAN
.
1. Riwayat penyakit sekarang
Kamis, 11 November 2021, pada pukul 11:12 WIB, dilakukan pengkajian pada
pasie dengan TB paru, Saat pengkajian keluhan pasien , Pasien mengatakan sesak
napas disertai batuk, Pasien mengatakan gelisah, susah mengeluarkan dahak,
pasien mengatakan nyeri pada bagian perut, skala nyeri 5, nyeri seperti tertusuk-
tusuk, nyeri hilang timbul, pasien mengatakan nafsu makan menurun, Pasien
mengatakan mual, badan terasa lemas dan kurang bertenaga, Pasien mengatakan
makan hanya menghabiskan ½ porsi (4-5 sendok) dengan frekuensi makan 2-
3x/hari. Pasien tampak lemas dan gelisah, Pasien tampak terbaring dengan posisi
semifowler, pasien tampak menggunakan nasal kanul 5 liter/menit, SPO 2 : 96%
,RR : 25 x/menit, Irama : reguler, kedalaman : dangkal, Nadi : 105x/menit, S :
36oC, T/D: 130/90 mmHg, pasien tampak meringis, Skala nyeri 5. GDS tanggal
(11-11-2021) : 253 mg/dL. Pasien tampak lemas dan kurang bertenaga, mulut
tampak kering, turgor kulit menurun, Penurunan berat badan 2 kg selama

21
perawatan di RS BB sebelum masuk RS : 38 kg, BB saat dirawat : 36 kg, TB : 155
cm,IMT : 16
BB ideal : 46,7 kg

2. Riwayat penyakit masa lalu


Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit masa lalu, pasien
mengatakan penyakit paru diketahui sejak 8 bulan yang lalu. Pasien mengatakan
menderita gula darah tinggi sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengatakan kelurga
tidak mempunyai riwayat penyakit TB tetapi keluarga ada yang mempunyai
riwayat DM yaitu Ibu pasien (meninggal) dengan hipertensi + DM

3. Riwayat Sosial
Dilingkungan Pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menular, pasien
mengatakan, tinggal di perumahan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram

.....................................................................................................................................
..................................
.....................................................................................................................................
..................................
.....................................................................................................................................
..................................
.....................................................................................................................................
..................................
.....................................................................................................................................
..................................
.....................................................................................................................................
..................................

C PENGKAJIAN BIOLOGIS
.
1. Rasa Aman dan Nyaman
Pasien mengatakan sesak napas disertai batuk, pasien mengatakan gelisah, susah
mengeluarkan dahak, pasien mengatakan nyeri pada bagian perut, skala nyeri 5,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri hilang timbul, pasien mengatakan nafsu makan

22
menurun, pasien mengatakan mual, badan terasa lemas dan kurang bertenaga.
Pasien mengatakan untuk menghilangkan sesak dengan cara duduk, dan untuk
menghilangkan rasa nyeri dengan bawa istrahat tidur dan minum obat pereda nyeri
Pasien mengatakan tidak ada riwaya pembedahan
2. Aktivitas dan Istirahat
Pasien mengatakan sehari hari sebagai iu rumah tangga , ngurus anak dan antar
anak kesekolah, masak dan bersih bersih rumah.
Pasien mengatakan tidak sempat olah raga ,
Pasien tidak mennggunakan alat bantu saat beraktivitas
Pasien mengatakan tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga

3. Eliminasi
Eliminasi Urin
Pasien mengatakan BAK tiap hari, pasien mengatakan warna urine kuning bening,
kllien mengatakan frekuensi BAK meningkat 7-8 klai perhari sebanyak lebih
kurang 200cc (sekali Bak). Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
pembedahan
Eliminasi Feses
Pasien mengatakan untuk hari ini belum ada BAB, pasien mengatakn terakhir
BAB kemaren, Pasien mengatakan sebleumnya BAB setiap hari, pasien tidak
menggunkan alat bantu dalam BAB
4. Personal Hygiene
Pasien mengatakn semenjak di Rumah Sakit pasien mandi tiap hari di bantu sama
anak, pasien mengatakan mandi dengan cara dilap, karena susah mau kekamar
mandi,
Pasien mengatakan sikat gigi 2x sehari pagi dan malam, pasien sikat gigi
menggunakan sikat gigi dan pepsoden.
5. Istirahat
Pasien mengakatan semenjak sakit pasien hanya bersitirahat , pasien mengatakan
pola tidur sama seperti biasa, tidur jam 21.00 dan bangun subuh 05.00
6. Tidur
Pasien mengatakan pola tidur sama seperti biasa tidur jam 8 malam dan bangun
subuh , namun pasien mengatakan tidur malam kurang nyaman karena sering
terbangun, terbangun pasien karna ingin BAK, pasien mengatakan biasanya
sebelum tidur pasien nonton tv.
7. Cairan
Pasien mengatakan banyak minum air kurang lebih minum 2000 ml/ hari ditambah
dengan terapi parenteral pada IVFD NaCl 0,9% 15 tpm (±1000 cc/hari)
Klen mangatakan minum air kurang lebih 6 gelas / hari
Pasien mengatakan suka minum teh namun saat ini pasien mengatakan lagi
mengurangi minum manis karena baru baru ini pasien mengalami penyakit DM
dan pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
8. Nutrisi
pasien mengatakan nafsu makan menurun, pasien mengatakan mual, badan terasa
lemas dan kurang bertenaga, pasien mengatakan makan hanya menghabiskan ½
porsi (4-5 sendok) dengan frekuensi makan 2-3x/hari. Pasien mengatakan tidak
ada pantangan, pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan
tetapi pasien mengatakan bahwa ada beberapa makanan yang harus di kurangi
untuk dikonsumsi pasien.

23
9. Kebutuhan Oksigenasi dan Karbondioksida
Pasien tampak menggunakan oksigen nasal kanul 5L/menit, pasien mengatakan
menderita TB paru semenjak 8 bulan yang lalu
10 Kardiovaskuler
.
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung tetapi pasien mengatakan
mudah merasakan lelah saat beraktivitas. Nyeri dada tidak dirasakan, tetapi jika
sesak semakin bertambah parah pasien mengatakan merasakan nyeri dada dengan
skala nyeri 5
11 Seksualitas
.
Pasien megtakan tidak ada masalah dalam seksualitas
D PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
.
1. Psikologi
Status emosi pasien stabil, suasana hati saat ini senang sedikit gelisah dan cemas,
karena nyeri dan susah BAB hari ini, namun pasien mengatakan optimis dan
berusaha tenang dan tidak gelisah biar cepat sembuh dan pulang, pasien
mengatakan tidak minder atau malu dengan penyakitnya, pasien megtakan
semenjak di rumah sakit dia dirawat sama keluarga secara bergantian, pasien
mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktivitas seperti biasa
2. Hubungan Sosial
Pasien mengatakan mempunyai teman dekat yaitu tetangga dekat rumah
Pasien mengatakan orang yang sangat dia percaya adalah suami dan anak anaknya
Pasien mengatakan sering ikut pengajian di masjid setiap jumat
3. Spiritual
Pasien mengatakan menganut agama islam
Pasien mengatakan semenjak di rumah sakit pasien tidak asholat
Pasien mengatakan sellaupercaya pada keyakinan sekarang dan hanya meminta
kepada allah SWT

E PEMERIKSAAN FISIK
.
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran kompos mentis GCS : 15 (E4 M6 V5)

 T/D: 130/90 mmHg


 SPO2 : 96%
 RR : 25 x/menit
 Irama : reguler, kedalaman : dangkal
 Nadi : 105x/menit
 S : 36oC

 Penurunan berat badan 2 kg selama perawatan di RS


 BB sebelum masuk RS : 38 kg
 BB saat dirawat : 36 kg
 TB : 155 cm
 IMT : 16

24
 BB ideal : 46,7 kg
2. Pemeriksaan Cepalocaudal
Kepala
Bentuk; kepala lonjong, berminyak. Ada sedikit ketombe, tidak ada bekas luka,
warna rambut hitam, tidak rontok,
Mata : bersih, sedikit buram, kongjungtiva anemis
Telinga: simetris, tidak ada nyeri tekan, pendengaran baik
Mulut: kemampuan bicara baik, bibir kering,

Leher
Pergerakan leher baik, tidak ada nyeri jikadigerakkan dan tidak ada nyeri tekan
pada leher, , tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid, tidak ada kelenjar getah bening

Dada
Inspeksi : dada bentuk simetris. tidak ada lesi,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi :-

Abdomen
Isnpeksi, : abdomen tampak simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi,
Papasi: ada yerti tekan skala 5 di bagian perut bawah, akibat susah BAB
Perkusi: tidak ada massa, tympani
Auskultasi :-

Genitalia
Inspeksi : pasien tidak memakai kateter
Palpasi: tidak dilakukanpengkajian
Perkusi: tidak dilakukan pengkajian
Auskultasi: tidak dilakukan pengkajian

Ekstremitas Atas
Inspeksi: tangan tampak terpasang infus NaCl 0,9%, kedua tangan dan jari jari
tangan lengkap
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot bagus, tidak ada edema

Ekstremitas Bawah
Inspeksi: tidak ada pemasangan kateter, kedua kaki dan jari jari kaki lengkap
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi (tuliskan tanggal pemeriksaan, hasil, dan rentang nilai normal)
Hasil 08 November 2021-11-2021
Pemeriksaan radiografi Toraks AP:
Jantung kesan tidak membesar.
Aorta dan mendiatinum superior tidak melebar.
Trakea di tengah, kedua hilus suram
Bercak inftrat hampir seluruh lapangan paru dan perihiler kiri
Kedua hemidafragma licin. Kedua sinus kostofrenikus lancip
Jaringan lunak dinding dada terlihat baik

25
Kesan :
Gambaran Tb paru aktif
2. Laboratorium (tuliskan tanggal pemeriksaan, hasil, dan rentang nilai normal)
Kamis 11 November 2021
Minggu 7 November 2021

Gluosa darah sewaktu : 253 mg/dL


Natrium : 124.7 mmol/L
Kalium : 3.54 mmol/dl

Jumat, 12 November 2021


Glukosa darah sewaktu : 450 mg/dL

Sabtu, 13 November 2021


Glukosa darah sewaktu : 340 mg/dL

3. EEG, ECG, EMG, USG, CT-SCAN (tuliskan tanggal pemeriksaan, hasil, dan
rentang nilai normal)
_

G TERAPI YANG DIBERIKAN


.
1. Oral
rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol,

2. Parenteral
- IVFD Nacl 3% gtt
- IVFD Nacl 0.9 3+ KCL
- DRIP INSULIN 4 VI/JAM
- OMZ
- CEFTRIAXONE

Jambi, 11 November 2021


Mahasiswa

PARU MATTAHER

Kelompok

26
ANALISA DATA

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS : Sekresi yang tertahan Bersihan jalan napas
 Pasien mengatakan sesak tidak efektif
napas disertai batuk
 Pasien mengatakan gelisah
DO :
 Pasien tampak lemas dan
gelisah
 Pasien tampak terbaring
dengan posisi semifowler
 Pasien tampak menggunakan
nasal kanul 5 liter/menit
 SPO2 : 96%
 RR : 25 x/menit
 Irama : reguler, kedalaman :
dangkal
 Nadi : 105x/menit
 S : 36oC

2. DS : Agen cidera fisiologis Nyeri akut


 Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut, skala nyeri 5,
nyeri seperti tertusuk-tusuk,
nyeri hilang timbul
 Pasien mengatakan nafsu
makan menurun
DO :
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak gelisah
 Skala nyeri 5
 TD : 130/90 mmHg
 RR : 25x/menit
 Nadi : 105x/menit

3. DS : Resistensi urin Ketidakstabilan kadar


 Pasien mengatakan lemas dan glukosa darah
lesu
 Pasien mengatakan frekuensi
bak meningkat 7-8x/hari
sebanyak ± 200 cc (sekali
BAK)
DO :
 Pasien tampak lemas
 Mulut tampak kering
 GDS tanggal (11-11-2021) :
253 mg/dL

27
 GDS tanggal (12-11-2021) :
450 mg/dL
 GDS tanggal (13-11-2021) :
340 mg/dL
4. DS : Faktor psikologis Defisit nutrisi
 Pasien mengatakan nafsu (keengganan untuk
makan menurun makan)
 Pasien mengatakan mual,
badan terasa lemas dan kurang
bertenaga
 Pasien mengatakan makan
hanya menghabiskan ½ porsi
(4-5 sendok) dengan frekuensi
makan 2-3x/hari
DO :
 Pasien tampak lemas dan
kurang bertenaga
 Pasien tampak terbaring
dengan di tempat tidur
 Mulut tampak kering
 Turgor kulit menurun
 Penurunan berat badan 2 kg
selama perawatan di RS
 BB sebelum masuk RS : 38 kg
 BB saat dirawat : 36 kg
 TB : 155 cm
 IMT : 16
 BB ideal : 46,7 kg

28
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y Ruangan : Paru RSUD Raden Mattaher


Umur : 50 tahun No. Mr : 97978

NO. TGL/ JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF


1. 11-11-2021 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan PARU
(09.00) sekresi yang tertahan dibuktikan dengan pasien MATTAHE
mengatakan sesak napas disertai batuk, pasien R
mengatakan gelisah, pasien tampak lemas dan gelisah,
pasien tampak terbaring dengan posisi semifowler,
pasien tampak menggunakan nasal kanul 5 liter/menit,
SPO2 : 96%, RR : 25 x/menit, irama : reguler,
kedalaman : dangkal, nadi : 105x/menit, S : 36oc

2. 11-11-2021 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis PARU


(09.00) dibuktikan dengan, pasien mengatakan nyeri pada MATTAHE
bagian perut, skala nyeri 5, nyeri seperti tertusuk- R
tusuk, nyeri hilang timbul, pasien mengatakan nafsu
makan menurun, pasien tampak meringis, pasien
tampak gelisah, skala nyeri 5, TD : 130/90 mmHg,
RR : 25x/menit, nadi : 105x/menit

3. 11-11-2021 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan PARU


(09.00) dengan resistensi urin pasien mengatakan lemas dan MATTAHE
pusing, pasien mengatakan frekuensi bak meningkat 7- R
8x/hari sebanyak ± 200 cc (sekali BAK), mulut tampak
kering, GDS tanggal (11-11-2021) : 253 mg/dL, GDS
tanggal (12-11-2021) : 450 mg/dL, GDS tanggal (13-
11-2021) : 340 mg/dL

4. 11-11-2021 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis PARU


(09.00) dibuktikan dengan Pasien mengatakan nafsu makan MATTAHE
menurun, pasien mengatakan mual, badan terasa lemas R
dan kurang bertenaga, pasien tampak lemas dan
kurang bertenaga, pasien tampak terbaring semi fowler
di tempat tidur, pasien mengatakan makan hanya
menghabiskan ½ porsi (4-5 sendok) dengan frekuensi
makan 2-3x/hari, mulut tampak kering, turgor kulit
menurun, penurunan berat badan 2 kg selama
perawatan di RS, BB sebelum masuk RS : 38 kg, BB
saat dirawat : 36 kg, TB : 155 cm, IMT : 16, BB ideal :
46,7 kg

29
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. Y Ruangan : Paru RSUD Raden Mattaher
Umur : 50 tahun No. Mr : 97978

TGL/ JAM DIAGNOSA


TUJUAN RENCANA TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
11-11-2021 Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas (L.01001) Manejemen Jalan Nafas (I.01011) PARU
(09.30) Tidak Efektif (D.0001) MATTAHE
Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan mengelola R
Definisi : keperawatan 3x6 jam, diharapkan kepatenan jalan nafas.
ketidakmampuan bersihan jalan napas meningkat Tindakan :
membersihkan sekret dengan kriteria hasil: 1. Observasi
atau obstruksi jalan nafas 5. Batuk efektif meningkat a. Monitor pola nafas (frekuensi,
untuk mempertahankan 6. Produksi sputum menurun kedalaman, usaha napas)
jalan nafas tetap paten. 7. Mengi dan wheezing menurun b. Monitor bunyi nafas tambahan (mis,
8. Dispnea menurun gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
9. Frekuensi napas membaik kering)
10. Pola napas membaik c. Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
2. Teraupeutik
a. Pertahankan kapatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin- lift (jaw-
thrust jika curiga trauma Servikal)
b. Posisikan semi-fowler atau fowler -
Berikan minum hangat
c. Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu
d. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
e. Berikan oksigen , jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari,jika tidak kontraindikasi

30
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik, jika perlu
11-11-2021 Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238) PARU
(09.30) MATTAHE
Definisi : pengalaman Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan mengelola R
sensorik atau emosional keperawatan 3x6 jam, diharapkan pengalaman sensorik atau emosional yang
yang berkaitan dengan tingkat nyeri menurun dengan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
kerusakan jaringan kriteria hasil: atau fungsional, dengan onset mendadak atau
aktual atau fungsional, 1. Keluhan nyeri menurun lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dengan onset mendadak 2. Meringis menurun dan konstan
atau lambat dan 3. Sikap protektif menurun Tindakan :
berintensitas ringan 4. Frekuensi nadi membaik 1. Observasi
hingga berat yang 5. Pola napas membaik a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
berlangsung kurang dari 6. Tekanan darah membaik durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3 bulan. nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat
danmemperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik

31
a. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

32
11-11-2021 Ketidakstabilan Kadar Kestabilan Kadar Glukosa Manajemen Hiperglikemia (I.03115) PARU
(09.30) Glukosa Darah Darah (L.03022) MATTAHE
(D.0027) R
Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
Definisi : variasi kadar keperawatan 3x6 jam, diharapkan glukkosa darah diatas normal
glukosa darah naik/turun kestabilan kadar glukosa darah Tindakan :
dari rentang normal. meningkat, dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Pusing menurun a. Identifkasi kemungkinan penyebab
2. Lelah lesu menurun hiperglikemia
3. Rasa haus menurun b. Identifikasi situasi yang menyebabkan
4. Mulut kering menurun kebutuhan insulin meningkat (mis.
5. Kadar glukosa dalam darah penyakit kambuhan)
membaik c. Monitor kadar glukosa darah, jika
6. Jumlah urin membaik perlu
d. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia,
polivagia, kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit kepala)
e. Monitor intake dan output cairan
f. Monitor keton urine, kadar analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
2. Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
c. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
3. Edukasi
a. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL

33
b. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
c. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
d. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
e. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
perlu
c. Kolaborasipemberian kalium, jika
perlu

Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I. 03119) PARU
MATTAHE
Definisi : asupan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan mengelola R
tidak cukup untuk keperawatan 3x6 jam, diharapkan nutrisi yang seimbang
memenuhi kebutuhan status nutrisi membaik, dengan Tindakan :
metabolisme kriteria hasil: 1. Observasi
1. Porsi makanan yang dihabiskan a. Identifikasi status nutrisi
meningkat b. Identifikasi alergi dan intoleransi
2. Perasaan cepat kenyang makanan
menurun c. Identifikasi makanan yang disukai
3. Nyeri abdomen menurun d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
4. Berat badan membaik nutrient
5. Imt membaik e. Identifikasi perlunya penggunaan

34
6. Frekuensi makan membaik selang nasogastrik
7. Nafsu makan membaik f. Monitor asupan makanan
8. Membran mukoa membaik g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
d. Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

35
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y Ruangan :Paru RSUD Raden


Mattaher
Umur : 50 tahun No. Mr :97978

NO.
TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
DK
D.0001 Kamis 1. Mengidentifikasi pola, irama dan kedalaman PARU
11 November napas MATTAHE
2021 Hasil: R
-Pasien memakai oksigen nasal kanul 5L/menit
- RR; 26x/ menit
-Irama: reguler
-Kedalaman : dangkal
2. Mengukur tanda-tanda vital
Hasil:
T/D: 130/90 mmhg, S: 36C, RR : 26x/menit, N:
105 x/menit
3. Membantu pasien dengan duduk semifowler
Hasil;
Pasien merasakan nyaman, sesak berkurang
4. Menganjurkan minum banyak
Hasil;
pasien mengatakan minum banyak sekitar 5-6
gelas/ hari
5. Mengajarkan batuk efektif
Hasil:
-Pasien bisa melakukan tindakan batuk efektif
5. Melakukan fisioterapi dada
Hasil:
-Pasien mengatakan merasakan longgar pada
daerah paru nya

D.0077 Kamis 1. Mengidentifikasi nyeri PARU


11 November Hasil: MATTAHE
2021 Pasien mengatakan nyeri di bagian perut bawah, R
dengan skala nyeri 5, terasa di tusuk akibat susah
BAB
2. Memberikan tindakan tarik nafas dalam
Hasil:
Pasien melakukan teknik nafas dalam dengan
baik
3. Kolaborasi pemberian obat
Hasil:
Injeksi Omeprazole (2x1) Intravena

37
D.0038 Kamis 1. Mengidentifikasi glukosa darah PARU
11 November Hasil: MATTAHE
2021 Gds sewaktu waktu: 253 mg/dl R
2. Melakukan monitor tanda tanda dan gejala
hiperrglekemia
Hasil:
Terdapat tanda hiperglekemia (sering BAK,
mudah lelah), pasien mengatakn suka makan
manis
3. Mengidentifikasi intake dan output
Hasil :
-Pasien mengatakan minum 5-6 gelas perhari
(±2000 cc/24 jam), infus NaCl 0,9% 15 tpm
(±1000 cc/24 jam)

D.0019 Kamis 1. Mengidentifikasi status nutrisi PARU


11 November Hasil: MATTAHE
2021 -Pasien mengatakan nafsu makanan menurun R
-Pasien mengatakan mual terkadang disertai
muntah,
2. Mengidentifikasi alergi makanan
Hasil:
-Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
3. Mengidentifikais asupan makanan
Hasil:
-Pasien mengatakan nafsu makanan menurun
Porsi (4-5 sendok) dalam frekuensi 2-3x sehari
4. Mengidentifikasi IMT
BB: 36 kg
TB: 155 cm
Imt : 16
BB ideal: 46,7 kg

38
EVALUASI

Nama : Ny. Y Ruangan :Paru RSUD Raden


Mattaher
Umur : 50 tahun No. Mr :97978

MASALAH TGL/ JAM


CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN 11 S: pasien mengatakan sesak nafas, PARU
NAFAS TIDAK November batuk, sputum (+) MATTAHER
EFEKTIF 2021
O: pasien tampak sesak
T/D: 130/90 mmhg
S: 36C
RR : 26x/menit
N: 105 x/menit
SPO2 : 96%

A: masalah bersihan jalan nafas belum


teratasi

P: lanjutkan intervensi
- -Mengevaluasi teknik batuk efektif
- -Mengukur tanda-tanda vital
- -Mengukur saturasi oksigen sebelum
dan setelah latihan PLB
- -Mengajarkan latihan PLB
NYERI AKUT 12 S: pasien mengatakan nyeri dibagian PARU
November perut bagian bawah terasa di tertusuk MATTAHER
2021
O: pasien tampak meringis, menahan
nyeri, skala nyeri 5

A: masalah nyeri akut belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
-Mengevaluasi nyeri
-Melatih tarik napas dalam
-Mengkolaborasi terapi parenteral
sesuai anjuran dokter
KETIDAKSTABILA 11 S: pasien mengatakan lemas lesu. PARU
N KADAR November MATTAHER
GLUKOSA DARAH 2021 O: pasien tampak lemas
GDS sewaktu waktu : 253 md/gl

A: masalah ketidakstabilan glukosa


darah belum teratasi

P: Lanjutkan ntervensi

39
- -Monitor kadar glukosa darah
- -Monitor intake dan output cairan
- -Monitor tanda-tanda hiperglikemia
DEFISIT NUTSISI 11 S: pasien mengatakan lemas, nafsu PARU
November makan berkurang, pasien makan 4-5 MATTAHER
2021 sendok, mual muntah, pasien
mengatakan brat badan 2kg turun
selama rawat di RS

O: pasien tampak lemas, lesu.


-Turgor kulit menurun
-Bibir kering
-TB: 155 cm
-BB 36 kg
-IMT: 16
-BB ideal = 46,7 kg

A: masalah defisit nutrisi belum


teratasi

P: lanjutkan intervensi
- -Manajemen nutrisi
-

40
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y Ruangan :Paru RSUD Raden


Mattaher
Umur : 50 tahun No. Mr :97978

NO. DK TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


D.0001 Jumat 1. Mengevaluasi tindakan batuk efektif PARU
12 November Hasil: MATTAHER
2021 -Pasien bisa melakukan tindakan batuk efektif
-Pasien mengatakan frekuensi batuk dan
jumlah sputum yang dirasakan sudah jauh
berkurang
2. Mengukur tanda-tanda vital pasien
Hasil:
TD : 130/80mmHg, N : 95 x/menit, RR :
25x/menit
3. Mengukur SPO2 pasien sebelum melakukan
Pursed Lips Breathing (PLB)
Hasil:
- SPO2 = 96%
4. Melatih pasien teknik PLB untuk mengurangi
sesak
Hasil:
-Pasien Kooperatif dan mengikuti arahan
perawat
5. Mengukur SPO2 pasien sesudah melakukan
teknik PLB
Hasil:
- SPO2 = 97%

D.0077 Jumat 1. Mengevaluasi nyeri PARU


12 November Hasil: MATTAHER
2021 -Pasien mengatakan nyeri di bagian perut
bawah, dengan skala nyeri 5, terasa seperti
tertusuk akibat susah BAB
2. Mengevaluasi tindakan tarik nafas dalam
Hasil:
-Pasien melakukan teknik nafas dalam ketika
merasakan nyeri
3. Kolaborasi pemberian obat
Hasil:
-Injeksi Omeprazole (2x1)
-Injeksi Omeprazole (2x1)

D.0038 Jumat 12 1. Mengidentifikasi pemeriksaan glukosa darah PARU


November Hasil: MATTAHER
2021 -Gds sewaktu waktu: 450 mg/dl

41
2. Melakukan monitor tanda tanda dan gejala
hiperrglekemia
Hasil:
-Terdapat tanda hiperglekemia (peningkatan
frekuensi BAK, lemah), glukosa darah
meningkat dari hari sebelumnya
3. Mengidentifikasi intake dan output
Hasil:
-Pasien mengatakan minum 5-6 gelas perhari
(±1,800cc) + infus NaCl 0,9% 15 tpm
(1000cc/24 jam)

D.0019 Jumat 1. Mengidentifikasi status nutrisi PARU


12 November Hasil: MATTAHER
2021 -Pasien mengatakan nafsu makan perlahan
meningkat setelah di beri obat
2. Mengidentifikasi alergi makanan
Hasil:
-Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
3. Mengidentifikais asupan makanan
Hasil:
-Pasien mengatakan makan ½ (5-6 sendok)
dalam frekuensi 3x sehari
4. Mengidentifikasi IMT
BB: 36 kg
TB: 155 cm
Imt : 16
BB ideal: 46,7 kg

42
EVALUASI

Nama : Ny. Y Ruangan :Paru RSUD Raden


Mattaher
Umur : 50 tahun No. Mr :97978

MASALAH TGL/
CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN JAM
BERSIHAN JALAN 12 S: pasien mengatakan masih PARU
NAFAS TIDAK November merasakan sesak nafas MATTAHE
EFEKTIF 2021 R
O: pasien tampak sesak
T/D: 130/80 mmhg
N: 95 x/ menit
RR : 25 x/ ment
SPO2: 97 %

A: masalah bersihan jalan nafas


teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
- -Mengevaluasi saturasi oksigen, pola,
irama dan kedalaman pernapasan
- -Mengevaluasi latihan PLB
- -Memberikan pasien posisi nyaman
-

NYERI AKUT 12 S: pasien mengatakan nyeri dibagian


November perut bagian bawah terasa seperti
2021 tertusuk, nyeri sudah jarang dirasakan

O: pasien tampak lemas, menahan


nyeri, skala nyeri 5

A: masalah nyeri akut teratasi

P : lanjutkan intervensi
-Mengevaluasi nyeri
-Melatih tarik napas dalam
-Mengkolaborasi terapi parenteral
sesuai anjuran dokter

KETIDAKSTABILA 12 S: pasien mengatakan lemas lesu. PARU


N KADAR November MATTAHE
GLUKOSA DARAH 2021 O: pasien tampak lemas, R
GDS sewaktu waktu : 450 md/gl

A: masalah ketidak stabilan glukosa


darah belum teratasi

43
P: Lanjutkan intervensi
-Mengidentifikasi GDS
-Memonitor intake dan output
-Memonitor tanda-tanda
hiperglikemia
-Pemasangan infus tambahan sesuai
anjuran dokter

DEFISIT NUTSISI 12 S: pasien mengatakan lemas, nafsu PARU


November makan bertambah setelah dikasih MATTAHE
2021 obat makan R

O: pasien tampak lemas, lesu.


-Turgor kulit menurun,
-Bibir kering
-TB: 155 cm
-BB 36 kg
-IMT: 16

A: masalah defisit nutrisi teratasi


sebagian

P: lanjutkan intervensi
-Menajemen nutrisi

44
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y Ruangan :Paru RSUD Raden


Mattaher
Umur : 50 tahun No. Mr :97978

NO.
TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
DK
D.0001 Sabtu 1. Mengevaluasi pola nafas, irama dan PARU
13 November kedalaman MATTAHER
2021 Hasil:
-Pasien tampak tidak memakai oksigen
RR : 23x/ menit
-Irama: reguler
-Kedalaman : dangkal
2. Menganjurkan pasien posisi nyaman
Hasil;
-Pasien tampak terbaring dengan posisi
fowler
3. Mengukur tanda-tanda vital
Hasil: T/D: 100/70 mmhg, S: 36.5, N: 90x/
menit, RR; 23 x/ menit, SPO2 : 98%
4. Mengevaluasi tindakan PLB yang diberikan
Hasil:
-Pasien bisa melakukan tindakan PLB secara
mandiri
-Pasien mengatakan sesak berkurang (RR
23x/menit)

D.0077 Sabtu 1. Mengevaluasi nyeri PARU


13 November Hasil: MATTAHER
2021 -Pasien mengatakan nyeri di bagian perut
bawah , dengan skala nyeri 3-4
2. Mengevaluasi tindakan tarik nafas dalam
Hasil:
-Pasien mengatakan akan melakukan teknik
nafas dalam ketika merasakan nyeri,
3. Kolaborasi pemberian obat
Hasil:
-Injeksi Ceftriaxone (2x1)
-Injeksi Omeprazole (2x1)

D.0038 Kamis 1. Mengidentifikasi glukosa darah PARU


13 November Hasil: MATTAHER
2021 Gds sewaktu waktu: 340 mg/dl

45
2. Melakukan monitor tanda tanda dan gejala
hiperrglekemia
Hasil:
Terdapat tanda hiperglekemia (frekuensi
BAK meningkat) glukosa darah menurun
dari hari sebelumnya
3. Mengidentifikasi intake dan output
Hasil : pasien mengatakan minum 5-6 gelas
perhari (±1,800 cc/24 jam) + terapi
parenteral (±1500cc/24 jam)
4. Memasang infus
Hasil:
IVFD Nacl 3% gtt
IVFD Nacl 0.93 + kcl 1 +1 gtt xv
Drip insulin 4mv/jam

D.0019 Sabtu 1. Mengidentifikasi status nutrisi PARU


13 November Hasil: MATTAHER
2021 -Pasien mengatakan nafsu perlahan
meningkat
2. Mengidentifikasi asupan makanan
Hasil:
Pasien mengatakan makan ½ porsi (5-6
sendok) dalam frekuensi 3x sehari
3. Mengidentifikasi IMT
BB: 36 kg
TB: 155 cm
Imt : 16
BB ideal: 46,7 kg

46
EVALUASI

Nama : Ny. Y Ruangan :Paru RSUD Raden


Mattaher
Umur : 50 tahun No. Mr :97978

MASALAH TGL/
CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN JAM
BERSIHAN JALAN 13 S: pasien mengatakan sesak nafas PARU
NAFAS TIDAK November berkurang, frekuensi batuk dan MATTAHER
EFEKTIF 2021 jumlah sputum jauh berkurang

O: pasien tampak sedikit lebih tenang


T/D: 100/70 mmhg
S: 36.5 c
N: 90 x/ menit
RR; 23 x/ ment
SPO2 : 98 %

A: masalah bersihan jalan nafas


teratasi sebagian

P: pertahankan intervensi
- -Monitor jalan nafas
- -Manajemen jalan nafas
- -Atur posisi
- -Kolaborasi pemberian obat
NYERI AKUT 13 S: pasien mengatakan nyeri sudah PARU
November tidak dirasakan MATTAHER
2021
O: pasien tampak tidak meringis,
muka tampak lebih relax

A: masalah nyeri akut teratasi

P : hentikan intervensi

KETIDAKSTABILA 13 S: pasien mengatakan badan lebih PARU


N KADAR November bertenaga dari hari sebelumnya MATTAHER
GLUKOSA DARAH 2021

47
O: pasien tampak lebih bertenaga
GDS sewaktu waktu : 340 mg/dL

A: masalah ketidakstabilan glukosa


darah belum teratasi

P: lanjutkan ntervensi
-Monitor kadar glukoa darah
-Monitor intake dan output cairan
-Monitor kepatenan jalan infus
IVFD Nacl 3% gtt
IVFD Nacl 0.93 + kcl 1 +1 gtt xv
Drip insulin

DEFISIT NUTSISI 13 S: pasien mengatakan lemas, nafsu PARU


November makan bertambah setelah dikasih MATTAHER
2021 obat makan

O: pasien tampak lem


as, lesu.
-Turgor kulit menurun,
-Bibir kering
-TB: 155 cm
-BB 36 kg
-IMT: 16

A: masalah defisit nutrisi teratasi


sebagian

P: lanjutkan intervensi
-Manajemen nutrisi

48
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada
dasarnya dalam memberikan asuhan keperawatan, proses keperawatan merupakan alatnya.
Dimana melalui pengkajian pada pasien akan diperoleh data-data (data primer maupun data
sekunder), baik yang bersifat objektif maupun yang bersifat subyektif. Data-data yang
diperoleh melalui pengkajian selanjutnya dianalisa untuk menemukan adanya masalah
kesehatan. Tentunya data-data yang dimaksudkan adalah data-data yang menyimpang dari
nilai normal yang pada umumnya mencirikan penyakit yang sedang dialami oleh pasien.
Setelah masalah keperawatan diangkat lalu diagnosa keperawatan pun ditegakkan
dimana komponen penyusunannya terdiri atas problem, etiologi, sign dan symptom (diagnosa
aktual), problem dan etiologi (diagnosa potensial) dan komponen problem (diagnosa
risiko/risiko tinggi). Intervensi/perencanaan pun disusun berdasarkan diagnosa yang ada.
Tujuan pencapaian dari setiap intervensi untuk setiap diagnosa ditetapkan saat menyusun
perencanaan.
Perencanaan yang telah ditentukan dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah
yang telah teridentifikasi. Keberhasilan dari setiap tindakan untuk tiap diagnosa pun dinilai
atau dievaluasi, dengan demikian rencana perawatan selanjutnya dapat ditetapkan lagi.
Demikian pun asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru. Pembahasan ini akan dilihat
adanya kesenjangan antara teori dan praktek (kasus nyata) yang ditemukan pada pasien
dengan tuberculosis
A. Analisa Kasus
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan, dari
pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan teori yaitu : Identitas diperoleh
dari pasien, keluarga dan status pasien. Responden/pasien bernama Ny. Y berusia 50
tahun,. Menurut Kemenkes (2018) prevalensi Tuberculosis berdasarkan wawancara yang
didiagnosis dokter atau gejala, meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi
pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 1,0 %.
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien mengatakan masih merasakan sesak, batuk
hanya sesekali dengan frekuensi yang tidak bisa ditentukan, tetapi pasien mengatakan
batuk seringkali terjadi/kambuh ketika malam hari, pasien tampak kelemahan dan
mengalami penurunan berat badan, penurunan berat badan sebanyak 2 kg selama berada
pada masa perawatan di rumah sakit, aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluarga.

49
B. Analisa Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang utama di terapkan adalah bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan dengan pasien mengatakan
sesak napas disertai batuk, pasien mengatakan gelisah, pasien tampak lemas dan gelisah,
pasien tampak terbaring dengan posisi semifowler, pasien tampak menggunakan nasal
kanul 5 liter/menit, SPO2 : 96%, RR : 25 x/menit, irama : reguler, kedalaman : dangkal,
nadi : 105x/menit, S : 36oc
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisiologis dibuktikan dengan, pasien mengatakan nyeri pada bagian perut, skala nyeri 5,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri hilang timbul, pasien mengatakan nafsu makan
menurun, pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, skala nyeri 5, TD : 130/90
mmHg, RR : 25x/menit, nadi : 105x/menit
Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan resistensi urin dibuktikan dengan pasien mengatakan lemas dan
lesu, pasien mengatakan frekuensi bak meningkat 7-8x/hari sebanyak ± 200 cc (sekali
BAK), mulut tampak kering, GDS tanggal (11-11-2021) : 253 mg/dL, GDS tanggal (12-
11-2021) : 450 mg/dL, GDS tanggal (13-11-2021) : 340 mg/dL
Diagnosa keperawatan yang keempat adalah defisit nutrisi berhubungan dengan faktor
psikologis dibuktikan dengan Pasien mengatakan nafsu makan menurun, pasien
mengatakan mual, badan terasa lemas dan kurang bertenaga, pasien tampak lemas dan
kurang bertenaga, pasien tampak terbaring semi fowler di tempat tidur, pasien
mengatakan makan hanya menghabiskan ½ porsi (4-5 sendok) dengan frekuensi makan
2-3x/hari, mulut tampak kering, turgor kulit menurun, penurunan berat badan 2 kg
selama perawatan di RS, BB sebelum masuk RS : 38 kg, BB saat dirawat : 36 kg, TB :
155 cm, IMT : 16, BB ideal : 46,7 kg
C. Analisa Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan memiliki tiga komponen yaitu label, definisi dan tindakan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diharapakn perawat mampu memprioritaskan
masalah, merumuskan tujuan/hasil yang diharapkan, memilih intervensi yang paling
tepat, dan menulis dan mendokumentasikan rencana keperawatan. Prioritas pertama di
artikan bahwa masalah ini perlu mendapat perhatian, karena dapat mempengaruhi status
kesehatan pasien secara umum dan memperlambat penyelesaian masalah yang lain.
Pada kasus Ny. Y., dengan Tuberculosis Paru, terdapat empat masalah keperawatan
yang berurutan sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu bersihan jalan napas

50
tidak efektif, nyeri akut, ketidakstabilan kadar glukosa darah dan defisit nutrisi. Tujuan
dari masalah keperawatan yang ada pada Ny.Y sudah dirancang dan dicantumkan oleh
kelompok berdasarkan buku SDKI, SLKI dan SIKI dimana intervensi yang dilakukan
meliputi manajemen jalan napas, manajemen nyeri, manajemen hiperglikemia dan
manajemen nutrisi.
D. Analisa Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini peneliti melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan. Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan,
dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
Pada pasien pada hari pertama tindakan keperawatan yang dilakukan adalah membina
hubungan saling percaya dengan pasien, melakukan pengkajian, mengkaji keadaan
umum, melakukan pemeriksaan fisik, mengidentifikasi pola, irama dan kedalaman
pernapasan, mengukur tanda-tanda vital, memfasilitasi pasien dengan duduk semifowler,
menganjurkan minum banyak, mengajarkan batuk efektif, melakukan fisioterapi dada,
mengidentifikasi nyeri, memberikan tindakan tarik nafas dalam, mengkolaborasi
pemberian obat sesuai anjuran dokter, mengidentifikasi glukosa darah sewaktu,
melakukan monitor tanda tanda dan gejala hiperglikemia, mengidentifikasi intake dan
output, mengidentifikasi status nutrisi, mengidentifikasi alergi makanan,
mengidentifikasi asupan makanan, mengidentifikasi IMT dan BB ideal. Pada hari kedua
dan ketiga tindakan keperawatan/ implementasi yang dilakukan oleh kelompok tidak
mengalami banyak perubahan karna kelompok ingin mengetahui perkembangan dari
kondisi pasien maupun perkembangan dari pengetahuan dan keterampilan terapi non
farmakologis yang telah diajarkan, sehingga kelompok bisa mengetahui sejauh mana
perkembangan kondisi pasien dan sejauh mana pasien mengerti, memahami dan
menerapkan latihan-latihan yang telah diajarkan selama 3 hari berturut-turut.
E. Analisa Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Hasil evaluasi
yang didapatkan pada pasien satu diagnosa pasien teratasi pada hari ketiga yaitu nyeri

51
akut, dua diagnosa pasien teratasi sebagian yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dan
defisit nutrisi dengan melanjutkan dan mempertahankan intervensi yang telah dilakukan
dan satu diagnosa pasien belum teratasi yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan
melanjutkan intervensi.

52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada Ny. Y kelompok
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada pasien tuberculosis didapatkan pasien mengatakan masih
merasakan sesak, batuk hanya sesekali dengan frekuensi yang tidak bisa ditentukan,
tetapi pasien mengatakan batuk seringkali terjadi/kambuh ketika malam hari, pasien
tampak lemas (kurang bertenaga) dan mengalami penurunan berat badan, penurunan
berat badan sebanyak 2 kg selama berada pada masa perawatan di rumah sakit,
aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluarga.
2. Dalam teori masalah keperawatan yang muncul pada tuberculosis adalah 6 diagnosa
keperawatan sedangkan pada kasus Ny. Y hanya ditemukan 3 diagnosa keperawatan
dengan satu diagnosa yang tidak sesuai dengan konsep asuhan keperawatan pada TB
Paru yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah. Hal ini terjadi karena pasien Ny.Y
mengalami komplikasi dengan penyakit gula darah tinggi sehingga kelompok harus
menegakkan masalah keperawatan yang berkaitan dengan keluhan gula darah
pasien.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang
ditemukan. Berikut beberapa rencana keperawatan yaitu manajemen jalan nafas,
manajemen nyeri, manajemen hiperglikemia dan manajemen nutrisi.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan dilakukan pada pasien mulai pada tanggal 11 November
2021 sampai 13 November 2021. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3 hari
berturut-turut.
5. Evaluasi keperawatan didapatkan bahwa satu masalah keperawatan teratasi, dua
masalah keperawatan teratasi sebagian dan satu masalah keperawatan belum teratasi.
B. Saran
Diharapkan hasil ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis dalam praktik keperawatan
serta dapat mengaplikasikan ilmu dan pengalaman yang didapat selama melakukan studi
profes NERS dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien
tuberculosis.

53
DAFTAR PUSTAKA

Amin, & Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa

Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta: MediAction

Angelina, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (5th ed.). Jakarta: EGC.

Arif & Kristiyawati (2017). Efektivitas posisi Semi Fowler dengan Pursed Lip Breathing

Terhadap SaO2 pasien TB paru Di RSP DR. Ariewiriwan Salatiga

Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Dewi, N (2019). Diabetes Melitus & Infeksi Tuberkulosis. Surabaya : EGC

Dinarti dan Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan (1st ed.). Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Guyton, & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapore: Elsevier

Greenhalgh, I., & Butler, A. (2017). Sanatoria Revisited: Sunlight And Health . J R Coll

Physicians Edin, 47: 276–80

Hasanah, M., Dkk. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Efikasi Diri Penderita

Tuberculosis Multidrug Resistant (Tb-Mdr) Di Poli TbMdr Rsud Ibnu Sina Gresik.

Jurnal Kesehatan.

Isomah (2016). Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Sebelum Dan Sesudah Diberikan Posisi

Tripod dengan Pursed Lip Breathing Pada pasien TB Paru Di RSUD Ambarawa.

Kementrian Kesehatan. Hasil Utama Riskesdas 2013- 2018

Lauzilfa, R. W., Dkk. (2016). Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro Dan Status Gizi Pasien

Tuberkulosis Dengan Sputum Bta (+) Dan Sputum Bta (-). Media Gizi Indonesia , 144-

152.

Rab, T. (2017). ILMU PENYAKIT PARU. CV. Trans Info Media.

Sitorus, F. E., & Barus, D. T. (2018). Hubungan Koping Stres Dengan Kepatuhan Minum

Obat Pada Penderita Tuberkulosis Paru . Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (Jkf).

54
Sugiarti, S., Dkk. (2018). Vitamin D Sebagai Suplemen Dalam Terapi Tuberkulosis Paru.

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP

PPNI.

TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP

PPNI.

TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP

PPNI.

WHO. (2017). Global Tuberculosis Report. Jenewa

55

Anda mungkin juga menyukai