BRONKOPNEUMONIA
OLEH :
Ni Putu Candra Dewi
NIM P07120319092
B. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang
terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus : legionella pneumoniae
3. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan sindrom klinis
a. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan
pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu
perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
mycoplasma, clamydia pneumoniae atau legionella.
D. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronkopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya
krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat). Tanda gejala yang muncul pada
bronkopneumonia adalah:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkara
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Patofisiologi
Bronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian
sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan
menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk
ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran
sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pathways
Pola Napas
Tidak Efektif
F. Komplikasi
Pneumonia biasanya dapat obati dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Bagaimanapun, komplikasi dapat terjadi pada beberapa pasien
terutama penderita yang termasuk ke dalam kelompok resiko tinggi (faktor
risiko) :
1. Akumulasi cairan :
Cairan dapat menumpuk diantara pleura dan bagian bawah dinding dada
(disebut efusi pleura) dan dapat pula terjadi empisema. Chest tube
(atau drainage secara bedah) mungkin dibutuhkan untuk mengeluarkan
cairan.
2. Abses :
Pengumpulan pus (nanah) pada area yang terinfeksi pneumonia disebut
dengan abses. Biasanya membaik dengan terapi antibiotik, namun
meskipun jarang terkadang membutuhkan tindakan bedah untuk
membuangnnya.
3. Bakteremia :
Banteremia muncul bila infeksi pneumonia menyebar dari paru masuk
ke peredaran darah. Ini merupakan komplikasi yang serius karena
infeksi dapat menyebar dengan cepat melaui peredaran darah ke
organorgan lain.
4. Kematian :
Walaupun sebagian besar penderita dapat sembuh dari pneumonia,
pada beberapa kasus dapat menjadi fatal. Kurang dari 3 % penderita yang
dirawat di rumah sakit dan kurang dari 1 % penderita yang dirawat
di rumah meninggal dunia oleh peneumonia atau komplikasinya.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bacteremia
e. Sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronkopneumonia adalah: 1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman Sementara
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
1. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk transpor muskusilier
Tujuan penatalaksanaan penderita adalah menghilangkan infeksi dan
mencegah terjadinya komplikasi akibat infeksi tersebut. Penatalaksanaan
pneumonia didasarkan kepada organisme apa yang menyebabkan
pneumonia tersebut (disebut engan terapi empirik). Kebanyakan penderita
membaik dengan terapi empirik ini. Kebanyakan pasien dengan pneumonia
ditatalaksana di rumah dengan pemberian antibiotik-antibiotik oral.
Penderita dengan faktor resiko untuk menjadi lebih berat dapat
ditatalaksana dengan perawatan di rumah sakit. Monitoring di rumah
sakit termasuk kontrol terhadap frekuensi denyut jantung dan pernafasan,
temperatur, dan oksigenisasi. Penderita yang dirawat di rumah sakit
biasanya diberikan antibiotik intravena dengan dosis dan pemberian yang
terkontrol. Lamanya hari perawatan di rumah sakit sangat bervariasi
tergantung bagaimana respon penderita terhadap pengobatan, apakah
ada penyakit penyerta/ sebelumnya, dan apakah ada masalah-masalah
medis lainnya yang dapat memperberat pneumonia yang dideritanya.
Beberapa penderita, termasuk penderita yang sebelumnya menderita
kerusakan paru atau penyakit paru berat lainnya, penderita dengan
imunitas menurun, atau penderita dengan pneumonia yang mengenai
lebih dari 1 lobus (disebut multilobar pneumonia), dapat lebih
lambat untuk membaik atau mungkin membutuhkan perawatan lebih
lama di rumah sakit.
Berbagai macam regimen antibiotik tersedia untuk terapi
pneumonia. Pemilihan antibiotik mana yang baik digunakan bergantung
pada banyak faktor, termasuk : Penyakit penyerta/ sebelumnya dan terinfeksi
dengan bakteri yang resisten antibiotik tertentu. Penderita yang sebelumnya
menggunakan antibiotik untuk terapi penyakit lain pada tiga bulan terakir
mempunyai faktor resiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi bakteri yang
resisten antibiotik tertentu. Untuk semua regimen antibiotik, penting
untuk menggunakan antibiotik tersebut sampai selesai dan sesuai dengan
prosedur penatalaksanaan. Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit
untuk dilakukan, sehingga pemberian antibiotik diberikan secara empirik
sesuai dengan pola kuman tersering yaitu Streptococcus pneumonia dan H.
influenza. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik
adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72
jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 – 10
hari. Bila diduga penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat
segera diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin,
klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk
Stafilokokusadalah 3 – 4 minggu.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
4. Riwayat Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
5. Pengkajian fisik
a. Inspeksi : Adanya takipnea, dypsnea, sianosis sirkumoral,
pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non
produktif menjadi produktif, serta nyeri dada waktu bernafas,
adanya retraksi dinding dada.
b. Palpasi : hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit dan megalami peningkatan
denyut nadi.
c. Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit
d. Auskultasi : pada pneumonia akan terdengar stridor suara nafas
berjurang, terdengar suara nafas tambahan atau ronchi, kadang-
kadang terdengar bising gesek pleura.
6. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, irritability
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan
anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi
(ringan sampai berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan
pengiriman oksigen
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam
alveoli
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan SIKI
No
SLKI
1 Pola nafas tidak efektif Respirasi : Respirasi : najemen
Penyebab Setelah dilakukan tindakan keperawatan .. x…. Majalan nafas
• Depresi pusat pernapasan jam, diharapkan pola nafas membaik dengan 1. Observasi
• Hambatan upaya napas kriteria hasil : a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
• Deformitas dinding dada Penggunaan otot bantu nafas menurun usaha nafas)
• Deformitas tulang dada b. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
Dispnea menurun
• Gangguan neuromuscular Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
Pemanjangan fase ekspirasi menurun
• Gangguan neurologis 2. Terapeutik
Frekuensi nafas membaik
• Penurunan energy Posisikan semi fowler
Kedalaman nafas membaik
• Obesitas
Berikan minuman hangat
• Posisi tubuh yang
Berikan oksigen
menghambat ekspansi paru
3. Edukasi
• Sindrom hipoventilasi
Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, jika
• Kerusakan inervasi
tidak kontraindikasi
diafragma
Ajarkan teknik batuk efektif
• Cedera pada
Kolaborasi
medulla 4.
spinalis Kolaborasi pemberian bronkodilator,
• Efek agen farmakologis ekspektoran, mukolitik, jika perlu
• Kecemasan
Ob
s
mantauan respirasi ervasi
Pe Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
Gejala dan tanda mayor 1. dan upaya nafas
Subjektif : Dyspnea
Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
Objektif takipnea, hiperventilasi,
1. Penggunaan otot bantu kussmaul, cheyne-stokes,
pernafasan ataksisk) Monitor saturasi oksigen
2. Fase ekspirasi memanjang Auskultasi bunyi nafas
3. Pola nafas abnormal Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Monitor nilai AGD
Gejala dan tanda minor
Monitor hasil x-ray thoraks apeutik
Sujektif : Ortopnea Atur interval pemantauan respirasi
Objektif Ter
sesuai kondisi pasien
• Pernafasan pursed lips 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
• Pernapasan cuping hidung
Edukasi
• Diameter thoraks anterior
Jelaskan tujuan dan prosedur
posterior meningkat
• Ventilasi semenit menurun
3.
• Kapasitas vital pemantauan
menurun
Informasikan hasil pemantauan, jika
• Tekanan ekspirasi perlu
menurun
• Tekanan inspirasi
menurun
• Ekskursi dada
berubah Kondisi klinis terkait
• Depresi system
saraf pusat
• Cedera kepala
• Trauma thoraks
• Gullian bare
syndrome
• Multiple sclerosis
• Myasthenia gravis
• Stroke
• Kuadriplegia
• Intoksikasi alcohol
Terapi oksigen
4. Napas cuping hidung Observasi
5. Pola nafas abnormal Monitor kecepatan aliran oksigen
6. Warna kulit abnormal Monitor alat terapi oksigen
7. Kesadaran menurun Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
Kondisi klinis terkait diberikan cukup
• PPOK GJK Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
• Asma Oksimetri, AGD), jika perlu
• Pneumonia Monitor kemampuan melepaskan
• Tuberkulosis paru oksigen saat makan
• Penyakit membrane hialin Monitor tanda tanda hipoventilasi
• Asfiksia Monitor tanda dan gejala toksikasi
• PPHN
oksigen dan atelectasis
• Prematuritas Monitor tingkat kecemasan akibat
• Infeksi saluran nafas terapi oksigen
Situasional 4. Kolaborasi
Pemantauan respirasi
5. Pola nafas berubah Kondisi Observ asi
klinis terkait Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
• Gullian bare syndrome dan upaya nafas
• Sclerosis multiple Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
• Myasthenia gravis takipnea, hiperventilasi,
• Prosedur diagnostic kussmaul, cheyne-stokes,
• Depresi system saraf pusat ataksisk) Monitor saturasi oksigen
• Cedera kepala Auskultasi bunyi nafas
• Stroke
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
• Kuadriplegia
Monitor nilai AGD
• Sindrom aspirasi
Monitor hasil x-ray thoraks
meconium tik
• Infeksi saluran nafas Terapeu
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
E. Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan asuhan keperawatan didadapatkan evaluasi. Evalusai
juga tidak ada kesenjangan teori dan kasus. Evaluasi adalah membandingkan
suatu hasil / perbuatna dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan
yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.
• Evaluasi keperawatan : membandingkan efek / hasil suatu tindakan
keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
• Tahap akhir dari proses keperawatan.
• Menilai tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
• Menilai efektifitas rencana keperawatan atau strategi askep.
• Menentukan efektif / tidaknyatindakan keperawatan dan perkembangan
pasien terhadap masalah kesehatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
terhadap pencapaian hasil setiap hari. Tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mendegah
atau mengobati respon manusia terhadap prosedur kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif. 2013. Pneumonia dalam Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, edisi 3.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah