Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN HERNIA INGUINALIS

Oleh :

NOVIA CITRA HARYONO


14401.18.19018

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH

Disahkan Pada :
Hari :
Tanggal :

CI Lahan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Novia Citra Haryono
NIM : 14401.18.19002

No Hari / Materi Saran TTD


Tanggal Konsultasi
LAPORAN PENDAHULUAN

1. ANATOMI

FISIOLOGI
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus
abdominis, musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus
abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum,
dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong
dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke
medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm.
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan
aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas
tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah
aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat
ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit
regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian
proksimedial
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra
abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.
Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada
tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu
kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus
internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi
triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya
gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia
inguinalis
2. DEFINISI
Hernia merupakan penonjolan pada dinding perut atau dari rongga
perut ke rongga tubuh lainnya (pinggul atau pelvis, dada atau toraks) yang
dilapisi selaput dinding perut (peritoneum) menonjol, melalui bagian
lemah dinding perut yang bisa berisi usus, penggantung usus, atau organ
perut lainnya (Handaya, 2017). Sedangkan pengertian hernia inguinalis
adalah suatu keadaan yang abnormal dari penonjolan isi perut ke daerah
regio inguinalis, hernia inguinalis itu sendiri terbagi atas dua, yaitu hernia
inguinal direk (hernia yang keluar melalui segitiga Hasselbach) dan hernia
inguinal indirek (yang keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis).
Semua kasus hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen karena peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Berdasarkan terjadinya,
hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau
akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan
lain-lain. hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta hernia femoralis (Fadhilah & Dewi, 2017).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah
dari bagian muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas
cincin,kantong dan isi hernia. Faktor yang bisa meningkatkan risiko
munculnya hernia, yakni jenis kelamin lebih cenderung terjadi pada pria,
kelebihan berat badan biasanya memiliki tekanan yang lebih banyak pada
bagian perut, batuk kronis, faktor pekerjaan tertentu seperti, yang harus
berdiri dalam waktu jangka lama atau harus mengangkat beban yang
sangat berat, kelahiran prematur, riwayat penyakit hernia, serta faktor
keturunan yang sebelumnya keluarga memiliki riwayat hernia
(Fadjriansyah dkk, 2019).

3. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia , dan lebih banyak pada laki-laki. Penyebab
utama terjadinya hernia adalah :
a Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga
abdomen
b Adanya peningkatan tekanan intra abdomen , kelemahan otot yang
dibawa, sejak lahir (congenital) merupakan salah satu faktor utama
yang menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan
tekanan intra abdomen.
c Kongenital

Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :


1. Kegemukkan
2. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen
(Deden Dermawan & Tutik Rahauningsih, 2010).
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hernia Inguinalis Klasifikasi hernia inguinalis yaitu:
1. Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,
diduga mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia merupakan
sisa prosesus vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang
menonjol keluar, yang pada janin berperan dalam pembentukan kanalis
inguinalis. Oleh karena itu kantong hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan
keluar ke rongga perut melalui anulis inguinalis eksternus. lateral dari
arteria dan vena epigastrika inferior.5 Hernia ini lebih sering dijumpai
pada sisi kanan. Hernia inguinalis indirek dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu bersifat
kongenital.
b. Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan hernia
inguinalis direk.
c. Hernia indirek lebih sering pada pria daripada wanita.
d. Hernia indirek lebih sering pada sisi kanan. Syifa’MEDIKA, Vol.6
(No.1), September 2015 7
e. Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
f. Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui anulus
inguinalis profundus dan lateral terhadap arteria dan vena
epigastrika inferior.
g. Kantong hernia dapat meluas melalui anulus inguinalis
superficialis, terletak di atas dan medial terhadap tuberkulum
pubikum.
h. Kantong hernia dapat meluas ke arah bawah ke dalam kantong
skrotum atau labium majus.
2. Hernia inguinalis direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis.
Hernia ini melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis
direk jarang pada perempuan, dan sebagian bersifat bilateral. Hernia
ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan
otot dinding abdomen.

5. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti pada saat mengangkat sesuatu yang berat,
pada saat buang air besar atau batuk kuat ataupun perpindahan usus
kedaerah otot abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal
tentunya akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan oleh
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup pada daerah tersebut
dimana kondisi itu ada sejak proses perkembangan yang cukup lama.
Pertama terjadi keruskan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadilah hernia. Insiden hernia terjadi karena pertambahan
umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra
abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut,
karena bertambahnya usia maka akan terjadi pelemahan rongga otot.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalamin proses degenerasi. Pada usia lanjut kanalis itu telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locus minorsresistence, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat seperti
batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengankat beban yang berat,
dan mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorong sesuatu jaringan tubuh
dan keluar karena efek tersebut.

6. P ATHWAY

Faktor kongenital(Kegagalan penutupan Faktor di dapat (Batuk kronis,


prosesus vaginalis pada saat kehamilan) ` mengejan saat defekasi, pekerjaan
mengangkat berat
Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis

Menonjol keluar dari alanis inguinalis ekstermus

Tonjolan sampai ke skrotum

HERNIA

Pre Operasi Post Operasi

Kurang terpapar Penurunan Adanya luka


insisi
informasi fungsi usus
Dikontinuitas
jaringan
Ketidaktahuan terhadap Pencernaan terganggu
penyakit yang di derita Nyeri Akut
Nyeri Akut
Penurunan peristaltic
Defisit Pengetahuan Keadaan tubuh
Defisit Pengetahuan
melemah
tentang Hernia Konstipasi
Keterbatasan
gerak

Gangguan Mobilitas Fisik


7. Tanda dan Gejala
Menurut Lailul Muna, 2018 tanda dan gejala hernia antara lain :
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan sering tampak
benjolan dilipatan paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepiit
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi
4. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar
5. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering
tampak benjolan dilipatan bahu.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan menurut Nurarif,


A.H dan Kusuma, Hardi. 2015 adalah sebagai berikut :

a. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk
mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin

terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan


nyeri kronis pada groin.

b. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
c. CT-Scan dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.

9. PENATALAKSANAAN
Menurut Sjamsulhidayat R, 2011 penatalaksaan medis hernia antara lain :
1. Terapi konservatif
a Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia
ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi),
selanjutnya gunakan alat penyongkong.
b Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, berikan
kompres hangat dan setelah 5 ment di evaluasi kembali.
c Pengobatan dengan pemberian obat nyeri, misalnya
asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi , dan obat
pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
d Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi.
Makan denga gizi seimbang dan tinggi protein.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniotomy dan hernioraphy.
a Herniotomy
Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hermia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b Hernioraphy
Pada hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernioplasti mencegah terjadinya
residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti
metode bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks
untuk menutup defek.
10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak
usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus berakibat mual dan
muntah. Jika hernia membesar mengakibatkan nyeri dan tegang.
Hernia tidak dapat direposisi. Keadaan ini disebut hernia
incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini
disebut hernia strangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah dan obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-
laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis
metabolik, abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.

DAFTAR PUSTAKA

Fanny, F., & Listianti, D. A. (2017). Hernioraphy Cyto Pada Pasien Hernia

Inguinalis Dekstra Inkarserata. Jurnal Majority, Vol.6 No.3.

Muna, L. (2018). Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis.

Qiemas, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Hernioraphy


Atas Indikasi Hernia Inguinalis Lateralis Dengan Nyeri Akut Di Ruang

Wijaya Kusuma I RSUD Ciamis. 97.

Sinurat, K. (2017). Gambaran Karakteristik Hernia Inguinalis di RSUD Pirngadi

Medan Selama Periode 01 Januari 2013- 31 Desember 2015. 19.

Wahid, F., Isnaniah, Sampe, J., & Langitan, A. (2019). Hernia Inguinalis Lateralis

Dextra Dengan Hemiparese Sinistra. Jurnal Medical Profession, Vol.1

No.1.

Zahro, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pad Klien Post Op Hernia Inguinal

Lateralis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Flamboyan.

25.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

1. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Langkah-langkah
pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Identitas Klien meliputi pengkajian nama, tanggal lahit, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku/bangsa,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal/rencana operas, no
medrec, diagnose medis, dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a Keluhan utama
Keluhan utama ysng biasanya dirasakan pada pasien post operasi
hernioraohy adalah nyeri akut, mual muntah (Nurarif & Kusuma,
2015). Keluhan Utama pada saat dikaji, didapatkan dari hasil
pengkajian saat itu juga dan mengunakan metode P (Provokativ
atau paliatif), Q (Quality), R (Region), S (Scale), T (Timing)
b Riwayat Kesehatan Masuk Rumah Sakit
Menurut Mutaqin & Sari (2013) pada pasien hernia inguinalis
lateral keluhan utama yang menyebabkan pasien diawa ke rumah
sakit yang didapatkan adalah benjolan pada lipat paha atau nyeri
hebat pada abdomen.
c Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita hernia, keluhan pada masa
kecil, hernia dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat
hernia seperti diabetes militus.
d Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialamioleh anggota
keluarga lainnya sebagai factor predisposisi
3. Aktivitas Sehari – hari
a Pola nutrisi Pada aspek ini dikaji mengenai makan dan
minuman klien saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan
mengkaji frekuensi makan dan minum, jenis makanan dan
minuman, porsi makanan, jumlah minuman dan keluhan yang
dialami.
b Pola Eliminasi Pada aspek ini dikaji mengenai BAB dan BAK
klien saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji
frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi, kesulitan-
kesulitan eliminasi dan keluhan.
c Istirahat tidur Pada aspek ini dikaji mengenai kebutuhan istirahat
dan tidur saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji
kuantitas tidur
d Pola Personal HyginePada pasien post operasi hernioraphy
biasanya pasien tidak dapat melakukan personal hygine
e Aktivitas Pada aspek ini dikaji mengenai kegiatan aktivitas yang
dilakukan dilingkungan dilingkungan keluarga dan dirumah
sakit, dilakukan secara mandiri atau tergantung.

DATA OBJEKTIF
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda seperti :
a) Kesadaran penderita : keadaan yang dialami klien apakah
Apatis, Sopor, koma, gelisah composmentis tergantung pada
keadaan klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus ruptur tendon yang paling banyak
dialami adalah akut.
c) Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti : Tekanan Darah, Nadi,
Suhu, Respirasi.
2. Pemeriksaan persistem
a Sistem pernafasan Klien post operasi hernia inguinalis akan
mengalami penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan
dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi klien
b Sistem Kardiovaskuler Umumnya klien mengalami takikardi
(sebagai respon terhadap stre dan hipovolemia), mengalami
hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan
dan tirah baring).
c Sistem Pencernaan Sebelum operasi terdapat benjolan dilipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau
mengedan, dan menghilang setelah berbaring, sesudah di operasi
saat di inspeksi akan tampak adanya luka operasi di abdomen
bekas sayatan operasi dan juga nyeri pada luka operasi.
d Sitem Perkemihan Awal post operasi klien klien akan mengalami
penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya
intake oral selama periode awal post operasi.
e Sistem Muskuloskeletal Secara umum, klien dapat mengalami
kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan.
Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan
toleransi aktivitas.
f Sistem Integumen Akan tampak adanya luka operasi di abdomen
karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan
awal).
5. Data Psikologis
Data Psikologis meliputi status emosi, kecemasan, pola koping, gaya
komunikasi dan konsep diri.
2. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
4. Defisit pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

Nyeri b.d Setelah dilakukan Observasi


diskontinuitas tindakan keperawatan 2x
- Identifikasi lokasi,
jaringan 24 jam diharapkan karakteristik, durasi, frekuensi,
tingkat nyeri berkurang kualitas dan intensitas dan
skala nyeri.
dengan kriteria hasil :
- Identifikasi factor yang
- Keluhan nyeri menurun memperberat nyeri
- Meringis menurun
Terapeutik
- Gelisah menurun
- TTV membaik - Ajarkan Teknik non-
farmakologis ( Teknik
relaksasi distraksi)
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik (Santegesic)

Gangguan Setelah dilakukan Observasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan 2x
- Identifikasi adanya nyeri
b.d keterbatasan 24 jam diharapkan - Identifikasi toleransi fisik
gerak mobilitas fisik meningkat melakukan pergerakan
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Pergerakan ekstremitas
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
meningkat
dengan alat bantu
- Rentang gerak (ROM) - Libatkan keluarga pasien untuk
meningkat membantu meningkatkan
pergerakan
- Kelemahan fisik
menurun Edukasi

- Anjurkan pasien untuk melakukan


mobilisasi sederhana

Anda mungkin juga menyukai