DISUSUN OLEH:
BENNY ABRIANSYAH
201820461011109
1. Defenisi
Corpus Alienum adalah benda, baik tajam ataupun tumpul atau makanan
yang tersangkut atau terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja (Tanto, 2014).
2. Etiologi
a. Pada anak-anak penyebab masuknya benda asing dalam sauran napas atau
saluran cerna antara lain anomaly kongenital termasuk stenosis kongenital, fistel
trakeoesofagus dan pelebaran pembuliuh darah.
b. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah
kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.
]
3. Klasifikasi
a. Corpus alienum esophagus
Banyak terjadi pada anal-anak. Hal ini disebabkan anak-anbak mempunyai
kebasaan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing
yang tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollponi, dan lain-lain, pada
orang tua hal ini juga dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada lansia yang giginya
sudah habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang
tertekan biasanya daging yang keras, baksi, tulamng ayam/bebek, paku, jarum,
kawat gugu palsu dan lain-lain.
b. Corpus alienum di trakea-bronkus
Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena
terhirup. Banyak terjadi pada anaka kecil karena gigu geraham belum tumbuh
sehingga makanan tidak data dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena
menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhiru dan masuk ke jalan
napas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalanya kacang,
nasiu dan lain-lain. Pada orang dewasa hal ini dapat terjadi terutama pada saat
bekerja.
5. Patofisiologi
Corpus alienum (benda asing) baik itu benda mati, hidup ataupun
komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut karena faktor kesengajaan,
kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tertelandan masuk ke
esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda tersebut, maka akan dilakukan
ekstyraksi untuk menghindari komplikasi. Ekstaksi tersebut dapat menimbulkan lesi
pada esophagus yang akan terasa nyeri jika digunakan untuk menelan.
Benda asing yang berada lama di esophagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas
intriksik local dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi local, terutama bila
terjadi pada anak-anak. Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik
natrium atau kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic
solution). Absorbsi bahan metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh
karena itu benda asing batu baterai harus segera dikeluarkan.
6. Gejala Klinis
Gejala sumbatan akibat benda asing esophagus tergantung pada ukuran,
bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah berada
didaerah penyempitan esophagus yang normal atau patologis), komplikasi yang
timbul akibat benda asing tersebut dan lama benda asing tersebut tertelan. Gejala
permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri didaerah leher bila benda asing
tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esophagus bagian distal
timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri di punggung.
Gejala disfasia bervariasi tergantung, pada ukuran dan benda. Disfagia lebih
berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul
rasa sumbatan esophagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu nyeri
menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang
ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis.
Gangguan nafas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat
penekanan trakea oleh benda asing.
7. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema
yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran didaerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi
mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi
langsung ke rongga pleura dan pneumothorak jarang terjadi, tetapi dapat timbul
sebagai komplikasi tindakan endoskopi.
Pada anak-anak gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing),
demam, abses leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan
menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada didaerah servikal
esophagus dan dibagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi
saluran nafas dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior
(tracheo-esophageal party wall), radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi
rekuren akibat obstruksi esophagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia,
bronkiektasis dan abses paru.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan
benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila
radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasu
hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan pada benda
asing radiolusen yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan
MRI dan Tommografis Computer.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbanganasam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tuuan diagnostic dan terapi.
9. Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau
mediastinitis. Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel esofagus. Benda
asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi sebagai akibat sekunder dari
inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila
benda asing berada di seofagus dalam waktu yang lama. Gejala dan tanda perforasi
esophagus servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat, antara lain
emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi di daerah leher atau
dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan
pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium.
Bila terjadi perforasi ke pleura dapat menimbulkan pneumothoraks.
10. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat, perludiketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara
prinsip benda asing disaluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera
secara endoskopik dengan traumaminimum. Umumnya penderita dengan aspirasi
benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan
secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat
maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus
mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu
hanya beberapa menit. Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat
laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver),
dapat dilakukan pada anak maupun dewasa.
Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada
saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol
plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar
keluar. Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur
lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara
menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua
buah jari kiri dan kanan.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang
memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.
11. Pathway
Obstruksi di esofagus
Kecemasan
Ketidakefektifan
Toksisitas instrinsik
Bersihan Jalan Napas
dan sistemik
Nyeri Menelan, muntah
Ulserasi local,
Disfagia perforasi,
Gangguan Menelan
Moorhead, S., Jonson, M., Mass, M. L., & Swanson, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification. Mosby. Elsevier inc
Smeltzer, S. C, & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
Edisi 8. Jakarta: EGC