Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS LAPORAN


PROFESI NERS 19 DEPARTEMEN KMB RUANG 28
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SAIFUL ANWAR MALANG
“CORPUS ALIENUM SALURAN PENCERNAAN”

DISUSUN OLEH:
BENNY ABRIANSYAH
201820461011109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
A. Konsep Teori Corpus Alienum

1. Defenisi
Corpus Alienum adalah benda, baik tajam ataupun tumpul atau makanan
yang tersangkut atau terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja (Tanto, 2014).

2. Etiologi
a. Pada anak-anak penyebab masuknya benda asing dalam sauran napas atau
saluran cerna antara lain anomaly kongenital termasuk stenosis kongenital, fistel
trakeoesofagus dan pelebaran pembuliuh darah.
b. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah
kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam


saluran cerna, antara lain:
1) Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
2) Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain: keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.
3) Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologik.
4) Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5) Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi,
belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
6) Faktor kejiwaan, antara lain: emosi, gangguan psikis.
7) Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
8) Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil
bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molar nya belum
tumbuh.

]
3. Klasifikasi
a. Corpus alienum esophagus
Banyak terjadi pada anal-anak. Hal ini disebabkan anak-anbak mempunyai
kebasaan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing
yang tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollponi, dan lain-lain, pada
orang tua hal ini juga dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada lansia yang giginya
sudah habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang
tertekan biasanya daging yang keras, baksi, tulamng ayam/bebek, paku, jarum,
kawat gugu palsu dan lain-lain.
b. Corpus alienum di trakea-bronkus
Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena
terhirup. Banyak terjadi pada anaka kecil karena gigu geraham belum tumbuh
sehingga makanan tidak data dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena
menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhiru dan masuk ke jalan
napas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalanya kacang,
nasiu dan lain-lain. Pada orang dewasa hal ini dapat terjadi terutama pada saat
bekerja.

4. Anatomi dan Fisiologi Esophagus


Esophagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan
hipofaring dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus esophagus yang
terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi vetebra sevical VI. Di
dalam perjalanannya dari daerah servikal, esophagus masuk ke dalam rongga toraks.
Di dalam rongga toraks, esophagus berada di mediastinum superior antara trakea
dan kolumna vertebra terus ke mediastinum posterior di belakang atrium kiri dan
menembus diafragma setinggi vertebre torakal 10 dengan jarak kurang dari 3 cm di
depan vertebra. Akhirnya esophagus ini sampai di rongga abdomen dan bersatu
dengan lambung di daerah kardia.
Berdasarkan letaknya esophagus dibagi dalam bagian servikal, torakal dan
abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan pertama bersifat
sfingter terletak setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara esophagus dengan
faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi otot polos. Penyempitan
terakhir terletak pada hiatus esophagus diafragma yaitu tempat esophagus berakhir
pada kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni bersifat sfingter. Inervasi
esophagus berasal dari dua sumber utama yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan
saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal
dan nervus splangnikus.

Gambar 1: Anatomi Esophagus (www.detik health.com)

5. Patofisiologi
Corpus alienum (benda asing) baik itu benda mati, hidup ataupun
komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut karena faktor kesengajaan,
kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tertelandan masuk ke
esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda tersebut, maka akan dilakukan
ekstyraksi untuk menghindari komplikasi. Ekstaksi tersebut dapat menimbulkan lesi
pada esophagus yang akan terasa nyeri jika digunakan untuk menelan.
Benda asing yang berada lama di esophagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas
intriksik local dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi local, terutama bila
terjadi pada anak-anak. Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik
natrium atau kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic
solution). Absorbsi bahan metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh
karena itu benda asing batu baterai harus segera dikeluarkan.
6. Gejala Klinis
Gejala sumbatan akibat benda asing esophagus tergantung pada ukuran,
bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah berada
didaerah penyempitan esophagus yang normal atau patologis), komplikasi yang
timbul akibat benda asing tersebut dan lama benda asing tersebut tertelan. Gejala
permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri didaerah leher bila benda asing
tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esophagus bagian distal
timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri di punggung.
Gejala disfasia bervariasi tergantung, pada ukuran dan benda. Disfagia lebih
berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul
rasa sumbatan esophagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu nyeri
menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang
ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis.
Gangguan nafas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat
penekanan trakea oleh benda asing.

7. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema
yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran didaerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi
mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi
langsung ke rongga pleura dan pneumothorak jarang terjadi, tetapi dapat timbul
sebagai komplikasi tindakan endoskopi.
Pada anak-anak gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing),
demam, abses leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan
menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada didaerah servikal
esophagus dan dibagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi
saluran nafas dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior
(tracheo-esophageal party wall), radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi
rekuren akibat obstruksi esophagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia,
bronkiektasis dan abses paru.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan
benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila
radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasu
hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan pada benda
asing radiolusen yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan
MRI dan Tommografis Computer.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbanganasam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tuuan diagnostic dan terapi.

9. Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau
mediastinitis. Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel esofagus. Benda
asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi sebagai akibat sekunder dari
inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila
benda asing berada di seofagus dalam waktu yang lama. Gejala dan tanda perforasi
esophagus servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat, antara lain
emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi di daerah leher atau
dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan
pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium.
Bila terjadi perforasi ke pleura dapat menimbulkan pneumothoraks.

10. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat, perludiketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara
prinsip benda asing disaluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera
secara endoskopik dengan traumaminimum. Umumnya penderita dengan aspirasi
benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan
secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat
maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus
mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu
hanya beberapa menit. Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat
laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver),
dapat dilakukan pada anak maupun dewasa.
Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada
saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol
plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar
keluar. Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur
lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara
menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua
buah jari kiri dan kanan.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang
memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.

11. Pathway

Benda asing (tajam, tumpul, makanan)

Faktor penyebab: fisik, psikis, kesengajaan /kecerobohan

Masuk rongga mulut dan esofagus

Obstruksi di esofagus
Kecemasan

Batuk, tercekik, Timbul jaringan


Benda asing seperti
sesak napas, granulasi yang
alkaline
menutupi benda asing

Ketidakefektifan
Toksisitas instrinsik
Bersihan Jalan Napas
dan sistemik
Nyeri Menelan, muntah

Ulserasi local,
Disfagia perforasi,
Gangguan Menelan

Ketidakseimbangan Nutrisi Risiko Infeksi


Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit sekarang
Kejadian corpus alienum pada saluran napas atau saluran cerna
dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kelainan fisik atau kongenital
pada saluran esophagus, maslaah psikis atau karena faktor
kecerobohan/kesengajaan. Pada anak-anak biasanya terjadi karena
kecerobohan atau ketidaksengajaan ketika bermain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada anak-anak perlu dikaji apakah ada riwayat tertelan benda asing
secara tidak sengaja sejak kecil, riwayat gangguan menelan sejak bayi. Pada
orang dewasa atau lansia perlu dikaji adanya gangguan menelan, atau riwayat
tertelan benda asing sebelumnya.
Pada pasien dengan corpus alienum pada saluran cerna bisanya
ditemukan beberapa gejala seperti berikut ini:
1) Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan.
2) Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).
3) Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).
4) Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.
5) Hematemesis
6) Senasi benda asing
7) Sumbatan pada tenggorokan
8) Rasa panas dalam perut.
9) Penurunan berat badan
10) Suara serak
11) Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pada pemeriksaan esopahgus dengan endoskopi ditemukan adanya
benda asing, lesi atau mungkin hematoma.
2) Pada leher mungkin bisa terjadi abses.
3) Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti
ronchi/mengi.
4) Adanya gangguan pertumbuhan pada anak – anak.
5) Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.
6) Suhu tubuh demam dan BB turun.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi pada
saluran pernapasan
b. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi benda asing
c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi benda asing pada
saluran esophagus.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang
e. Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi pada area sumbatan
f. Kecemasan berhubungan dengan prosedur tindakan bedah.
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1 Ketidakefektfan Setelah dilakukan Airway Manajemen
bersihan jalan tindakan keperawatan (3140) 1. Semifowler
napas selama 1x30 menit memaksimalkan
berhubungan diharapkan jalan 1. Posisikan klien ventilasi paru.
dengan napas pasien efektif untuk 2. Membebaskan
obstruksi jalan dengan kriteria: memaksimalkan jalan napas dari
napas. ventilasi obstruksi secret.
Airway patency 2. Keluarkan secret 3. Ronkhi atau
dengan batuk wheezeing bisa
 RR 16-20 kali/mnt atau suction didengar saat
 Tidak ada sesak 3. Auskultasi suara
napas uasukutasi akibat
napas, catat adanya
adanya suara penumpukan
Ventilation napas tambahan carian dan
Gerakan dada simetris penyempitan
saluran napas.
Terapi Oksigen 1. Membesakan
(3320) jalan napas dari
sumbatsn
1. Bersihkan secret 2. Mempertshsnksn
di mulut, hidung ventilasi oksigen
dan 3. Pemahaman yang
trakea/tenggorok baik akan
an meningkatkan
2. Pertahankan lancarnya
patensi jalan implementasi
napas keperawatan.
3. Jelaskan pada 4. Menghindari
klien atau adanya
keluarga tentang komplikasi dan
pentingnya gangguanm
pemberian mekanis
oksigen 5. Sianosis
4. Berikan oksigen merupakaan
sesuai kebutuhan tanda adanya
5. Monitor aliran perfusi oksigen
okasigen yang buruk.
6. Monitor selang
oksigen
7. Cek secara
periodic selang
oksigen, air
humidifier, aliran
oksigen
8. Observasi tanda
kekurangan
oksigen: gelisah,
sianosis dan lain-
lain
9. Anjurkan klien
dan keluarga
untuk mengamati
persediaan
oksigen,
airhumedifaer,
jika habis
laporkan petugas.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan NIC Label: Pain 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindakan Management tingkat rasa nyeri
dengan keperawatan selama 1. Kaji karakteristik sehingga dapat
kompresi 1x24 jam, pasien nyeri meliputi menentukan jenis
jaringan dapat mengontrol lokasi, waktu, tindakannya.
sekunder akibat nyeri dengan kriteria: frekuensi, 2. Dengan
osbtruksi NIC: Pain Control kualitas, faktor mengetahui
1. Menggunakan pencetus, dan faktor-faktor yang
analgetik sesuai intensitas nyeri dapat
kebutuhan 2. Kaji faktor-faktor memperburuk
2. Melaporkan yang dapat nyeri, dapat
perubahan gejala memperburuk mencegah
nyeri ke tenaga nyeri pasien terjadinya faktor
kesehatan 3. Monitor status pencetus dan
3. Melaporkan TTV sebelum dan menentukan
nyeri terkontrol sesudah intervensi apabila
NIC: Pain Level pemberian nyeri terjadi.
1. Melaporkan nyeri analgetik 3. Mencegah
berkurang 4. Memastikan kontraindikasi dan
2. Tidak meringis pasien mendapat efek samping
dan menangis terapi analgesik pemberian
3. Tidak kehilangan yang tepat analgetik
nafsu makan 5. Eliminasi faktor- 4. Analgesik yang
4. TTV dalam batas faktor pencetus dapat membantu
normal: Suhu: nyeri mengurangi rasa
36-37±0,5˚C, 6. Ajarkan teknik nyeri dan tidak
Nadi: 60- nonfarmakologi mengakibatkan
100x/menit, RR: (misalnya teknik adanya reaksi
16-20 x/menit, relaksasi, guided alergi terhadap
TD: 120/80 imagery, terapi obat.
mmHg. musik, dan 5. Dengan
distraksi) yang mengeleminasi
dapat digunakan faktor-faktor
saat nyeri timbul. pencetus nyeri,
7. Berikan dapat mengurangi
dukungan selama risiko munculnya
pengobatan nyeri nyeri (mengurangi
berlangsung awitan terjadinya
8. Kolaborasi nyeri)
pemberian 6. Dengan teknik
analgetik manajemen nyeri,
. pasien bisa
mengalihkan nyeri
sehingga rasa
nyeri yang
dirasakan
berkurang.
7. Dukungan yang
diberikan dapat
membantu
meningkatkan rasa
percaya terhadap
perawat.
8. Pemberian
analgetik dapat
memblok reseptor
nyeri

3 Gangguan Setelah dilakukan NIC: Aspiration


Menelan tindakan Precaution 1. Menentukan
berhubungan keperawatan selama 1. Monitor beratnya
dengan 1x24 jam diharapkan kesadaran, reflex obstuksi
obstruksi benda pasien dapat batuk, reflex 2. Menilai adanya
asing pada menelan makanan muntah dan komplikasi pada
saluran cerna secara bertahap kemampuan sistem
dengan kriteria: menelan pernapasan
Aspiration 2. Pantau status akibat obstruksi
Prevention pernapsan 3. Mencegah
1. Posisi kepala 3. Posisikan kepala regurgitasi isi
dan leher 90° lambung dan
lebih tinggi 4. Siapakn alat memaksimalkan
dari badan suction k/p ventilasi
saat makan 5. Beriakn makaan 4. Memenuhu
dan minum. halus sedikit demi kebutuhan diet
2. Pemilihan sedikit pasien
makanan yang 6. Pertahankan 5. Mencegah
mudah ditelan posisi kepala lebih regurgutasi
3. Makanan cair tinggi 30-45 1. Menentukan
dapat ditelah menit setelah intervemsi
dengan baik. makan atau selajutnya
minum. 2. Diet sesuai
Swallowing Status: Feeding kebutuhan
Esophageal Phase 1. Kaji kemmapuan pasien
1. dapat menelan menelan 3. Rongga mulit
makanan dan 2. Identifikasi diet merupakn pintu
minuman cair yang diberikan masuk makanan
yang diberikan 3. Anjurkan oral ke dalam tubuh.
2. tidak ada batu hygiene sebelum 4. Meminimalisasi
atau cegukan makan dan nyeri akibat
selama minum sumbatan
makan/minum 4. Beri makanan dan esopahus
3. tidak ada diikuti minum
regusgutasi
cairan
4. tidak ada nyeri
lambung
5. tida ada
hematemesis
3 Perubahan Setelah dilakukan NIC: Nutrition 1. Pengkajian
nutrisi kurang tindakan Therapy penting untuk
dari kebutuhan keperawatan selama 1. Kaji status nutrisi mengetahui
tubuh 3x24 jam, pasein 2. Monitor masukan status nutrisi dan
berhubungan dapat makanan atau menentukan
dengan asupan mempertahankan cairan dan hitung intervensi yang
yang kurang. status nutrisi adekuat kebutuhan kalori tepat.
dengan kriteria: harian. 2. Dengan
NOC: Nutritional 3. Tentukan jenis mengetahui
Status makanan yang masukan
1. Masukan nutrisi cocok dengan tetap makanan atau
adekuat mempertimbangka cairan dapat
2. Masukan makanan n aspek agama dan mengetahui
dalam batas normal budaya pasien. apakah
NOC: Nutritional 4. Anjurkan untuk kebutuhan kalori
Status: Nutrient Intake menggunakan harian sudah
1. Masukan kalori suplemen nutrisi terpenuhi atau
dalam batas sesuai indikasi. belum.
normal 5. Jaga kebersihan 3. Memenuhi
2. Nutrisi dalam mulut, ajarkan oral kebutuhan nutrisi
makanan cukup higiene pada pasien dengan
mengandung pasien. tetap
protein, lemak, 6. Kolaborasi dengan memperhatikan
karbohidrat, serat, ahli gizi untuk aspek agama dan
vitamin, mineral, menentukan budaya pasien
ion, kalsium, jumlah kalori dan sehingga pasien
sodium jenis nutrisi yang bersedia
dibutuhkan untuk mengikuti diet
memenuhi yang ditentukan.
kebutuhan nutrisi. 4. Dapat membantu
NIC: Weight Gain meningkatkan
Assistance status nutrisi
7. Timbang berat selain dari diet
badan pasien secara yang ditentukan.
teratur. 5. Menjaga
8. Diskusikan dengan kebersihan mulut
keluarga pasien hal- dapat
hal yang meningkatkan
menyebabkan nafsu makan.
penurunan berat 6. Untuk
badan. menentukan
9. Pantau konsumsi jumlah kalori dan
kalori harian. jenis nutrisi yang
10. Pantau hasil sesuai dengan
laboratorium, kebutuhan
seperti kadar serum pasien.
albumin, dan 7. Dengan
elektrolit. memantau berat
11. Tentukan makanan badan pasien
kesukaan, rasa, dan dengan teratur
temperatur dapat mengetahui
makanan. kenaikan ataupun
12. Anjurkan penurunan status
penggunaan gizi.
suplemen 8. Membantu
penambah nafsu memilih alternatif
makan. pemenuhan
nutrisi yang
sesuai dengan
kebutuhan dan
penyebab
penurunan berat
badan.
9. Membantu
mengetahui
masukan kalori
harian pasien
disesuaikan
dengan
kebutuhan kalori
sesuai usia.
10. Kadar albumin
dan elektrolit
yang normal
menunjukkan
status nutrisi
baik. Sajikan
makanan dengan
menarik.
11. Meningkatkan
nafsu makan
dengan intake
dan kualitas yang
maksimal.
12. Dapat membantu
meningkatkan
nafsu makan
pasien sehingga
dapat
meningkatkan
masukan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Docthwrman, J. M. & Bulecheck, G. N. (2004). Nursing Interventions Classification. St


Louis, Mossouri, Elsevier inc.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi.


Edisi 10. Jakarta: EGC

Moorhead, S., Jonson, M., Mass, M. L., & Swanson, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification. Mosby. Elsevier inc

Smeltzer, S. C, & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
Edisi 8. Jakarta: EGC

Tanto, C. et al. (2014). Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai