Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR BULI - BULI

NUR INDAH SARI

144 2016 209

Preseptor Institusi Preseptor lahan

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS

TUMORBULI-BULI (SISTEM PERKEMIHAN)

DI PERAWATAN BEDAH KAMAR II C

RSUD KOTA MAKASSAR

NUR INDAH SARI

144 2016 209

Preseptor Institusi Preseptor lahan

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
A. Defenisi
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli
(kandung kemih). Karsinoma buli-buli merupakan tumor superficial.
Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina
phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung
ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah secara terus menerus (ilmu
keperawatan, 2007).
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli
atau kandung kemih (ilmu bedah, 2008).
Tumor bulu-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk
papiler, tumor non invasif (insitur), noduler (infiltratif) atau campuran
antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa tumor buli-buli adalah tumor yang
didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross
hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.
B. Etiologi
1.Pekerjaan : pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin
aromatik)
2. Perokok : rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
3.Infeksi saluran kemih : Escherichia Coli dan proteus yang
menghasilkan karsinogen.
4. Kopi : pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka
panjang dapat meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.

C. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung
pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal
serta ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan
disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa
batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan
merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5
1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih
akan terjadi retensi urin.
5. Teori terbentuknya batu
a. Teori Intimatriks.
Terbentuknya BSK yang memerlukan adanya substansi organik
sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi.
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine
seperti; sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan
mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi
dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap
garam-garam fosfat..
d. Teori Berkurangnya faktor penghambat.
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat,
pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida
akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
D. Patofisiologi
Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke
lamina propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal
dan organ lain lainnya. Penyebaran secara hematogen atau
limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada kelenjar limfe
regional, paru, tulang dan hati.
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk
menentukan program pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut
:
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate,
uterus, vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.
E. Manifestasi Klinis
1. Kencing campur darah yang intermitten
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya
sukar kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekenan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
F. Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invai ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Ditemukan kelainan hematuria. Anemia dapat dijumpai
sebagai tanda adanya perdarahan kronis atau pendesakan sel
metastasis kesumsum tulang. Uremia dapat dijumpai bila tumor
menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya
sendiri atau limfadenopati.
a. Sitologi urine, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang
terlepas bersama urine.
b. Cell Survey antigen study, yaitu pemeriksaan lab. Untuk
mencari sel antigen terhadap kanker, bahan yang
digunakan adalah darah vena.
c. Flow Cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan
kromosom sel-sel urtelium.
2. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen. Pielografi intravena dan foto
toraks. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktur
urinarius yaitu berupa adanya gangguan fungsi ekresi
ginjal,hidronefrosis,hidroureter dan filling defect pada buli-buli dan
melihat adanya regional adalah jauh.
3. Sitoskopi dan Biopsi
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan
sistoskopi adalah mutlak dilakukan,bila perlu dapat dilaukan CT-
Scan.Pada pemeriksaan sistoskopi dapat dilihat adanya tumor dan
sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reaksi tumor yang juga
merupakan tindakan pengobatan pada tumor tumor superfisial.

H. Penatalaksanaan/Pengobatan
1. Penanganan tumor Kandung Kemih bergantung pada derajat
tumornya(didasarkan pada derajat diferensiasi sel), stadium
pertumbuhan tumor (derajat invasi local sertaada tidaknya
metastase) dan multi sentrisitas tumor (apaka tumor tersebut
memiliki banyak pusat).
2. Usia pasien dan status fisik, mental serta emosional harus
dipertimbangkan dalam menentu bentuk terapinya.
a. Reseksi transuretra atau fulgurasi(kauterisasi) dapat dilakukan
pada papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna).
Melenyapkan tumor lewat insisi bedah dengan menggunakan
instrument yang dimasukkan melalui uretra.
b. Kemoterapi topical. Pemberian medikasi dengan konsentrasi
yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan
Bacillus Calmette Guerin (BCG) untuk meningkatkan
penghancuran jaringan tumor.
c. Radiasi. Dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi
mikroektensi Neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor
d. Sistektomi. Dilakukan pada kanker kandung kemih yang
invasive atau multifocal.
Sistektomi pada laki-laki : pengangkatan kandung kemih,
prostat serta vesikulus serminalis dan jaringan vesikel disekitarnya.
Sistektomi pada wanita :pengangkatan kandumg
kemih,ureter bagin bawa,uterus,tuba fallopi,ovarium,vagina anterior
dan uretra.
Pada Tindakan Sistektomi dilakukan Diversi Urine:
Untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih
ketempat keluarnya yang baru,biasanya air kemih dialirkan kesuatu
lubang didinding perut (stoma).Selanjutnya air kemih ikumpulkan
dalam suatu kantong.
Cara untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang
kandung kemihnya telah diangkat, digolongkan kedalam 2 kategori:
1. Orthotopic Neobladder
Penampung ini dihubungkan dengan uretra.Penderita diajarkan
untuk mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan
otot dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut,
sehingga air kemih mengalir melalui uretra.
2. Continent Cutaneous Diversion.
Penampung ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding
perut. Diperlukan kantong luar,karena air kemih tetap berada dalam
penampung sebelum dikosongkan oleh penderita dengan cara
memasang selang melalui lubang di dinding perut kedalam
penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara teratur.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala: Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan
kondisi sebelumnya
Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah/ nadi (nyeri, ansietas)
Eliminasi
Gejala: riwayat adanya tumor kandung kemih
Tanda : hematuria, disuria, Perubahan pola berkemih.
Makanan/Cairan
Gejala : penurunan berat badan
Nyeri/Keamanan
Gejala : nyeri saat berkemih
Penyuluhan
Gejala : riwayat keluarga tumor
B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Gangguan eliminasi urine b/d dengan hematuria
2. Nyeri b/d adanya iritasi pada vesica urinaria
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d adanya kanker pada vesica
urinari
4. Gangguan pola tidur b/d nyeri pada vesica urinari
5. Cemas b/d diagnosis tumor
6. Risiko infeksi b/d pembedahan
7. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai
penyakit dan pengobatannya.
C. Tujuan Dan Rencana Tindakan (NOC/NIC)
No. DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Dx KEPERAWATAN DAN
KOLABORASI
1 Gangguan eliminasi NOC: NIC:
urine berhubungan Urinary Urinary Retention Care
hematuria Eleimination 1. Monitor intake dan output
Urinary 2. Monitor penggunaan obat
Contiunence antikolinergik
3. Monitor derajat distensi
Kriteria Hasil : bladder
1. Kandung kemih
4. Instruksikan kepada pasien
kosong secara dan keluarga untuk mencatat
penuh output urine
2. Tidak ada 5. Sediakan privasi untuk
residu urine eliminasi
>100-200 cc 6. Stimulasi reflek bladder
3. Intake cairan dengan kompres dingin pada
dalam rentang abdomen
normal 7. Kateterisasi jika perlu
4. Bebas dari ISK8. Monitor tanda dan gejala
5. Tidak ada ISK (panas,hematuria,
spasme bladder perubahan bau dan
6. Balance cairan konsistensi urien)
seimbang
2 Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan adanya iritasi Pain Level Pain Management
pada vesica urinaria Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
Comfort Level secara komprehensip
termasuk lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil: durasi, frekuensi, kualitas, dan
1. Mampu faktor presipitasi
mengontrol nyeri2. Observasi reaksi nonverbal
(tahu penyebab dari ketidaknyaman
nyeri, mampu 3. Gunakan teknik komunikasi
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
teknik pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi 4. Kaji kultur yang
untuk mempengaruhi respon nyeri
mengurangi 5. Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri, mencari masa lampau
bantuan) 6. Evaluasi bersama pasien
2. Melaporkan dan tim kesehatan lain tentang
bahwa nyeri ketidakefektivan kontrol nyeri
berkurang masa lampau
dengan 7. Bantu pasien dan keluarga
menggunakan untuk mencari dan
manajemen nyeri menemukan dukungan
3. Mampu 8. Kontrol lingkungan yang
mengenali nyeri dapat mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
frekuensi dan pencahayaan dan kebisingan
tanda nyeri) 9. Kurangi faktor presipitasi
Menyatakan rasa nyeri
nyaman setelah 10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri berkurang nyeri (farmakoligi, non
farmakologi dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang managemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dsari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
8. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
3 Nutrisi kurang dari NIC: NOC:
kebutuhan Nutritional status : Nutrion Management
berhubungan dengan food and fluid 1. Kaji adanya alergi makanan
adanya kanker pada intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
vesica urinaria Nutrional status : untuk menentukan jumlah
nutrien intake kalori dan nutrisi yang
Weight control dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk
Kriteri Hasil : meningkatkan intake Fe
9. Adanya 4. Anjurkan pasien untuk
peningkatan BB meningkatkan protein dan
sesuai dengan vitamin C
tujuan 5. Berikan substasi gula
10. BB ideal sesuai6. Yakinkan diet yang dimakan
dengan tinggi mengandung tinggi serat untuk
badan mencegah konstipasi
11. Mampu 7. Berikan makanan yang
mengidentifikasi terpilih (sudah dikonsultasikan
kebutuhan nutrisi dengan ahli gizi)
12. Tidak ada 8. Ajarkan pasien bagaimana
tanda-tanda membuat catatan makanan
malnutrisi harian
13. Menunjukan
peningkatan Nutrition monitoring
fungsi 1. BB pasien dalam batas
pengecapan dari normal
menelan 2. Monitor adanya penurunan
14. Tidak terjadi BB
penurunan BB 3. Monitor tipe dan jumlah
yang berarti aktivitas yang biasa dilakukan,
monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
4. Monitor lingkungan selama
makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
5 Cemas berhubungan NOC: NIC:
dengan diagnosis tumor Anxiety Control Anxiety Reduction (Penurunan
Coping Kecemasan)
Impulse Control 1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi pasien
dan 3. Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan apa yang dirasakan
gejala cemas selama prosedur
2. 4. Pahami prespektif pasien
Mengidentifikasik terhadap situasi stres
an, 5. Temani pasien untuk
mengungkapkan, memberikan keamanan dan
dan menunjukkan mengurangi takut
teknik untuk 6. Berikan informasi faktual
mengontrol mengenai diagnosis, tindakan
cemas prognosis
3. TTV dalam 7. Dorong keluarga untuk
batas normal menemani anak
4. Postur tubuh, 8. Lakukan back/neck rub
ekspresi wajah, 9. Dengarkan dengan penuh
bahasa tubuh, perhatian
dan tingkat 10. Identifiksi tingkat kecemasan
aktivitas 11. Bantu pasien mengenal
menunjukan situasi yang menimbulkan
kekurangan kecemasan
kecemasan 12. Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Intruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
14. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
6 Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan Immune Status Infection Control (Kontrol
pembedahan Knowledge : Infeksi)
Infection Control 1. Bersihkan lingkungan
Risk Control setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Klien bebas 4. Instruksikan pada pengujung
dari tanda dan untuk mencuci tangan saat
gejala infeksi berkunjung dan setelah
2. berkunjung meninggalkan
Mendeskripsikan pasien
proses penularan5. Gunakan sabun antimikroba
penyakit, faktor untuk cuci tangan
yang 6. Cuci tangan setiap sebelum
mempengaruhi dan sesudah tindakan
penularan serta keperawatan
penatalaksanaan7. Gunakan baju, sarung
nya tangan sebagai alat pelindung
3. Meunjukan 8. Pertahankan lingkungan
kemampuan aseptik selama pemasanan
untuk mencegah alat
timbulnya infeksi9. Ganti letak IV perifer san line
4. Jumlah leokosit cental dan dressing sesuai
dalam batas dengan petunjuk umum
normal 10. Gunakan katete intermiten
5. Menunjukan untuk menurunkan infeksi
perilaku hidup kandung kencing
sehat 11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila
perlu

Infection Protection
(Proteksi Terhadap Infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemikdan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
6. Pertahankan teknik aspirasi
pada pasien yang berisiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran
mukossa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
11. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
7 Kurangnya NOC: NIC:
pengetahuan Knowledge : Teaching : disease process
berhubungan dengan Disease Process1. Berikan penilaian tentang
kurangnya informasi Knowledge : tingkat pengetahuan pasien
menegenai penyakit Health Behavior tentang proses penyakit yang
dan pengobatanya spesifik
Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari
1. Pasien dan penyakit dan bagaimana hal ini
keluarga berhubungan dengan anatomi
menyatakan dan fisiologi, dengan cara yang
pemahaman tepat
tentang penyakit,3. Gambarkan tanda dan
kondisi, gejala yang biasa muncul pada
prognosis, dan penyakit dengan cara yang
program tepat
pengobatan 4. Gambarkan proses
2. Pasien dan penyakit, dengan cara yang
keluarga mampu tepat
melaksanakan 5. Identifikasi kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengan cara yang
dijelaskan secara tepat
benar 6. Sediakan informasi pada
3. Pasien dan pasien tentang kondisi, dengan
keluarga mampu cara yang tepat
menjelaskan 7. Hindari harapan yang
perawat/tim kosong
kesehatan lainya8. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mingkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang atau
proses pengontrolan penyakit
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume


2, EGC.Jakarta.
Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan (terjemahan).PT EGC, Jakarta.
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York
Chicago.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT
EGC. Jakarta.
San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San
Juan Seoul, Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
empat, buku kedua. EGC. Jakarta.
www.laporan-pendahuluan-askep.com/

Anda mungkin juga menyukai