Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR BULI-BULI
RUANG PERAWATAN LONTARA 2 BAWAH DEPAN
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Rika Arif


Nim : R014182040

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [ ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I KONSEP MEDIS..............................................................................................................3
A. Definisi.................................................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinik................................................................................................................4
D. Klasifikasi.............................................................................................................................4
D. Komplikasi............................................................................................................................5
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................................5
F. Penatalaksanaan....................................................................................................................5
BAB II KONSEP KEPERAWATAN...........................................................................................7
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................................................7
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................8
C. Rencana/Intervensi Keperawatan.........................................................................................8
BAB III WEB OF CAUTION (WOC)........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

2
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Tumor buli-buli adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada kandung
kemih.Tumor jinak dan ganas ini dapat berkembang pada permukaan dinding kandung kemih
atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang otot di bawahnya (Smeltzer &
Bare, 2013). Tumor ini merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan keganasan
kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah tumor prostat. Sebagian besar (90%) tumor
bui-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di
saluran kemih yang epitelnya terdiri atas transisional yaitu pielum, ureter, atau uretra
posterior; sedangkan jenis lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (10%) dan
adenokarsinoma (2%). Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ),
noduler (infiltratif) atau campuran antara papiler dan infiltratif (Purnomo, 2016).

B. Etiologi
Menurut Purnomo (2016), keganasan buli-buli terjadi karena induksi bahan karsinogen
yang banyak terdapat di sekitar kita. beberapa faktor risiko yang mempermudah seseorang
menderita tumor buli-buli:
1. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek apai,
tekstil, pabarik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan
karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Risiko untuk mendapatkan tumor buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali lebih besar
dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan proteus spp menghasilkan nitrosamin
yang merupakan zat karsinogen
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan

3
Kebiasaan mengkomsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat,
serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenasetin, opium,
dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko
timbulnya tumor buli-buli
C. Manifestasi Klinik
Menurut Purnomo (2016), perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan keluhan
hematurian yang bersifat : (1) tanpa disertai rasa nyeri (poinless), (2) kambuhan
(intermittent), dan (3) terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total). Tumor buli-buli
sering tanpa disertai gejala disuri, akan tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang
sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan iritasi buli-buli.
Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan dara sehingga pasien datang meminta
pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa
gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini
disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe
yang membesar di daerah pelvis.
D. Klasifikasi
Menurut Purnomo (2016), klasifikasi tumor buli-buli yaitu:
1. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Primer terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli.
Pada beberapa kasus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada
perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-
buli.
b. Urakhus persisten (yaitu merupakan sisa duktus urakhus) yang mengalami degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma
c. Tumor sekunder berasal dari fokus metastasis dari organ lain, diantaranya adalah:
prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan endometrium.
2. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel
epitelnya mengalami metplasia berubah menjadi gans. Rangsangan kronis itu dapat
terjadi karena : infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang

4
dipasang dalam jangka waktu yang lama, infestasi cacing schistosomiasis pada buli-buli,
dan pemakaian obat-obat siklofosfamid secara intravesika.
E. Komplikasi
Menurut Purnomo (2016), komplikasi yang sering terjadi yaitu :
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine jika tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronefrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Palpasi bimanual
Palpasi bimanual dikerjaka dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat
sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok
dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli daerah
suprasimfisi untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
2. Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula: (1) sitologi urin yaitu pemeriksaan
sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine, (2) antigen permukaan sel (cell surface
antigen), dan flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel
urotelium.
3. Pemeriksaan IVU
Pemeriksaan IVU dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya
infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.
4. CT scan atau MRI
CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
G. Penatalaksanaan
Menurut Purnomo (2016), penatalaksanaan tumor buli-buli yaitu :
1. Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien tumor buli-buli adalah reseksi buli-
buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tingkatan ini dapat sekaligus ditentunkan luas
infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya itu tergantung pada stadiumnya, antara lain : (1) tidak

5
perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengwasan tang ketat atau wait and see,
(2) instilasi intravesika dengan obat-obat mitomisin C, BCG, 5-fluoro uracil,
siklofosfamid, doksorubisin, atau dengan interferon, (3) sistektomi radikal, parsial, atau
total, (4) radiasi eksterna, (5) terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain
regimen sisplatinum-metotreksat (MTX)-Vinblastin (CMV) atau regimen metotreksat-
Vinblastib-doksorubisin-sisplatinum (MVAC).
Stadium Tindakan
Non muscle invasive TUR buli/Fulgurasi
(stadium Tat1) Instilasi intravesika
Muscle invasive localized TUR buli
(stadium pT2/3a) Sistektomi atau + radiasi
Muscle invasive locally advanced + Ajuvantivus kemoterapi
metastasis Radiasi paliatif
(stadium pT3b/4 dan M1)

2. Diversi urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan sekitarnya (pad pria
berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari ureter dialiarkan melalui
beberapa cara diversi urine, antara lain:
a. Ureterosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid.
Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyakit.
b. Konduit usus, yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urine,
sedangkan untuk mengeluarkan urine dipasang keteter menetap melalui stoma.
c. Diversi urine kontinen, yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada volume tertentu). Urine
kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara
berkala. Cara diversi urine ini yang dikenal adalah cara kock pouch dan indiana
pouch.
d. Diversi urine orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis
untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang
dipasang di abdomen.

6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi / identitas
Meliputi : Usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal,dan keterangan lainnya mengenai
identitas pasien. Hal ini penting untuk dikaji karena tumor buli-buli ini dua kali lebih
sering menyerang laki-laki dan berdasarkan pekerjaan juga menjadi faktor risiko untuk
penyakit ini.
2. Keluhan utama: Mengeluhkan kencing darah yang intermittent
3. Riwayat penyakit sekarang: Hematuri, merasa panas saat buang air kecil, merasa sering
ingin BAK terutama malam hari dan selanjutnya sukar BAK pada fase berikutnya, nyeri
bagian punggung, badan merasa lemas.
4. Riwayat penyakit dahulu: Orang memiliki riwayatkanker kandung kemih, infeksi kronis
saluran kemih memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama
5. Kebiasaan sehari-hari: Mengonsumsi pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa,
merokok, dan minum kopi.
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: klien tampak pucat, merasa mual, tampak warna urin kemerahan bercampur
darah, kemerahan suprapubic bila tumor sudah membesar.
b. Palpasi: nyeri tekan abdomen, nyeri tekan area ginjal, nyeri dapat digambarkan
sebagai nyeri akut, hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
c. TTV: peningkatan tekanan darah karena ada gangguan pada fungsi aldosterone yang
menyebabkan vasokonstriksi pembulu darah sehingga terjadi hipertensi; peningkatan
RR (hiperventilasi) karena terjadi penurunan Hb yang berakibat pada penurunan O2.
d. Integritas ego: Perubahan tingkah laku atau kepribadian ditandai dengan cemas,
mudah tersinggung.
e. Eliminasi: Perubahan BAK ditandai dengan nyeri saat BAK dan urin berwarna merah.
f. Makanan dan cairan: Mual muntah
g. Neurosensori: Kehilangan kesadaran sementara (vertigo)
h. Nyeri/ kenyamanan: Sakit pada daerah abdomen ditandai dengan wajah menyerangai,
respon menarik pada rangsangan nyeri, dan meringis.

7
i. Interaksi sosial: Perubahan interaksi dengan orang lain ditandai dengan rasa tak
berdaya dan menolak untuk berkomunikasi

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat berdasarkan Nanda 2018-2020 (Heardman & Kamisuru, 2018)
adalah :

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis


2. Risiko ketidakseimbangan volume cairan
3. Risiko infeksi
4. Ansietas
5. Kerusakan integritas kulit
6. Kurang pengetahuan

8
C. Rencana/Intervensi Keperawata
Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead, Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:
Diagnosa : Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial,
atau yang digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat,
dengan berakhirnya dapat di antisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan
Batasan karakteristik NOC NIC
1. Ekspresi wajah 1. Tingkat nyeri Manajemen nyeri
nyeri 2. Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Keluhan tentang 3. Tingkat kenyamanan termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
intensitas frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
menggunakan Setelah perawatan selama 2x24 jam, 2. Observasi reaksi non verbal dari
standar skala nyeri nyeri akut klien berkurang dengan ketidaknyamanan
3. Sikap melindungi kriteria hasil: 3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
area nyeri 4. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
4. Perilaku distraksi 1. Mampu mengontrol nyeri 5. Evaluasi ketidakefektifan kontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
berkurang dengan menggunakan tindakan yang tidak berhasil
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam batas normal
Diagnosa : Risiko infeksi
Definisi : rentang mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor risiko NOC NIC
1. Imunosupresi Setelah perawatan selama 1x24 jam, Kontrol risiko
2. merokok risiko dapat diatasi dengan kriteria hasil: 1. bersihkan lingkungan dengan baik setelah
1. mengidentifikasi faktor risiko digunakan untuk setiap pasien
2. memodifikasi gaya hidup untuk 2. cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
mengurangi risiko perawatan pasien

9
3. mengenali perubahan status 3. ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
kesehatan 4. ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
4. berpartisipasi dalam skrining dan gejala infeksi dan kapan harus
risiko melaporkannya kepada penyedia perawatan
kesehatan
5. ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi
Dianosa : ansietas
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom ; perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya . hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
Batasan Karakteristik NOC NIC
1. gelisah  Setelah perawatan selama 1x24 jam, Terapi relaksasi
2. ketakutan diagnosa dapat teratasi dengan kriteria: 1. gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
1. tidak adanya perasaan gelisah serta jenis relaksasi yang tersedia
2. rasa takut yang disampaika secara 2. ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
lisan distraksi dengan lampu yang redup dan suhu
lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan
3. dorong klien mengambil posisi yang nyaman
4. minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi
yang terjadi
Diagnosa : risiko ketidakseimbangan volume cairan
Definisi : rentang terhadap penurunan, peningkatan atau pergeseran cairan intravaskuler, interstisial, san/atau intraseluler lain,
yang dapat mengganggu kesehatan. Ini mengacu pada kehilangan, peningkatan cairan tubuh, atau keduanya.
Faktor risiko NOC NIC
1. berkeringat Setelah perawatan selama 1x24 jam 1. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak
risiko dapat teratasi dengan kriteria: normal seperti emesis,diare, drainase luka. Hitung
1. turgor kulit bagus keseimbangan selama 24 jam.
2. kelembaban membran mukosa 2. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa
3. tanda vital normal 3. Monitor vital signs. Evaluasi pulse perpheral, capillary
4. keseimbangan intake dan output refill time.
dalam 24 jam

10
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)
WEB OF CATION (WOC) TUMOR BULI-BULI

Pekerja dipabrik kimia Perokok Kopi dan pemanis Infeksi saluran


atau laboratorium buatan, obat-obatan kemih

Tumor buli-buli

Ulserasi Metastase Oklusi ureter/ pelvis renal

Infeksi sekunder: Invasi pada bladder Refluks


1. Panas waktu kencing
2. merasa panas dan tubuh
Retensio urine sulit Hidronefrosis:
lemah
3. hematuria 1. nyeri supra pubis
2. nyeri pinggang

Nyeri Ginjal membesar

penatalaksanaan
Nyeri

operasi kemoterapi

Terapi tidak adekuat


Diskontinuitas Sosial ekonomi, Kurangnya informasi
jaringan perubahan tentang penyakit
kesehatan, situasi
krisis Efek samping kemoterapi
Nyeri
Kurang pengetahuan
Takut
Nafsu makan
Tubuh panas dan menurun Imun menurun
kecemasan
lemah
Hb menurun Risiko infeksi
Risiko kekurangan
volume cairan Kerusakan integritas
kulit
11
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elseviers
Heardman, T. H., & Kamisuru, S. (2018). NANDA-1 diagnosis keperawatan : defenisi dan
klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier

Purnomo, B. B. (2016). Dasar-dasar urologi (3rd ed.). Jakarta: Sagung Seto.


Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai