Anda di halaman 1dari 57

Body Mekanik/movement,

Ambulasi Dini, dan ROM (Ranfe Of Motion)

2.1. PENGERTIAN

A. Body Mekanik ( Body Movement )


Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama
aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Aligement (Postur Tubuh) Susunan geometrik bagian-bagian tubuh
dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance (Keseimbangan) Keseimbangan tergantung pada interaksi antara
pusat gravity, line gravity dan base of support.
3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir) Dimana
body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

B. Prinsip-prinsip Body Mekanik


Mekanika tubuh berpengaruh terhadap tingkat kesehatan perawat dan klien
serta mencegah kecacatan. Misalnya dalam menjalankan tugasnya perawat
menggunakan berbagai kelompok otot seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, serta menggerakan objek.
Aktivitas tersebut mempengaruhi pergerakan tubuh seorang perawat. Jika
digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi tenaga
seorang perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu aktivitas
perawat.

1
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1. Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan yaitu memandang
gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi: ·
 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada
dipertengahan tubuh ·
 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer
vertikal melalui pusat gravitasi. ·
 Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat
seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan
tubuh
2. Keseimbangan
Keseimbangan dapat dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
mempengaruhi mekanika tubuh. v Pergerakan Dasar Dalam Mekanika
Tubuh Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan
aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa
pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar akan mampu untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh. Misal, orang yang berdiri akan lebih udah
stabil daripada orang yang berjalan karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain.
b. Menahan (squating)
Dalam menahn sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk
mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerak yang akan
dilakukan.
c. Menarik (pulling)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda
diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki, dan tubuh sewaktu

2
menarik, sodorkan telapak dan tangan dan lengan atas di bawah
pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakan pada
permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki
ditekuk lalu lakukan penarikan.

d. Mengangkat (lifting)
Merupakan pergerakan gaya tarik. Gunakan otot-otot besar dari
tumit, paha bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh bagian belakang.
e. Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik
memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak
memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

C. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi


1. Status kesehatan Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari – hari sehingga dapat mempengaruhi mekanika
tubuh. 2. Nutrisi Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu
proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi
tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
2. Emosi Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan
mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, misalnya seseorang yang
mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah,
akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
3. Situasi dan Kebiasaan Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang
misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Gaya Hidup Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress
dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam

3
beraktivitas yang dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal
dan neurologi sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
5. Pengetahuan Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh
akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar,
sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan
yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem
neurologi dan muskulusletal.

D. Akibat Body Mekanik yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran
energi secara berlebihan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang
salah adalah sbb :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah
dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya
gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang
vertebrata.
E. Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien
1. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan
untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan
pasien.

4
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap
Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alatdan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat
tidur.
4. Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
5. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

2. Posisi semi fowler


Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan
1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

5
Cara / prosedur
1. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat (
45-90 derajat)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika
tubuh bagian atas klien lumpuh
3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan
klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah
menghindari adanya tekanan di bawah jarak poplital ( di bawah
lutut )
3. Posisi sim
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri, posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria).

Posisi Sim
Tujuan :
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor
otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi :
1. Untuk pasien yang akan di huknah
2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut

6
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri
dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut.
Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan
telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk
diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kiri diatas tempat tidur.

4. Posisi trendelenburg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah keotak.

Posisi trendelenburg
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Indikasi :
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi.

7
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan
posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup
dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakanke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur

5. Posisi dorsal recumbent


Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi
(ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.

Posisi dorsal recumbent


Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan
punggung belakang.
Indikasi :
a. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
b. Untuk persalinan

8
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara
kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah
lipatan lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

6. Posisi Litotomi
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut

9
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
paha dan tarik kearah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4. Pasang selimut
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

Posisi Genu pectrocal/ Knee chest

Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Cara kerja :

1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk


dan dada menempel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.

10
8. Posisi orthopeneic
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang
yang sejajar dada, seperti pada meja.

Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas
yang ekstrim dan tidak bias tidur terlentang atau posisi kepala hanya bias pada
elevasi sedang.
Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang.

10. Posisi Supinasi


Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar
tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.

Posisi Supinasi
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan
terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.

11
Indikasi

1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu


2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
11. Posisi pronasi
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah
menghadap kebantal.

Posisi Pronasi
Tujuan

1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang


2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi

1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan


2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
12. Posisi lateral

Posisi Lateral
Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian
besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman

12
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat
posisi yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

13
YAYASAN WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN (STIKes) WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG

Jl. Padjajaran Pamulang Barat, Tangerang Selatan- Banten Telp. (021)74716128

DAFTAR TILIK BODY MOVEMENT

NAMA MAHASISWA :

NIM :

SKALA PENILAIAN

ANGKA KETERANGAN
0 Mekanisme kerja tidak dilakukan atau mekanimse kerja dilakukan secara tidak
kompeten
1 Mekanisme kerja dilakukan secara kompeten

No. KOMPONEN PENILAIAN PENILAIAN

I PERSIAPAN ALAT (30%) 0 1


1. Bantal kecil dan besar
2. Guling
3. Tahanan kaki
4. Sarung tangan bersih
5. Gulungan handuk/kain
6. Tempat tidur yang bisa diatur
7. Selimut
II PERSIAPAN KLIEN (20%)
1. Tujuan pemeriksaan
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Jaga privasi klien
III PELAKSANAAN (50%)
Tahap Prainteraksi
1. Identifikasi pasien
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan sesuai SOP
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, kenalkan diri perawat dan menyapa

14
pasien dengan ramah
2. Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama
pasien, kemudian mencocokan dengan identitas pasien
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan pada pasien dan keluarga
5. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien atau keluarga
sebelum melakukan tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja (50%)
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Dekatkan alat ke pasien
4. Mengatur posisi :
a. Posisi Fowler
1) Tempat tidur biasa :
Mengatur pasien untuk duduk secara perlahan,
meletakan sandaran atau bantal dibelakang
punggung pasien atau kepala pasien, beri penahan
pada kaki pasien, berikan posisi senyaman
mungkin
2) Tempat tidur khusus/otomatis :
Menaikan tempat tidur secara perlahan dan hati-
hati hingga pasien duduk, berikan bantal
dibelakang punggung pasien, dan beri penahan
pada kaki pasien, berikan posisi senyaman
mungkin

b. Posisi Semi Fowler


1) Atur posisi pasien
2) Bantu pasien untuk posisi setengah duduk secara

15
perlahan dan hati-hati
3) Berikan posisi yang nyaman
4) Berikan bantal jika pasien membutuhkan
5) Beri penahan pada kaki menggunakan
bantal/guling

c. Posisi Sim
1) Atur posisi pasien dalam posisi terlentang
2) Letakan bantal di samping kanan kepala pasien
3) Letakan bantal di samping badan pasien sejajar
dengan bantal di samping kanan pasien
4) Bantu pasien untuk miring dan letakan tangan kiri
dibelakang punggung pasien dengan posisi tangan
pronasi ( mengadah ), lalu lengan kiri ditekuk dan
letakan dibantal samping kepala, dan tekuk lutut
kiri pasien dan topang pada bantal setinggi
panggul

d. Poisi Trendelenburg
1) Atur posisi pasien terlentang
2) Naikan tempat tidur secara perlahan dibagian kaki
dengan hati-hati sampai kaki lebih tinggi dari
kepala

16
3) Apabila tempat tidur tidak bisa dinaikin, ganjal
kaki dengan bantal sampai lebih tinggi dari kepala

e. Posisi Dorsal Recumbent


1) Atur posisi pasien terlentang
2) Pasang selimut untuk menyelimuti pasien
3) Tekuk lutut pasien dan tapakan kaki pasien diatas
tempat tidur

f. Posisi Lateral
1) Atur posisi pasien terlentang
2) Bantu pasien untuk miring kanan, tekuk lutut kiri
dan topang dengan bantal, tekuk dan letakan
tangan kanan disamping kepala, dan letakan
tangan kiri dengan ditopang bantal

g. Posisi Pronasi
1) Atur posisi pasien terlentang ditengah tempat

17
tidur
2) Bantu pasien untuk miring dan perlahan bantu
pasien untuk telungkup
3) Letakan bantal dibawah perut pasien dan kaki
pasien
4) Letakan kedua tangan ditekuk ke arah sisi kepala
pasien

h. Posisi Supinasi
1) Atur posisi pasien ditempat tidur dengan posisi
terlentang
2) Letakan bantal/gulungan handuk dibawah kepala.
Punggung dan kaki pasien
3) Berikan posisi pasien pasien senyaman mungkin
i. Posisi Litotomi
1) Persilahkan pasien untuk melepas pakaian bawah
pasien serta pakaian dalamnya
2) Atur posisi pasien terlentang
3) Pasang selimut pasien
4) Atur posisi pasien dengan menekuk kedua kaki
pasien dan letakan pada penyangga kaki apabila
tidak ada meja genokologi, ada dua perawat yang
menopang kedua kaki pasien

18
j. Posisi Genu Pectoral
1) Persilahkan pasien untuk melepas pakaian bawah
serta pakaian dalamnya
2) Bantu pasien untuk tengkurap dengan bantal
diatas kepala dan miringkan kepala pasien
senyaman mungkin
3) Letakan bantal yang lebih kecil didada pasien
4) Letakan lengan kanan dan kiri pasien lalu tekuk
dan letakan disisi kepala pasien
5) Minta pasien untuk menekuk kedua kaki dalam
posisi menungging dan dada tepat menempel pada
bantal kecil
6) Selimuti pasien

5. Merapikan pasien
6. Kaji ulang keadaan umum pasien
Tahap Terminasi
1. Akhiri kegiatan
2. Evaluasi hasil yang dicapai ( subjektif dan objektif )
3. Kontrak pertemuan selanjutnya ( kegiatan, waktu dan

19
tempat )
4. Merapikan alat
5. Cuci tangan
6. Dokumentasi Keperawatan :
a. Nama perawat
b. Tanggal, waktu dan tempat
c. Respon pasien sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan
d. Tanda tangan
Nilai : Score x Bobot
Jumlah
TOTAL SKOR PENILAIAN
NILAI AKHIR

20
B. AMBULASI DINI

a. Pengertian

Ambulansi dini adalah suatu pergerakan dan posisi untuk melakukan


suatu aktivitas atau kegiatan ketahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi pasca bedah. Ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara
berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi.

Ambulansi juga di artikan sebagai Peningkatan dari pemberian bantuan


dengan cara berjalan untuk mempertahankan fungsi tubuh selama pasien
dirawat dan selama fase penyembuhan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan
untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan. Mobilisasi dini merupakan suatu
aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk
mempertahankan kemandirian. Dengan berbagai pengertian disimpulkan
bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan
fungsi fisiologis (Indonesia nursing, 2008).

Smeltzer (2002 ) menjelaskan, ambulasi yang dilakukan ditentukam


oleh kestabilan sistem kardiovaskuler dan neuromuskuler pasien, tingkat
aktivitas fisik dan sifat pembedahan yang dilakukan. Keuntunhan ambulansi
dini adalah menurumkam insiden komplikasi pasca operasi seperti atelaktasis,
pneumpnia, masalah sirkulasi serta gangguan gastrointestinal seerta distensi
abdomen.

Dengan ambulasi dini yang dilalukukan pada pasien akan mengurangi


kemungkinan distensi abdomen pasca operasi, karena hal ini akan membantu
meningkatkan tonus saluran gastrointestinal dan dinding abdomen serta
menstimulasi peristaltik usus dengan cepat.

b. Tujuan Ambulansi
1. Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
2. Memenuhi kebutuhan ambulasi

21
3. Mempertahankan kenyamanan
4. Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
5. Mempertahankan control diri pasien
6. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi
immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus,
mempercepat pasien pasca operasi.

Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena


jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak
melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan
(Kozier, 2010).
c. Tindakan-tindakan Ambulasi
 Duduk diatas tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan klien pada posisi terlentanG
3) Pindahkan semua bantal
4) Posisi menghadap kepala tempat tidur
5) Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala
tempat tidur di belakang kaki yang lain.
6) Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien,
sokong kepalanya dan vetebra servikal.
7) Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur.
8) Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan
perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
9) Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat
tidur.

 Duduk di tepi tempat tidur


1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi
tempat tidur tempat ia akan duduk.
3) Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2. yang berlawanan.

22
4) Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi
pasien.
5) Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
6) Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien
dan menjauh dari sudut tempat tidur.
7) Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat
tidur di depan kaki yang lain
8) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah
bahu pasien, sokong kepala dan lehernya
9) Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
10) Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
11) Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai
atas pasien memutar ke bawah.
12) Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang
tungkai dan angkat pasien.
13) Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
14) Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai.

 Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi


1) Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi
pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi
roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
2) Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3) Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
4) Regangkan kedua kaki perawat.
5) Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan
pasien
6) Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien
dan tempatkan tangan pada skapula pasien.
7) Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan
panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
8) Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut
perawat.

23
9) Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara
langsung ke depan kursi
10) Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi
untuk menyokong.
11) Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12) Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13) Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14) Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk
kemajuan dan penampilannya.

 Membantu Berjalan
1) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan perawat.
2) Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
3) Bantu pasien berjalan

 Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan
pasien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat
tidur ke branchard.
1) Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2) Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3) Berdiri menghadap pasien
4) Silangkan tangan di depan dada
5) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah
tubuh pasien.
6) Perawat pertama meletakkan tangan di bawah
leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua
meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul
pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan di
bawah pinggul dan kaki.
7) Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard

24
 Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan
mobilitas pasien. Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan
merupakan kewenangan team fioterapi. Namun perawat tetap
bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa
perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.

 Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi ;


a) Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan
permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang
tubuh dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional,
Adjustable dan lofstrand

b) Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam
setinggi pinggang yang digunakan pada pasien dengan lengan yang
mampu dan sehat. Meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single
stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).

c) Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat


penyangga yang kokoh digunakan pada pasien yang mengalami
kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.

25
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi
1) Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan
fisik dan lelah kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada
fungsi musculoskeletal.
2) Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami
perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini
pasca operasi.
3) Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot,
penurunan jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Pasien juga akan mengalami defisisensi protein,
keseimbangan nitrogen dan tidak ada kuatnya asupan vitamin C.
4) Emosi
Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan
pada diri sendiri akan mempengaruhi pasien untuk melaksanakan
prosedur ambulasi.
5) Tingkat Pendidikan
Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan
intelektual, mengarahkan pada ketrampilan yang lebih baik dalam
mengevaluasi informasi. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan
seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-
saran kesehatan.
6) Pengetahuan

26
Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di dasari oleh
pengetahuan akan bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan. (Kozier, 2010)

27
YAYASAN WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN (STIKes) WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG

Jl. Padjajaran Pamulang Barat, Tangerang Selatan- Banten Telp. (021)74716128

DAFTAR TILIK AMBULASI DINI

NAMA MAHASISWA :

NIM :

SKALA PENILAIAN

ANGKA KETERANGAN
0 Mekanisme kerja tidak dilakukan atau mekanimse kerja dilakukan secara tidak
kompeten
1 Mekanisme kerja dilakukan secara kompeten

No KOMPONEN PENILAIAN PENILAIAN


I PERSIAPAN ALAT (20%) 0 1
1. Bantal
2. Tempat tidur
3. Kursi roda
II PERSIAPAN KLIEN
1. Tujuan pemeriksaan
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Jaga privasi klien
III PELAKSANAAN
Tahap Prainteraksi
1. Identifikasi pasien
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan sesuai SOP
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien
dengan ramah
2. Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama
pasien, kemudian mencocokan dengan identitas pasien
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan pada pasien dan keluarga
5. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien atau keluarga
sebelum melakukan tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja

28
Dari tempat tidur ke kursi roda
1. Membantu klien duduk di sisi tempat tidur
2. Meletakkan kursi roda pada posisi sudut 450 pada tempat
tidur
3. Mengunci rodanya dan membuka tatakan kakinya
4. Memastikan klien stabil
5. Melebarkan kakinya (membuka jarak antara kedua kaki)
6. Memfleksikan pinggul dan kedua lutut (lutut perawat dan
klien sejajar)
7. Meletakkan tangan perawat di skapula klien.
8. Menegakkan klien untuk bediri pada hitungan ketiga
dengan meluruskan pinggul dan tungkai.
9. Memutar kaki yang terjauh dari kursi roda
10. Meminta klien menggunakan lengan bersandar pada kursi
untuk topangan
11. Memfleksikan pinggul dan lutut selama menurunkan klien
ke kursi
12. Mengkaji kesejajaran klien yang sesuai untuk duduk.
1. Menurunkan tatakan kaki kursi roda dan meletakkan kedua
kaki klien diatasnya.

Dari kursi roda ke tempat tidur


1. Pengatur posisi tempat tidur setinggi lutut atau
pertengahan paha klien
2. Meletakkan kursi roda pada posisi sudut 450 pada tempat
tidur lalu mengunci kursi roda
3. Meletakkan kaki klien di atas lantai kemudian melipat
tatakan kursi roda.
4. Berdiri di depan klien dengan posisi kaki terjauh dari
tempat tidur berada di depan.

29
5. Memfleksikan pinggul dan lutut, meletakkan kedua tangan
di skapula klien, dan meminta klien meletakkan kedua
tangannya di bahu perawat
6. Membantu klien berdiri dari kursi roda dengan meluruskan
pinggul dan lutut
7. Membantu klien berjalan keluar dari kursi roda dengan
melahkahkan kaki terdepan ke belakang.
8. Membantu memutar badan klien membelakangi tempat
tidur dengan memutar kaki terjauh dari tempat tidur
mendekati tempat tidur
9. Membantu klien mendekati tempat tidur dengan meminta
10. Klien berjalan mundur ke arah pinggir tempat tidur hingga
belakang lutut atau pertengahan paha klien berada dekat
dengan tempat tidur.
11. Memfleksikan lutut dan pinggang sambil meminta klien
duduk di pinggir tempat tidur.
12. Menahan punggung klien dengan tangan terdekat dari arah
kepala tempat tidur dan tangan yang lain membantu
mengangkat kedua kaki klien
13. Memutar ke arah kepala tempat tidur sambil membantu
membaringkan klien.
14. Merapikan klien
Tahap Terminasi
1. Akhiri kegiatan
2. Evaluasi hasil yang dicapai ( subjektif dan objektif )
3. Kontrak pertemuan selanjutnya ( kegiatan, waktu dan
tempat )
4. Merapikan alat
5. Cuci tangan
6. Dokumentasi Keperawatan :
a. Nama perawat
b. Tanggal, waktu dan tempat
c. Respon pasien sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan
d. Tanda tangan

30
Nilai : Score x Bobot
Jumlah
TOTAL SCORE PENILAIAN
NILAI AKHIR

Pamulang, 2019

Penguji

31
C. ROM ( RANGE OF MOTION )

a. Pengertian Rom ( Range Of Motion)


ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu
sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati
tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan
kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh
menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis
horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan
konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap
potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-
jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal,
gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan
inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan
supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan
plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan
mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi,
pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama.
Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit,
ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan
rentang gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui
rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot
ataupun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila
terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian
tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia,
pembuluh darah dan saraf.

32
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005).
b. Tujuan Rom (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsang sirkulasi darah
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
c. Manfaat Rom (Range Of Motion)
Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan.
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
d. Prinsip Latihan Rom (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali
sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.

33
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah
leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin telah di lakukan.
e. Jenis - Jenis Rom (Range Of Motion)
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1) ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang
(pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan
sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien
aktif). Keuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang
digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2) ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal
dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klien pasif). Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi
yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau
hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.

34
f. Indikasi dan Sasaran ROM
 ROM Aktif :
Indikasi :
a. Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif
dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau
tidak.
b. Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM
(Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana
bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual
atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan
bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
c. ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d. ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas
dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
Sasaran :
a) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran
ROM Aktif serupa dengan ROM Pasif.
b) Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan
pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.
Sasaran spesifik:
a. Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot
yang terlibat
b. Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
c. Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan
persendian
d. Meningkatkan sirkulasi
e. Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik

35
 ROM Pasif
Indikasi :
a. Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan
b. Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bed rest total
Sasaran :
1. Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2. Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
3. Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
4. Membantu kelancaran sirkulasi
5. Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan
serta difusi persendian
6. Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
7. Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
8. Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien.

g. Macam-Macam Gerakan ROM


Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.

36
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama.

h. Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebaga berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Ekstensi
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

2. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°
siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°

37
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala,

Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°


penuh,

3. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,

4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-90°
telapak tangan menghadap ke bawah,

5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,

38
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-90°
jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°
arah lima jari,

6. Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-60°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang rentang 30°
satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

7. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.

8. Pinggul

39
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,
Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
dalam tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
tungkai lain.
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

9. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

10. Mata kaki


Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30°
kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50°
kaki menekuk ke bawah,

11. Kaki

40
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
luar,

12. Jari-Jari Kaki


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

41
YAYASAN WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN (STIKes) WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG

Jl. Padjajaran Pamulang Barat, Tangerang Selatan- Banten Telp. (021)74716128

SKALA PENILAIAN

ANGKA KETERANGAN
0 Mekanisme kerja tidak dilakukan atau mekanimse kerja dilakukan secara tidak
kompeten
1 Mekanisme kerja dilakukan secara kompeten

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : ROM Aktif

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Minyak / lotion
2 Tissue
3 Bengkok

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan / indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SOP)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan

42
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
I LEHER
1 Fleksi
Kepala digerakkan menunduk ke depan 900 dengan dagu di atas dada
2 Ekstensi
Kepala digerakkan 900 ke atas dengan posisi lurus dengan badan
3 Hyperekstensi
Kepala ditarik ke belakang 900 dengan posisi mengadah ke atas
4 Lateral Fleksi
Kepala ditekukkan ke samping 900 menuju bahu
5 Rotasi
Kepala digerakkan dalam posisi melingkar 900 ke kanan dan 900 ke kiri
dan belakang

II BAHU
1 Fleksi
Lengan diangkat 1800 dari depan menuju ke atas sampai diatas kepala
2 Ekstensi

43
Lengan digerakkan keposisi istirahat di samping badan
3 Hyperekstensi
Lengan digerakkan ke belakang badan dengan sudut 500
4 Abduksi
Lengan ditarik ke atas dari samping badan dengan punggung tangan di
atas, digerakkan ke sisi badan 1800 keposisi di atas kepala
5 Adduksi
Lengan digerakkan dari atas kepala 1800 ke samping tubuh
6 Rotasi Eksterna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke depan dan
belakang 900 sehingga telapak tangan menghadap ke depan
7 Rotasi Interna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke belakang
900 sehingga telapak tangan menghadap ke belakang

10 Sirkumduksi
Lengan digerakkan dengan lingkaran penuh 3600 diputar sepanjang sisi
badan

III SIKU
1 Fleksi
Siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan sudut 1500
menuju bahu
2 Ekstensi

44
Siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

IV LENGAN BAWAH
1 Supinasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke muka
2 Pronasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke bawah

V PERGELANGAN TANGAN
1 Fkesi
Tangan ditekuk 900 kebawah dengan telapak kanan menghadap ke bawah
2 Ekstensi
Tangan digerakkan 900 dengan posisi lurus dengan lengan
3 Hyperekstensi
Tangan ditekuk ke atas, punggung tangan di atas dengan sudut 900
4 Abduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk keluar menuju
ulna
5 Adduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk kedepan menuju
radius

45
VI JARI DAN IBUJARI
1 Fleksi
Jari-jari digenggamkan
2 Ekstensi
Jari digerakkan 900 lurus dengan lengan, dengan telapak tangan
menghadap ke bawah
3 Hyperekstensi
Jari-jari dengan telapak tangan ke bawah, ditekuk ke atas menuju
punggung tangan 450
4 Abduksi
Jari dan ibu jari dibentangkan / direnggangkan 300
5 Adduksi
Jari dan ibu jari digerakkan merapat bersama 300

6 Oposisi ibu jari


Ibu jari ditekuk ke dalam memutar menuju kelingking dan diikuti oleh jari
jari yang lain

46
VII PINGGUL
1 Fleksi
Tungkai digerakkan ke atas kemuka 900
2 Ekstensi
Tungkai digerakkan kembali ke posisi lurus sejajar dengan tubuh
3 Hyperekstensi
Tungkai digerakkan ke belakang tubuh 500
4 Sirkumduksi
Tungkai digerakkan dalam lingkaran 3600
5 Abduksi
Tungkai degarkkan kesamping menjauhi tubuh 450
6 Adduksi
Tungkai digerakkan 450 mendekati tubuh
7 Rotasi Interna
Tungkai dan kaki diputar kedalam 900
8 Rotasi Eksterna
Tungkai dan kaki diputar keluar 900

VIII LUTUT
1 Fleksi
Lutut ditekuk diangkat ke belakang dan atas 900
2 Ekstensi
Lutut digerakkan kembali sejajar dengan tubuh

47
IX PERGELANGAN KAKI
1 Plantar Fleksi
Kaki digerakkan ke bawah 450
2 Dorsi Fleksi
Kaki digerakkan ke atas 450

3 Eversi
Sisi luar kaki ditekuk ke samping keluar diputar
4 Inversi
Kaki diputar dengan sisi medial, diputar ke dalam

X JARI KAKI
1 Fleksi
Jari-jari ditekuk ke bawah 900
2 Ekstensi
Jari-jari sejajar kembali dengan punggung
3 Hyperekstensi
Jari-jari ditekuk ke atas 450

48
4 Abduksi
Jari-jari digerakkan menjauhi satu sama lain 150
5 Adduksi
Jari-jari digerakkan merapat

XI PINGGANG
1 Fleksi
Pinggang ditekuk ke depan 900
2 Ekstensi
Pinggang diluruskan kembali
3 Hyperekstensi
Pinggang ditarik ke dalam 300

4 Lateral Fleksi
Tubuh ditarik ke kedua sisi 450

5 Rotasi
Tangan dipinggang, pinggang digerakkan melingkar 3600

49
Keterangan :

0 : Tidak dilakukan / dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

50
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : ROM Pasif

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Minyak / lotion
2 Tissue
3 Bengkok

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan / indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien / keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

51
Tahap Kerja
I LEHER
1 Fleksi
Kepala digerakkan menunduk ke depan 900 dengan dagu di atas dada
2 Ekstensi
Kepala digerakkan 900 ke atas dengan posisi lurus dengan badan
3 Lateral Fleksi
Kepala ditekukkan ke samping 900 menuju bahu

II BAHU
1 Fleksi
Lengan diangkat 1800 dari depan menuju ke atas sampai diatas kepala
2 Ekstensi
Lengan digerakkan keposisi istirahat di samping badan
3 Abduksi
Lengan ditarik ke atas dari samping badan dengan punggung tangan di
atas, digerakkan ke sisi badan 1800 keposisi di atas kepala
4 Adduksi
Lengan digerakkan dari atas kepala 1800 ke samping tubuh
5 Rotasi Eksterna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke depan dan
belakang 900 sehingga telapak tangan menghadap ke depan
6 Rotasi Interna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke belakang
900 sehingga telapak tangan menghadap ke belakang

III SIKU
1 Fleksi
Siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan sudut 1500
menuju bahu
2 Ekstensi
Siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

52
IV LENGAN BAWAH
1 Supinasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke muka
2 Pronasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke bawah

V PERGELANGAN TANGAN
1 Fkesi
Tangan ditekuk 900 kebawah dengan telapak kanan menghadap kebawah
2 Ekstensi
Tangan digerakkan 900 dengan posisi lurus
3 Hyperekstensi
Tangan ditekuk ke atas, punggung tangan di atas dengan sudut 900
4 Abduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk keluar menuju
ulna
5 Adduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk kedepan menuju
radius

VI JARI DAN IBUJARI


1 Fleksi
Jari-jari digenggamkan
2 Ekstensi
Jari digerakkan 900 lurus dengan lengan, dengan telapak tangan
menghadap ke bawah
3 Hyperekstensi
Jari-jari dengan telapak tangan ke bawah, ditekuk ke atas menuju
punggung tangan 450
4 Abduksi
Jari dan ibu jari dibentangkan / direnggangkan 300
5 Adduksi

53
Jari dan ibu jari digerakkan merapat bersama 300
6 Oposisi ibu jari
Ibu jari ditekuk ke dalam memutar menuju kelingking dan diikuti oleh jari
jari yang lain

VII PINGGUL
1 Fleksi
Tungkai digerakkan ke atas kemuka 900
2 Ekstensi
Tungkai digerakkan kembali ke posisi lurus sejajar dengan tubuh
3 Hyperekstensi
Tungkai digerakkan ke belakang tubuh 500
4 Abduksi
Tungkai degarkkan kesamping menjauhi tubuh 450
5 Adduksi
Tungkai digerakkan 450 mendekati tubuh

6 Rotasi Interna
Tungkai dan kaki diputar kedalam 900
7 Rotasi Eksterna
Tungkai dan kaki diputar keluar 900

54
VIII LUTUT
1 Fleksi
Lutut ditekuk diangkat ke belakang dan atas 900
2 Ekstensi
Lutut digerakkan kembali sejajar dengan tubuh

IX PERGELANGAN KAKI
1 Plantar Fleksi
Kaki digerakkan ke bawah 450
2 Dorsi Fleksi
Kaki digerakkan ke atas 450
3 Eversi
Sisi luar kaki ditekuk ke samping keluar diputar
4 Inversi
Kaki diputar dengan sisi medial, diputar ke dalam

X JARI KAKI
1 Fleksi
Jari-jari ditekuk ke bawah 900
2 Ekstensi
Jari-jari sejajar kembali dengan punggung
3 Hyperekstensi
Jari-jari ditekuk ke atas 450
4 Abduksi
Jari-jari digerakkan menjauhi satu sama lain 150
5 Adduksi

55
Jari-jari digerakkan merapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan / dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

56
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2008). Keterampilan Dasar Praktik untuk Kebidanan
(Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika
Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com › keperawatan › makalah

Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab
37).Jakarta:EGC

Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Cain, Michael L., Wasserman, Steven A.,
Minorsky, Peter V. dan Jackson, Robert B., Biology, eight edition, Pearson International
Edition, 2008.

Retna Ambarwati Eny, S.Si.Ti,dkk.2009.KDPK Kebidanan.Jogjakarta.Numed

57

Anda mungkin juga menyukai