Anda di halaman 1dari 17

Pemeriksaan Penunjang

Wina Rizky 1510711012


Rosiana 1510711016
Rizki Amalia 1510711027
1.Anamnesis
Keluhan, riwayat penyakit lain & penyakit pada saluran urogenitalia, riwayat kesehatan secara
umum & keadaan fungsi seksual.

2. Catatan harian miksi (voiding diaresis)

3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik (buli-buli
penuh/kosong )
b. Palpasi supra pubik : terasa ada ballotemen & px ingin miksi
c. Perkusi : kandung kemih penuh redup.
d. Colok dubur/digital rectal examination (DRE)
• Menurut Soeparman (2000), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien dengan BPH adalah :
Laboratorium
a. Sedimen Urin
• Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih. warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang (berdarah);
penampilan keruh; pH 7 atau lebih besar (menunjukan infeksi); bakteria,
SDP, SDM mungkin ada secara mikroskopis.

b. Kultur Urin
• Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus
menentukan sensitifitas kumanterhadap beberapa antimikroba yang
diujikan. Dapat menunjukan Staphylococcus aureus, Klebsiella,
Pseudomonas, atau Escherichia coli.
c. IVP ( Intra Vena Pielografi) Mengetahui kemungkinan
kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis,memperkirakan besarnya kelenjar prostat,
penyakit pada buli-buli.
d. Sitologi urine : untuk mengesampingkan kanker kandung kemih
e. BUN/ kreatinin : meningkatkan bila fungsi ginjal dipengaruhi
f. Asam fosfat serum/ antigen khusus prostatik : Peningkatan karena
pertumbuhan selular dan pengaruh hormonal pada kanker prostat
(dapat mengindikasikan metastase tulang)
g. SDP : mungkin lebih besar dari 11.000, mengindikasikan
infeksi bila pasien tidak imunosupresi.
h. Penentuan kecepatan aliran urine : mengkaji derajat obstruksi
kandung kemih
i. PSA (Prostat Specific Antigen)
utk meramalkan perjalanan peny BPH. Kadar PSA tinggi : pertumbuhan
volume prostat lebih cepat, keluhan akibat BPH/laju pancaran urine
lebih jelek, dan lebih mudah terjadinya retensi urine akut.

j. Uroflometri (utk mengetahui lama miksi, laju pancaran, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai pancaran maksimum & vol urin yg dikemihkan).
normal bila hasil : > 15 ml / dtk
Pencitraan
• Foto polos abdomen mencari kemungkinan adanya batu saluran
kemih atau kalkulosa prostat dan kadang menunjukan bayangan buii-
buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi urin.
Pemeriksaan Fungsi Ginjal

• Obstruksi intravesika akibat BPH menyebabkan gangguan pada


traktus urinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan bahwa gagal
ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 3−30% dengan rata-rata 13,6%.
Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pasca bedah
(25%) lebih sering dibandingkan dengan tanpa disertai gagal ginjal
(17%), dan mortalitas menjadi enam kali lebih banyak.
• Pasien LUTS yang diperiksa ultrasonografi didapatkan dilatasi sistem
pelvikalis 0,8% jika kadar kreatinin serum normal dan sebanyak 18,9%
jika terdapat kelainan kadar kreatinin serum. Oleh karena itu
pemeriksaan faal ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya
melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas
(IAUI, 2003).
Histopatologi

• Pemeriksaan histopatologi merupakan suatu cara yang dilakukan


untuk melihat perubahan metabolisme dari perubahan jaringan yang
terjadi. Pemeriksaan ini sangat penting dalam kaitan diagnosis
penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis
adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga
terganggu (McVary & Roehrborn, 2010).
Ultrasonografi
( trans abdominal dan trans rektal )
• Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau
mengukur sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel,
tumor.
Systocopy
• Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra
parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum
Kesimpulan

• S____, L___, Q___, R___, V___

S = Skor IPSS
L = Kualitas Hidup
Q = Pancaran urin dalam ml/dt
R = Sisa Urin
V = Volume Prostat
• Interpretasi:
• Ringan : 0-7
• Sedang : 8-19
• Berat : 20-35
Berdasarkan skor IPPS

a. Ringan
skor 0-7. pilihan tindakan : watchful waiting (observasi),
medikamentosa
b. Sedang
Skor 8-19. pilihan tindakan : medikamentosa, minimal invasif, operasi
c. Berat
Skor 20-35. pilihan tindakan : minimal invasif, operasi
Referensi
• Basuki, Purnomo. (2000). Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan Nasional
RI, Katalog Dalam Terbitan (KTD): Jakarta.

• Hardjowidjoto, S. (2000). Benigna Prostat Hiperplasi. Airlangga


University Press: Surabaya

• Long, Barbara C. (2006). Perawatan Medikal Bedah. Volume 1.


(terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Pajajaran: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai