Anda di halaman 1dari 31

TUMOR INTRA ABDOMEN

A. DEFINISI

Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan
tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel
tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini dapat
meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior.
Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang dibungkusnya
tetapi tidak menginvasinya. Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor
hepar, Tumor limpa / lien, Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal
(hipernefroma), Tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGIS


Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan posisi dari 2
garis horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi abdomen.
Pembagian berdasarkan region:
1. Regio hipokondriak kanan
2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondriak kiri
4. Regio lumbal kanan
5. Regio umbilicus
6. Regio lumbal kiri
7. Regio iliak kanan
8. Regio hipogastrika
9. Regio iliak kiri
Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari
satu garis horizontal dan 1 garis vertikal yang membagi daerah abdomen.
1. Kuadran kanan atas
2. Kuadran kiri atas
3. Kuadran kanan bawah
4. Kuadran kiri bawah
C. ETIOLOGI
Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang
dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik, virus,
parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan imunitaws.
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1. Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan
aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasi. Bahan
kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan sintetik/semisintetik.
Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari
pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan
ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia.
Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida. Salah
satu jenis benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang
banyak ditemukan di dalam makanana yang dibakar menggunakan arang
menimbulkan kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus,
payudara atau prostat.
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber radiasi
lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar dengan
hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada
mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa
menyebabkan terjadinya neoplasia.
c. Viral
Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam ribonukleatnya; virus DNA
serta RNA. Virus DNA yang sering dihubungkan dengan kanker antara
human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus
(HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah
human T-cell leukemia virus I (HTLV-I).
2. Hormon
Hormon dapat merupakan promoter keganasan.
3. Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang kurang
berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak binatang,
dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko berbagai
keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.
4. Parasit
Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.
5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.

D. KLASIFIKASI
Dewasa :
- Tumor hepar
- Tumor limpa / lien
- Tumor lambung / usus halus
- Tumor colon
- Tumor ginjal (hipernefroma)
- Tumor pankreas
Anak-anak :
- Tumor wilms (ginjal)
E. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh
mutasi genetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma mendapat energi terutama dari
anaerob karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai
enzim yang lengkap untuk oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih
mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme
daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan
energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal
dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut.
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar
dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh
darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah
digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal :
tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase,
pengobatan dan prognosa yang berbeda.

F. MANIFESTASI KLINIS
Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan
tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak
terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau
pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan.
Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan
tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-
danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan
akronim WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai.
C = Change in bowel or bladder habit
A = a sore that does not heal
U = unusual bleding or discharge
T = thickening in breast or elsewhere
I = indigestion or difficult
O = obvious change in wart or mole
N = nagging cough or hoarseness

Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor
abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi
harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan
disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat
dilakukan sedini mungkin.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak
membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan
hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah
terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula
apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar
sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari
rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan
darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian
mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti pendarahan
intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau
pemeriksaan lainnya.
Tanda dan Gejala :
- Hiperplasia.
- Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
- Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila
tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat
elastis kenyal atau lunak.
- Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.
- Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
- Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
- Konstipasi.
- Nyeri.
- Anoreksia, mual, lesu.
- Penurunan berat badan.
- Pendarahan.
.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah:
a. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak, leher,
toraks, abdomen, tulang, mammografi.
b. Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in loop,
kistografi.
c. USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi.
d. CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala, thoraks,
abdomen, whole body scan, dll.
e. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih
tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya
dikatakan lebih baik dari CT.
f. RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).

H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektomi
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien
dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus
menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien
harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan
tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.
2. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy
tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor,
untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi
radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker
dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Endoskopi (sebuah penelitian dimana sebuah pipa elastis digunakan untuk
melihat bagian dalam pada saluran pencernaan) adalah prosedur diagnosa terbaik. Hal
yang memudahkan seorang dokter untuk melihat langsung dalam perut, untuk
memeriksa helicobacter pylori, dan untuk mengambil contoh jaringan untuk diteliti di
bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar X barium jarang digunakan karena hal
tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap awal dan tidak dianjurkan untuk biopsi.
Jika kanker ditemukan, orang biasanya menggunakan computer tomography (CT)
scan pada dada dan perut untuk memastikan penyebarannya yang mana tumor tersebut
telah menyebar ke organ-organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa menunjukkan
penyebaran tumor. Dokter biasanya melakukan endoskopi ultrasonic (yang
memperlihatkan lapisan saluran pencernaan lebih jelas karena pemeriksaan diletakkan
pada ujung endoskopi) untuk memastikan kedalaman tumor tersebut dan pengaruh
pada sekitar getah bening.
Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu menegakkan
diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) banyak jenisnya mulai dari yang konvensional
sampai dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih sesuai dengan kasus
yang dihadapi. Pada tumor ganas yang letaknya profunda dari bagian tubuh atau
organ, pemeriksaan imaging diperlukan untuk tuntunan (guiding) pengambilan sample
patologi anatomi, baik itu dengan cara fine needle aspiration biopsi (FNAB) atau
biopsy lainnya. Selain untuk membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging
juga berperan dalam menentukan staging dari tumor ganas. Beberapa pemeriksaan
imaging tersebut antara lain:

- Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak, leher,
toraks, abdomen, tulang, mammografi, dll.
- Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in loop,
kistografi, dll.
- USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara.
Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll.
- CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala, thoraks,
abdomen, whole body scan, dll.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih
tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya
dikatakan lebih baik dari CT.
- Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat scanning
dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium, dll. Contoh:
scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.
- RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).

GAMBARAN RADIOLOGI
1. Tumor Hepar
Ada 2 macam gambaran hepatoma yaitu bentuk nodular yang gambaran
nodul tumor jelas misalnya tumor yang tidak berbatas rata, atau bentuk difuse.
Hepatoma bentuk difuse ditandai dengan edchopattern yang sangat kasat dan
mengelompok dengan batas tidak teratur dan bagian sentralnya lebih
ecvhogenik. Pembuluh darah disekitarnya sering distorted. Seringkali para
ultrasonografer yang tidak berpengalaman membuat diagnosa sirosis padahal
diagnosa yang betul adalah sirosis dan hepatoma diffuse. Gambaran hepatoma
diffuse harus dibedakan dari gambaran focal fatty liver dimana ada gambaran
echopattern yang kasar tetapi fokal.
Gambar 2.1 - Hepatoma Difuse dan Hepatoma Noduler

Hepatoma yang berukuran 3 cm atau kurang disebut : Hepatoma dini


(early). Bila ukuran lebih dari 3 cm disebut : Hepatoma lanjut (advanced).
Hepatoma dini sering kali bersifat hypoechoic sedang hepatoma lanjut
biasanya hyperechoic atau multiple echo yang menunjukkan nekrosis atau
fibrosis dalam tumor. Kadang – kadang hepatoma dini berbentuk seperti mata
sapi (bull’s eye).

Gambar 2.2 - Gambaran USG Hepatoma Lanjut berupa hyperechoic


2. Tumor Limpa
Pada tumor primer pada limpa ditemukan gambaran bulging atau
penggelembungan tepi limpa dengan struktur eko parenkim yang tidak homogen.

Gambar 2.3 - Spiral CT scan dipotong 7 mm, dengan limpa sangat membesar (di
sebelah kanan pemirsa), menunjukkan massa tumor kurang radiodense dengan
limpa agak padat normal berdekatan.

3. Tumor Lambung atau Usus halus


Bila ada tumor lambung, maka dengan sendirinya kontras tidak dapat
mengisinya, sehingga pada pengisian lambung, tempat tersebut merupakan
tempat yang luput dari pengisian kontras (luput isi atau filling defect).
Stadium Awal Kanker Lambung
Lesi-lesi yang Nampak di mukosa dan submukosa diklasifikasikan menjadi 3
tipe:
a. Lesi tipe I yaitu adanya elevasi dan penonjolan keluar lumen lebih dari 5
mm.
b. Lesi tipe II yaitu adanya lesi superficial yang adanya elevasi (IIa), datar
(IIb), atau tertekan (IIc).
c. Lesi tipe III stadium kanker awal adalah gambaran dangkal, ulkus ireguler
dikelilingi nodul-nodul, kumpulan lipatan-lipatan mukosa.

Kanker Lambung Stadium Lanjut


Kanker lambung kadang-kadang Nampak dalam foto polos abdomen sebagai
gambaran abnormalitas pada kontur gaster atau adanya gambaran massa soft
tissue yang masuk ke dalam kontur gaster. Jarang ditemukan musin yang
diproduksi kanker yang akan memberikan gambaran area kalsifikasi. Pada studi
barium, karsinoma gaster tampak gambaran polypoid, ulcerative atau lesi
infiltrate.

Gambar 2.4 - Polypoid Carcinoma lambung. Radiografi dengan kontras

Foto Upper GI menunjukkan kelainan yang mengisi lobulated (panah) di antrum


lambung.

Gambar 2.5 - Tumor jinak stroma gastrointestinal dalam Duodenum

4. Tumor Kolon
- Adanya penonjolan ke dalam lumen berupa polip bertangkai
(pedunculated) atau tak bertangkai (sesile).
- Terjadi kerancuan dinding kolon bersifat simetris (napskin ring) atau
asimetris (apple core).
- Kekakuan dinding colon bersifat segmental (lumen colon dapat atau tidak
menyempit)
Gambar 2.6 – Pedunculated polip pada kolon descenden

Gambar 2.7 - Gambaran “apple core” pada colon sigmoid

Gambar 2.8 – Kanker caecum. Massa polipoid mendesak lipatan iliocaecal


sehingga menyebabkan obstruksi.
Gambar 2.9 - Polypoid carcinoma. Massa berlobus besar di rectosigmoid
junction.

5. Tumor Ginjal
- pemeriksaan dengan IVP terlihat gambaran sistem kalixes yang tidak
teratur (tumor willms).
- bayangan masa dapat tidak homogen, tidak ada kalsifikasi, mengandung
banyak jaringan lunak (hipernefroma).
- massa di daerah ginjal, batas tidak jelas, menutupi bayangan musculus
psoas bagian atas (sarcoma ginjal).

Gambar 2.10 - CT scan bayi dengan massa ginjal yang besar (panah). Jaringan
ginjal normal adalah ditunjukkan di sebelah kanan tumor Wilms (panah kepala,
struktur berwarna putih).

6. Tumor Ureter
Terdapat gambaran filling defect pada daerah yang terdapat polip dengan
atau tanpa dilatasi proksimalnya.
Gambar 2.11 Gambaran filling defect (panah) di ureter adalah karakteristik dari
polip fibroepithelial.

7. Tumor Buli-buli
Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian
pada vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur
pada film kandung kemih pascamiksi. Jika urogram intravena menunjukkan
adanya obstruksi ureter, hal tersebut lebih menekankan pada keterlibatan otot –
otot di dekat orifisium ureter dibandingkan obstruksi akibat massa neoplasma
yang menekan ureter. CT atau MRI bermanfaat dalam penilaian praoperatif
terhadap penyebab intramural dan ekstramural, invasi lokal, pembesaran
kelenjar limfe, dan deposit sekunder pada hati atau paru.

Gambar 2.12 - Transisi Cell Carcinoma. Radiografi dari urogram ekskretoris


menunjukkan massa lobulated (panah) yang menyebabkan kelainan di dasar
kandung kemih

.
8. Tumor Pankreas
CT Scan dari multisection aksial pada pasien dengan kanker pankreas
menunjukkan penipisan massa rendah di kepala pankreas, berdekatan dengan
vena mesenterika superior.

Gambar 2.13 – CT Scan Tumor Pankreas (kiri)


Gambar 2.14 - Endoskopi Tumor pancreas (kanan)

NEOPLASMA DI USUS HALUS


Neoplasma usus kecil primer sangat jarang. Kolon terkena 40 kali lebih besar dari
usus kecil. Gejala sering kali tidak jelas; nyeri epigastrik, mual, muntah, kolik, diare,
perdarahan (biasanya samar). Alasan yang paling sering untuk operasi adalah obstruksi,
perdarahan dan nyeri. Tumor jinaj menyebabkan intususepsi pada orang dewasa; tumor ganas
secara langsung mengobstruksi atau membengkokkan usus. Diagnosis sulit untuk ditentukan,
endoskopi bermanfaat untuk deodenum, sisa usus membutuhkan enteroklisis (intubasi usus
kecil dengan radigraf barium).
Neoplasma usus kecil sangat jarang meskipun panjang usus kecil adalah 80% dari
panjang saluran gastrointestinal. Hanya 5% dari neoplasma dan 1% dari keganasan di saluran
gastrointestinal terkena usus kecil.
Neoplasma jinak
Berasal dari epitel atau jaringan penyambung. Paling sering adenoma, leiomioma atau
lipoma. Sering tidak menimbulkan gejala, kecuali menyebabkan obstruksi melalu intususepsi,
juga dapat berdarah (sepertiga perdarahan samar). Pembedahan diindikasikan jika diagnosis
dibuat atau diduga. Yang paling sering digunakan adalah reseksi segmental sederhana.
Adenoma
Adenoma mengisi kira-kira 15% dari semua tumor jinak usus halus dan mempunya tiga tipe
yang utama; Adenoma sejati, adenoma villosa atau adenoma kelenjar brunner (proliferasi
glandular deodenum hiperplastik tanpa potensi keganasan); 20% dalam deodenum mayoritas
asimptomati. Adenoma billosa mempunya potensial keganasan 35%-55%. Lesi-lesi ini sering
asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan autopsi. Manifestasi
klinis yang paling sering ditemukan adalah perdarahan dan obstruksi. Terapi yang dianjurkan
adalah reseksi segmental.

Leiomioma
Jinak, tunggal, lesi otot polos. Merupakan neoplasma jinak yang simptomatik. Akhir-akhir ini
ahli patologis menggunakan istilah tumor stroma bagi menggantikan istilah leiomioma.
Insiden terjadinya tumor adalah sama pada pria dan wanita, paling sering didiagnosa pada
dekade kelima kehidupan. Tumor dapat tumbuh secara intramural dan menyebabkan
obstruksi. Namun tidak jarang juga tumor ini secara intramural dan ekstramural, kadang-
kadang mencapai ukuran yang cukup besar dan akhirnya tumbuh melampaui suplai darah
pada tumor dan mengakibatkan perdarahan, yang merupakan indikasi yang paling umum
untuk operasi pada pasien dengan tumor stroma jinak. Reseksi usus dilakukan bagi
mengurangkan dan menghentikan perdarahan, namun resiko untuk terjadinya rekurensi masih
ada.

Sindroma Peutz-Jeghers
Pigmentasi melanotik mukokutan (sirkumoral, bukal, telapak tangan, telapak kaki, perianal)
dan polip gastrointestinal. Diturunkan secara dominan sederhana. Polipnya multiple pada
jejunum, iluem dan rektum, dan merupakan hamartoma. Dapat menyebabkan nyeri kolik dari
intususepsi intermitten. Reseksi kuratif biasanya tidak dimungkinkan. Pembedahan
diindikasikan utnuk obstruksi atau perdarahan.
Neoplasma Persentase
Leiomioma 17
Lipoma 16
Adenoma 14
Polip 14
-Poliposis, Peutz-Jeghenz 3
Hemangioma 10
Fibroma 10
Tumor neurogenik 5
Fibromioma 5
Miksoma 2
Limfangioma 2
Fibroadenoma 1

Jenis dan frekuensi relatif dari neoplasma jinak usus halus

Neoplasma ganas
Adenokarsinoma (paling umum), karsinoid, sarkoma, limfoma. Pasien mengalami diare
dengan mukus/tenesmu, obstruksi dan perdarahan kronis. Biasanya timbul secara
tersembunyi. Terapi adalah reseksi luas, mencakup nodus. Lesi deodenum membutuhkan
pankretikoduodenektomi. Reseksi paliatif untuk mengurangi gejala.obstruksi. Kelangsungan
hidup keseluruhan buruk (rata-rata kelangsungan hidup 5 tahun adalah 20%). Karsinoma
periampular mungkin mempunyai kelangsungan hidup 5 tahun sampai 40%.

Adenokarsinoma
Sekitar 50% dari keganasan usus kecil. Kebanyakan dalam deodenum dan jejunum
proksimal; 50% karsinoma deodenum melibatkan mapula dan berkaitan dengan ikterus
intermitten. Lesi jejunum berkaitan dengan obstruksi.
Sarkoma
Merupakan 20% dari keganasan usus kecil; leiomiosarkoma paling umum. Dapat berdarah
atau mengobstruksi.

Limfoma
Merupakan 10-15% dari keganasan usus kecil. Paling umum dalam ileum. Mungkin
merupakan penyakit usus kecil primer atau bagian dari penyakit sistemik.
Karsinoid
Timbul dari sel enterokromafin (Kulchitdky). Terjadi sama seringnya dengan
adenokarsinoma usus kecil. Potensial keganasan bervariasi. Mensekresi serotonin dan
substansi P. Sindrom karsinoid (warna merah pada wajah, bronkospasme, diare, kolaps
vasomotor, hepatomegali, penyakit katup jantung kanan) terjadi dalam < 50%. Beberapa
orang percaya bahawa metastasis hepatik harus ada sebelum terjadinya sindrom. Paling
sering, karsinoid timbuk dalm apendik (46%), ileum (24%) dan rektum (17%). Tumor
apendiks 3% bermetastasis bila dibandingkan dengan karsinoid ileum (angka metastatik
35%). Dari tumor yang berdiameter <1 cm (75% dari karsinoid gastrointestinal), hanya 2%
yang bermetastasi. Penampilan mayou adalah kuning atau coklat, bulat, nodul keras yang
ditutupi oleh mukosa normal. Gejalanya adalah sindrom karsinoid (jarang) atau nyeri
abdomen, obstruksi, diare dan turunnya berat badan.
Diagnosis serial usus kecil, arteriogram mesenterik, CT scan bermanfaat. Urin untuk
5-HIAA dengan/tanpa perangsangan pentagastrin digunakan untuk diagnosis sindrom.
Sindroma karsinoid ganas jarang terjadi, hanya dalam 6-9% pasien karsinoid. Paling sering
dengan penyakit usus kecil dan metastatik hepatk. Mengalami hepatomegali, diare, warna
merah pada wajah, penyakit kanutng jantung kanan dan asma. Gejala diakibatkan oleh
serotonin, substansi P, kemungkina bradikinin dan prostaglandin E dan F.
Terapi karsinoid primer <1 cm diterapi dengan reseksi usus kecil segmental. Lesi
yang lebih besar atau lesi dengan keterlibatan dari nodus, membutuhkan eksisi luas usus
dengan inklusi dan mesenterium. Karsinoid apendiseal <2 cm membutuhkan hanya
apendiktomi sederhana; >/= 2cm harus menjalani hemikolektomi. Sindrom karsinoid dapat
diterapi dengan reseksi kuratif atau paliatif, atau dengan somastatin kerja lama. Prognosis
keseluruhan 54%, 75% untuk penyakit lokal, 59% untuk penyebaran regional, dan 19%
untuk penyebaran distal. Karena sifatnya yang indulen, membesar, maka digunakan reseksi
paliatif.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR ABDOMEN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses keperawatan diperlukan
pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat memberikan rah kepada
tindakan keperawatan. Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada kecermatan
dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat komponen antara
lain : pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya massa
otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.)
Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau
bantuan).

2. Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil
pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi
diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan.
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor
abdomen antara lain :
Pre operasi
a) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
b) Nyeri (akut) b/d proses penyakit
c) Kurang pengetahuan mengenai prognisis dan kebutuhan pengobatan.
Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
3) Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah klien.

Pre operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Ansietas NOC NIC


berhubungan  Anxiety self-control Anxiety Reduction
dengan status  Anxiety level (penurunan kecemasan)
kesehatan  Coping  Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Kriteria Hasil :  Nyatakan dengan jelas
 Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur
cemas. dan apa yang dirasakan
 Mengidentifikasi, selama prosedur
mengungkapkan dan  Pahami prespektif pasien
menunjukkan tehnik untuk terhadap situasi stres
mengontol cemas.  Temani pasien untuk
 Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
normal. mengurangi takut
 Postur tubuh, ekspresi  Dorong keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivfitas  Lakukan back / neck rub
menunjukkan berkurangnya  Dengarkan dengan penuh
kecemasan. perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Nyeri (akut) b/d NOC : NIC :


proses penyakit  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
 pain control, secara komprehensif
 comfort level termasuk lokasi,
Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi,
keperawatan selama …. Pasien frekuensi, kualitas dan
tidak mengalami nyeri, dengan faktor presipitasi
kriteria hasil:  Observasi reaksi nonverbal
 Mampu mengontrol nyeri dari ketidaknyamanan
(tahu penyebab nyeri,  Bantu pasien dan keluarga
mampu menggunakan untuk mencari dan
tehnik nonfarmakologi menemukan dukungan
untuk mengurangi nyeri,  Kontrol lingkungan yang
mencari bantuan) dapat mempengaruhi nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang dengan pencahayaan dan
menggunakan manajemen kebisingan
nyeri  Kurangi faktor presipitasi
 Mampu mengenali nyeri nyeri
(skala, intensitas, frekuensi  Kaji tipe dan sumber nyeri
dan tanda nyeri) untuk menentukan
 Menyatakan rasa nyaman intervensi
setelah nyeri berkurang  Ajarkan tentang teknik non
 Tanda vital dalam rentang farmakologi: napas dala,
normal relaksasi, distraksi,
 Tidak mengalami kompres hangat/ dingin
gangguan tidur  Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

NOC NIC
Kurang
pengetahuan  Knowledge : Disease Teaching : Disease Proses
mengenai Process  Berikan penilaian tentang
prognisis dan  Knowledge : Health tingkat pengetahuan pasien
kebutuhan Hehavior tentang proses penyakit yang
pengobatan Kriteria Hasil : spesifik
 Pasien dan keluarga  Jelaskan patofisiologidari
menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal
tentang penyakit, kondisi, ini berhubungan dengan
prognosis, dan program anatomi dan fisiologi,
pengobatan dengan cara yang tepat.
 Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan tanda dan gejala
melaksakan prosedur yang yang biasa muncul pada
dijelaskan secara benar penyakit, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa  Identifikasi kemungkinan
yang dijelaskan perawat/tim penyebab, dengan cara yang
kesehatan lainnya tepat
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Hindari jaminan yang
kosong
 Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan ata proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas local,
dengan cara yang tepat
 Intruksikan pasien mengenal
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
Post operasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Keperawatan Hasil

Nyeri berhubungan NOC : NIC :


dengan  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
terputusnya  pain control, secara komprehensif termasuk
kontinuitas  comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan akibat Setelah dilakukan tinfakan frekuensi, kualitas dan faktor
tindakan operasi keperawatan selama …. Pasien presipitasi
tidak mengalami nyeri, dengan  Observasi reaksi nonverbal
kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri  Bantu pasien dan keluarga
(tahu penyebab nyeri, mampu untuk mencari dan
menggunakan tehnik menemukan dukungan
nonfarmakologi untuk  Kontrol lingkungan yang dapat
mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi nyeri seperti
bantuan) suhu ruangan, pencahayaan
 Melaporkan bahwa nyeri dan kebisingan
berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi
menggunakan manajemen nyeri
nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri
 Mampu mengenali nyeri untuk menentukan intervensi
(skala, intensitas, frekuensi  Ajarkan tentang teknik non
dan tanda nyeri) farmakologi: napas dala,
 Menyatakan rasa nyaman relaksasi, distraksi, kompres
setelah nyeri berkurang hangat/ dingin
 Tanda vital dalam rentang  Berikan analgetik untuk
normal mengurangi nyeri: ……...
 Tidak mengalami gangguan  Tingkatkan istirahat
tidur  Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali

Kerusakan
NOC : NIC : Pressure Management
intregitas
kulit/jaringan  Tissue Integrity : Skin and  Anjurkan pasien untuk
berhubungan Mucous Membranes menggunakan pakaian yang
dengan insisi  Wound Healing : primer longgar
bedah dan sekunder  Hindari kerutan pada tempat
Setelah dilakukan tindakan tidur
keperawatan selama…..  Jaga kebersihan kulit agar
kerusakan integritas kulit tetap bersih dan kering
pasien teratasi dengan kriteria  Mobilisasi pasien (ubah posisi
hasil: pasien) setiap dua jam sekali
 Integritas kulit yang baik  Monitor kulit akan adanya
bisa dipertahankan (sensasi, kemerahan
elastisitas, temperatur,  Oleskan lotion atau
hidrasi, pigmentasi) minyak/baby oil pada derah
 Tidak ada luka/lesi pada yang tertekan
kulit  Monitor aktivitas dan
 Perfusi jaringan baik mobilisasi pasien
 Menunjukkan pemahaman  Monitor status nutrisi pasien
dalam proses perbaikan  Memandikan pasien dengan
kulit dan mencegah sabun dan air hangat
terjadinya sedera berulang  Kaji lingkungan dan peralatan
 Mampu melindungi kulit yang menyebabkan tekanan
dan mempertahankan  Observasi luka : lokasi,
kelembaban kulit dan dimensi, kedalaman luka,
perawatan alami karakteristik,warna cairan,
 Menunjukkan terjadinya granulasi, jaringan nekrotik,
proses penyembuhan luka tanda-tanda infeksi lokal,
formasi traktus
 Ajarkan pada keluarga tentang
luka dan perawatan luka
 Kolaburasi ahli gizi pemberian
diae TKTP, vitamin
 Cegah kontaminasi feses dan
urin
 Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
 Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada luka

Resiko infeksi NIC :


NOC :
berhubungan  Pertahankan teknik aseptif
 Immune Status
dengan adanya  Batasi pengunjung bila perlu
 Knowledge : Infection
luka operasi  Cuci tangan setiap sebelum
control
dan sesudah tindakan
 Risk control keperawatan
Setelah dilakukan tindakan
 Gunakan baju, sarung tangan
keperawatan
sebagai alat pelindung
selama…… pasien tidak
mengalami infeksi dengan  Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan
kriteria hasil:
petunjuk umum
 Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi  Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
 Menunjukkan kemampuan
kandung kencing
untuk mencegah
 Tingkatkan intake nutrisi
timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam  Berikan terapi
antibiotik:.................................
batas normal  Monitor tanda dan gejala
 Menunjukkan perilaku infeksi sistemik dan lokal
hidup sehat  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Status imun,  Inspeksi kulit dan membran
gastrointestinal, mukosa terhadap kemerahan,
genitourinaria dalam batas panas, drainase
normal  Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang tercantum pada rencana
keperawatan yang menetapkan waktu dan respon klien.
5. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan semua tahap proses
keperawatan harus dievaluasi. Hasil asuhan keperawatan dengan sesuai dengan
tujuan yang telah di tetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang di harapkan
atau perubahan yang terjadi pada klien.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Doherty GM. Small Intestines. In : Current Diagnosis & Treatment Surgery 13th

edition. 2010. US : McGraw-Hill Companies,p544-55.

2. Hunter JG. Neoplasms in Small Intestine. In : Schwart’s Principles of Surgery 8th

edition. 2007. US : McGraw-Hill Companies.

3. http://www.artikelkeperawatan.info/materi-kuliah-batu-empedu-171.html

4. Heuman DM. Abdominal Neoplasms. 2011. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape. com/article/175667-overview.

5. Silbernagl S, Lang F. Intra Abdominal Masses. 2000. In : Color Atlas of

Pathophysiology. New York : Thieme,p:164-7.

6. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Kelainan di Usus Halus. Dalam : Buku Ajar Ilmu

Bedah. Edisi 1. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 767-73.

7. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Gastrointestinal Tumours. In

: Sabiston Textbook of Surgery 17th edition. 2004. Pennsylvania : Elsevier.

8. Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers TA, Spencer J. Small Intestine

Surgery. In : Washington Manual of Surgery 5th edition. 2008. Washington :

Lippincott Williams & Wilkins.

9. Smeltzer, Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai