PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Utara yaitu suku asli Indian, dengan presentase 64,1% pada wanita dan
29,5% pada pria. Sementara prevalensi yang tinggi juga terdapat pada
wanita negara Chili suku Mapuche Indian asli dan 12,6% pada pria.
Amerika kulit hitam yaitu 13,9% pada wanita dan 5,3% pada pria.
Sedangkan prevalensi terendah ditemukan pada masyarakat Sub-Saharan
yang di singkat dengan “6F” yaitu: fat, fifties, female, fertile, food, dan
resiko yang dimiliki, dimana faktor resikonya terdiri dari usia, jenis
butiran pasir hingga sebesar bola pingpong. Cairan empedu yang mengeras
dan menjadi batu tersebut memiliki banyak batu, bisa juga hanya memiliki
satu batu pada kantong empedu, jika orang tersebut mengidap batu
dan tertimbun dalam cairan empedu. Ini terjadi karena ada ketidak
akan mengalami rasa sakit pada bagian kanan perut yang dating secara
pada saat sebelum tindakan bedah pasien mengalami gejal nyeri mendadak
pasien, serta melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Salah satu intervensi
B. Batasan Masalah
Defisit nutrisi, Berat badan lebih, Obesitas, resiko infeksi, gangguan integritas
fokus penelitian pada studi kasus ini yaitu, Asuhan Keperawatan Pasien
Surabaya .
C. Rumusan Masalah
Cholelitiasis yang sesuai dengan Masalah Keperawatan pre dan post operatif
1. Tujuan Umum
Cholelitiasis yang sesuai dengan Masalah Keperawatan pre dan post operatif
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan pre dan post operatif
yang Mengalami Masalah Keperawatan pada pasien dengan pre dan post
Surabaya.
Surabaya.
E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penulis dapat meningkatkan pengetahuan,
2. Manfaat Praktisi
b. Bagi Pasien
perawat.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Cholelitiasis
Keluhan klinis yang sering ditemukan adalah nyeri pada perut kanan
lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak (Musbahi et al., 2019).
2. Etiologi
atas abdomen di atas ginjal kanan, kolon, lambung, pankreas, dan usus
serta tepat di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi lobus kiri dan
3. Anatomi
panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan
bawah lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan
kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang
sedikit memanjang di atas tepi hati. Korpus merupakan bagian yang sempit
dari kandung empedu yang yerletak anatara korpus dan daerah duktus
kesaluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil Bersatu
membentk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah
hati sebagai duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan
4. Fisiologi
(Reinecke,2018).
5. Faktor Resiko
Faktor resiko untuk Cholelithiasis, yaitu:
a. Usia
Risiko untuk terkena Cholelithiasis meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia >40 tahun lebih
cenderung untuk terkena Cholelithiasis dibandingkan dengan
orang dengan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat, 20%
wanita lebih dari 40 tahun mengidap batu empedu. Semakin
meningkat usia, prevelensi batu empedu semakin tinggi.
Hal ini disebabkan:
1. Batu empedu sangat jarang mengalami sisolusi spontan.
2. Meningkatnya sekresi kolestrol ke dalam empedu sesuai
dengan bertambahnya usia
3. Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semkin
bertambah.
b. Jenis kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena
Cholelithiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh
hormone esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolestrol oleh kandung empedu. Hingga decade ke-6, 20 % wanita
dan 10% pria menderita batu empedu dan prevelensinya
meningkat dengan bertambahnya usia, walaupaun umumnya selalu
pada wanita.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai
resiko lebih tinggi untuk terjadi Cholelithiasis. Ini dikarenakan
dengan tingginya BMI maka kadar kolestrol dalam kandung
empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta
mengurangi kontaraksi / pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama
lemak hewani beresiko untuk menderita Cholelithiasis. Kolestrol
merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolestrol yang
terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal, cairan
emoedu dapat mengendap dan lama kelamman menjadi batu.
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat
mengakibatkan gangguan terhadap undur kimia dari empedu dan
dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya Cholelithiasis. Ini mungkin disebabkan oleh
kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
f. Nutrisi intra-vena jangka lama
Nutisi intra-vena jangka lama mengakibatkan kandung
empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada
makanan/nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk
terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu
6. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun
dari pigmen dan tersusun dari kolestrol. Batu pigmen, akan terbentuk
apabila pigmen yang terkonjugasu salam empedu mengalami
presipitasi atau pengendapan, sehingga terjadi batu empedu. Resiko
terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien serosis,
hemolysis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat
dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu kolestrol,
merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut
dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin
(fosfo lipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung mendrita
batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan
peningkatan sintesis kolestroldalam hati, mengakibatkan supersaturasi
getah empedu oleh kolestrol dan keluar dari getah empedu mengendap
membentuk batu. Getah mepedu yang jenuh oleh kolestrol merupakan
predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan sebagai
iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu
(Nanda,2020).
Wanita yang menderita batu kolestrol dan penyakit kandung
empedu 4 kali lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada
wanita berusia >40 tahun, multipara, obesitas. Pendrita batu empedu
meningkat padapenggunakontrasepsi pil, esterogen dan klofibrat yang
diketahui meningkatkan saturasi kolestrol bilier. Insiden pembentukan
batu meningkat bersamaan dengan penambahan umur, karena
bertambahnya sekresi kolestrol oleh hati dan menurunnya sintensis
asam empedu juga meningkat akibat mal absors garam empedu pada
pasien dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi resei usu, dan
DM. (Ferreira Junior et al., 2019).
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien Cholelithiasis sangat bervariasi, ada
yang mengalami gejala asimptomatik dan gejala simpotamik. Pasien
Cholelithiasis dapat mengalami dua jenis gejala: gejala yang
disebabkan oleh penyakit kandung empedu oleh batu empedu.
Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrum, seperti
rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran
kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi bila
individu mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng
(Nanda, 2020).
Gejala yang mungkin timbul pada pasien Cholelithiasis adalah
nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan feses dan
defisiensi vitamin. Pada pasien yang mengalami nyeri dan kolik bilier
disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus sistikus yang
tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan
menimbulkan infeksi. Kolik bilier tersebut disertai nyeri hebat pada
abdomen kuadran kanan atas, pasien akan mengalami mual dan
muntah dalam beberapa jam sesudah mengkonsumsi makanan dalam
porsi besar (Nanda, 2020).
8. Komplikasi
jiwa
masyarakat untuk hidup sehat, menjaga pola makan, dan perilaku atau
dan perbanyak minum air putih. Pada pasien yang sudah didiagnosa
(Bruno, 2019).
melalui jalur berikut ini: melalui selang atau kateter yang dipasang
al, 2020).
Endoscopi Retrograde Cholangi Pancreatography (ERCP)
pemeriksaan sisnar-x.
b. Ultrasonografi
dilatasi.
percabangan bilier.
denga jelas.
11. Pathway
Komplikasi menurut
medium awal.
b. Komplikasi jangka pendek 1-14 hari pertama
sebagai berikut :
3) Embolisme serebral
11. Pencegahan
g. Hindari stres den depresi karena bila keduanya tidak bisa teratasi
darah exstra.
mengumpal.
Berikut adalah masalah yang timbul bagi pasien pre dan post Cholelithiasis,
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Klien
selanjutnya.
1) Keluhan Utama
tersebut.
penyakit cholelithiasis.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum:
a) Penampilan Umum
keadaan klien
c) Tanda-tanda Vital
(TPRS)
2) Sistem Endokrin
empedu.
d. Pola aktivitas
1) Nutrisi
2) Aktivitas
3) Aspek Psikologis
suasana hati
4) Aspek Penunjang
meningkat)
Ada lima tipe diagnosa, yaitu actual, resiko, kemungkinan, sehat dan
Masalah dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan
kelomppok lain pada situasi yang sam atau hamper sama. Diagnosa
keadaan inin masalah dan faktor pendukung belum ada tetapi sudah
(Inflamasi).
makanan
intensial
cairan
operasi)
yaitu:
b. Afasia Motorik
c. Afasia Global
Afasia global merupakan bentuk afasia yang paling berat.
adalah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada
4. Penatalaksanaan Afasia
mengeluarkan kata yang solid dan jelas dan dapat dimengerti (Aini,
2006).
ide atau fikiran mengucapkan bunyi atau suara yang mempunyai arti
mulut bibir serta organ bicara lain yang merupakan obyek belajar serta
menarik perhatian .
mengeluarkan ide yang ada dalam bentuk kata- kata, serta perluasan
dimengerti.
berikut :
1. Pengkajian
b. Keluhan Utama
kegemukan.
mellitus.
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing / Pernafasan)
b. B2 (Bleeding / sirkulasi )
menyebabkan hipertensi.
c. B3 (Brain / Persyarafan )
pengkajian B3 meliputi :
Panjang.
4) Pengkajian saraf :
diinterpresentasikan.
mata
suara.
3. Pemeriksaan Reflek
Pemerikasaan reflek dilakukan paling akhir, pasien dalam posisi
1 Berkurang
2 Normal
1) Reflek patella
periksa:
1) Kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terhadap tahanan, dagu tidak
2) Tanda brundzunsky I
3) Tanda brundzunsky II
secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi
4) Tanda kerniq
1350 terhadap tungkai atas. kerniq (+) bila exstensi lutut pasif
5) Test Kasegue
d. B4 (Bladder /perkemihan )
e. B5 (Bowel / pencernaan)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan penurunan kekuatan
otot, tonus otot meningkat himerparesis. selain itu juga perlu di kaji
pemeriksaan
5: kekuatan utuh
4. Diagnosa Keperawatan
sirkulasi serebral.
b. Gangguan mobilitas fisik berrhubungan dengan gangguan
neuromuskular.
5. Intervensi Keperawatan
sirkulasi serebral.
neuromuskular.
6. Implementasi Keperawatan
bicara.
7. Evaluasi Keperawatan
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta untuk menilai
apakah masalah yang terjadi sudah teratasi semuanya atau hanya sebagian,
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu
2020.
C. Subyek Penulisan
D. Pengumpulan Data
1. Wawancara
sumber data lainya dari keluarga maupun dari tenaga perawat lainya ).
2. Observasi
3. Studi Dokumentasi
tubuh.
F. Analisa Data
1. Pengumpulan data
2. Penyajian Data
3. Kesimpulan
G. Etika Penelitian
data, hanya diberi kode tertentu pada masing- masing lembar data
tersebut.
3. Confidentiality (Kerasahasiaan)
penelitian.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
H. Hasil
“Motto“ menebar senyum dan salam. RSU Al-Islam H.M Mawardi ini
terletak di sebelah jalan raya sehingga dapat di tempuh dengan
angkutan umum atau mobil pribadi. Fasilitas yang ada di RSU Al-
Islam H.M Mawardi yaitu, Unit Gawat Darurat (UGD) 24 Jam (poli
kandungan, poli THT, poli anak, poli syaraf, poli paru, poli interna,
poli bedah, poli umum, poli mata, poli gigi). Sedangkan ruang rawat
inap terdiri dari, ruang inap tulip (VIP), ruang inap dewasa sofa (kelas
I), ruang inap wardah (kelas II), ruang Inap marwah (kelas III), ruang
firdaus III, ruang wardha (kelas I), ruang darusallam (kelas II) dan
instansi bedah minor, instalasi gizi, kamar operasi, apotek, depo obat,
mayat.
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Tabel 4.1 Identitas Pasien
a. Genogram Pasien 1
b. Genogram Pasien 2
Gambar 4.2Genogram pasien 2
= Perempuan
= Laki-laki
= Meningal
= Pasien
Keluarga Keluarga
3) Ritual Agama mengatakan saat mengatakan saat
sebelum sakit sebelum sakit
pasien beribada pasien beribada
sholat 5 waktu. sholat 5 waktu dan
mengikuti
pengajian.
9. Body System
a. Pernafasan (B1: Breathing)
Tabel 4.9 Pernafasan
b. Kardiovaskular(B2: Bleeding)
Tabel 4.10 Kardiovaskular
Cor
1. Inspeksi Simetris Simetris
Pasien 1
3) Yang
disukai Semua suka Semua suka Semua suka Semua suka
4) Yang tidak
disukai Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2x/hari
3) Sikat gigi 3x/hari 2x/hari 3x/hari
Selama
4) Memotong 1x/minggu Selama 1x/minggu dirawat tidak
kuku dirawat tidak memotong
memotong kuku.
kuku.
Pasien 1
Tanggal Jenis Hasil Nilai rujukan Ket
Pemeriksa Pemeriksaan
an
16 Februari WBC 10.4X10^3/U\uL 4.8-10.8
2020 Lymph# 2.5X10^3/UL 0.8-4.8
Mid# 0.9X10^3/uL 0.1-0.9
Gran# 7.0X10^3/uL 2.0-7.0
Lymph# 24.3 % 20.0-40.0
Mid 8.5% 3.0-9.0
Gran# 67.2% 50.0-70.0
18 Februari Elektrolit
2020 ise
Faal Ginjal
2. Urio acid 7.0 Lk:2.06.0mg/dl
Pr.1-5-
5.0mg/dl
Lemak
3. LDL 103 <150 mg/dl
Kolesterol
4. trigliserida 292 <150 mg/dl
Pasien 2
Tanggal Jenis Hasil Nilai rujukan Ket
pemeriksa pemeriksaa
an n
22 Februari WBC 6.8 X10^3/ul 4.8-10.8
2020 Lymph# 2.0 X10^3/ul 0.8-4.0
Mid# 0.5 X10^3/ul 0.1-0.9
Gran# 4,3 X10^3/ul 2.0-7.0
Lymph# 29.6% 20.0-40.0
Mid 7.6% 3.0-9.0
Gran# 62,8% 50.0-70.0
Lemak
3. LDL 174.7 <150 mg/dl
Kolesterol
4. trigliserida 95 <150 mg/dl
Pasien 1
Data DS/DO Etiologi Masalah
DS: Keluarga mengatakan Penurunan Gangguan
pasien mengeluh bicara terasa sirkulasi serebral komunikasi
berat, sulit mengungkapkan verbal
kata, bicara pelo.
5555 3333
5555 3333
Pasien 2
Data DS/DO Etiologi Masalah
DS: Keluarga mengatakan Penurunan Gangguan
pasien mengeluh bicara pelo, sirkulasi serebral komunikasi
lidah terasa berat dan kaku, verbal
pasien sulit memahami
komunikasi.
5555 1111
5555 1111
- aktivitas pasien
dibantu keluarga
maupun perawat
Diagnosa Keperawatan
Pasien 1
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
penurunan sirkulasi serebral
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
Pasien 2
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
penurunan sirkulasi serebral
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
Melatih pasien Melatih pasien untuk menulis atau Melibatkan keluarga dalam proses
09.00 menggunakan metode 10.00 menggunakan Bahasa isyarat. 09.00 latihan komunikasi
komunikasi (misalnya R/Pasien Kooperatif
dengan tulisan, isyarat Memberikan edukasi kepada
tangan ). Melibatkan keluarga dalam 12.30 keluarga untuk terus saling
R/Pasien Kooperatif 11.00 memahi emosional dan perilaku berkomunikasi pada pasien.
sebagai bentuk komunikasi.
Melatih pasien untuk R/koperaif dalam terapi a. Obsevasi TTV
09.20 mengulangi kata yang di 13.15 TD:140/80mmHg
sampaikan. Memberikan edukasi kepada N:88x/menit
R/Pasien Kooperatif 12.35 keluarga untuk terus saling S:36.50 C
berkomunikasi pada pasien. RR: 20x/menit
Menganjurkan pasien dan R/Pasien Kooperatif b. Keadaan umum pasien lemah
10.30 keluarga untuk terus saling
berkomunikasi demi a. Obsevasi TTV
melatih kemampuan bicara. 13.25 TD:140/90mmHg
R/Pasien Kooperatif N:88x/menit
S:36.20 C
a. obsevasi TTV RR: 20x/menit
12.45 TD:158/86mmHg b. Keadaan umum pasien
N:71x/menit lemah
S:36.
RR:19x/menit
b. keadaan umum pasien
lemah
16. Evaluasi
Tabel 4.22 Evaluasi
PEMBAHASAN
dan Ny. S dengan ini penulis akan membahas prioritas masalah diagnosa
A. PENGKAJIAN
badan terasa lemas, tangan dan kaki kiri terasa lemah,. pemeriksaan
diketahui Tekanan Darah :180/90 mmHg, S: 360 C, Nadi :88x/ menit,
5555 3333
5555 3333
keluarga mengatkan pasien mengeluh mual dan pusing, cenut-cenut, kaki dan
tangan kiri terasa lemah serta susah digerakan, bicara pelo, lidah terasa berat
5555 1111
5555 1111
Tanda gejala klinis yang mungkin didapatkan pada pasien dengan masalah
(Wiwik,2010)
B. ANALISA DATA
satu prioritas yang harus segera ditangani karena jika tidak segera
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
proses terhadap masalah kesehatan yang bersifat actual dan potensial yang
perawat (Deborra,2011)
sirkulasi srebral yang menjadi diagnosa priorotas yang ada pada studi
dengan alasan karena pada saat pengkajian didapatkan data subyektif pada
keluarga mengatakan pasien mengeluh bicara pelo, lidah terasa berat dan
kaku, pasien sulit memahami komunikasi, dan data obyektif kedua pasien
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
tindakan.
keperawatan selama 3x24 jam diharapkaan pasien (Tn.A dan Ny.S) akan
menunjukan tanda- tanda vital dalam batas normal dan keadaan umum
membaik.
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI
lidah masi terasa kaku, data obyektif yang di peroleh pasien tampak
begitu jelas, data obyektif yang diperoleh pasien tampak lebih baik ,
bicara pelo sudah mulai berkurang, bicara tidak begitu jelas,GCS: 456,
sedikit jelas, walau tidak banyak kata yang diucapkan data obyektif yang
diperoleh pasien tampak lebih baik, saat bicara pelo sudah mulai
dihentikan.
terasa berat data obyektif yang diperoleh pasien tampak lemah, saat bicara
bicara masi pelo dan lidah masih terasa berat data obyektif yang diperoleh
pasien tampak lemah, saat bicara pelo, bicara tidak jelas,GCS: 456,
sedikit, walau tidak jelas, bicara masih pelo dan lidah masi terasa berat,
data obyektif yang diperoleh pasien tampak lemah, saat bicara pelo, bicara
A. Kimpulan
1. Pengkajian
komunikasinya.
2. Diagnosa Keperawatan
fisik dan juga Ny. S yang memiliki diagnosa keperawatan yang sama
3. Intervensi Keperawatan
Sesuai dengan diagnosa yang ditegakan yaitu masalah hambatan
hambatan mobilitas fisik pada pasien 1 dan pasien 2 juga sesuai dengan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Pada Ny.S evaluasi pada hari ke tiga keluarga mengatakan pasien sudah
bisa berbicara sedikit-sedikit walau tidak jelas, bicara masi pelo dan pasien
B. SARAN
Sesuai dengan judul penulisan studi kasus Asuhan Keperawatan Pasien
Sidorajo.
keluarga.
3. Bagi Penulis
dari studi kasus ini untuk menghasilkan karya yang dapat diterima dengan