PENDAHULUAN
Penyakit batu empedu saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
frekuensi kejadiannya yang tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban
sosial bagi masyarakat. Sampai saat ini di Indonesia belum ada data resmi angka
kejadian penyakit ini. Di Inggris lebih dari 40.000 kolesistektomi dilakukan setiap
Insiden batu pada saluran empedu ± 12% yang ditemukan sebelum atau pada saat
empedu. Batu empedu dan saluran empedu terutama ditemukan di Barat, namun
frekuensinya di negara-negara Afrika dan Asia terus meningkat selama abad ke 20. Di
Tokyo angka k ejadian penyakit ini telah meningkat menjadi dua kali lipat sejak tahun
1940.Batu empedu mengandung komponen asam empedu yang sukar larut, yang
mengendap pada matriks tiga dimensi musin dan protein. Dalam endapan ini
1.
1.3 tujuan
BAB II
Pembahasan
2.1PENGERTIAN
Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis,
sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.Batu empedu adalah
penyakit yang paling sering ditemukan dalam saluran bilier. Beberapa keadaan lain
yang menjadi predisposisi,diantaranya obesitas,kehamilan,factor diet, penyakit
crohn’s,resek ileum terminal, kelainan hematologis seperti anemiasel sabit dan
thalassemia. Wanita dibanding laki-laki adalah 2 : 1, dan bila terdapat riwayat anggota
keluarga yang terkena dengan penyakit ini maka anggota keluarga lainnya memiliki
risiko dua kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
2.2Etiologi
Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor resikonya adalah :
1. Usia lanjut
2. Kegemukan (obesitas)
3.
Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya
terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol
yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena
kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan diluar
empedu.
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian
besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran
balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan
kandung empedu.
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat
saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati.
Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera
menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah
dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.
2.3 GEJALA
Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan
gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang
besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus
halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu).
Yang lebih sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan
masuk ke dalam saluran empedu. Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke
usus halus atau tetap berada di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan
aliran empedu maupun gejala.
Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka penderita
akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal sebagai nyeri kolik.
Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara
bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul, bisa berlangsung sampai beberapa
jam. Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah
kanan dan bias menjalar ke bahu kanan.
Penderita seringkali merasakan mual dan muntah. Jika terjadi infeksi bersamaan
dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam, menggigil dan sakit kuning
(jaundice).
Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi infeksi.Nyeri
akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat penyumbatan
kandung empedu.
Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan terjadinya peradangan
kandung empedu (kolesistitis akut). Batu empedu yang menyumbat duktus
pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri,
jaundice dan mungkin juga infeksi. Kadang nyeri yang hilang-timbul kambuh kembali
setelah kandung empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu
empedu di dalam saluran empedu utama.
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin segera terjadi adalah:
1. Perdarahan
2. Peradangan pankreas (pankreatitis).
3. Perforasi atau infeksi saluran empedu.
4. Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagi.
2.5 KLASIFIKASI
1. Batu Kandung Empedu
Jika batu kandung emped menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah
dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan
kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak
menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan
pembatasan makanan. Sekitar 1-5 orang dari setiap 1.000 orang yang menjalani
kolesistektom meninggal.
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan sekarang
ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi.
Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di
dinding perut.
Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
Mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
Memperpendek masa perawatan di rumah sakit.
Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagiBatu
kandung empedu tidak dapat diangkat melalui prosedur ERCP
ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih
tua, yang kandung empedunya telah diangkat.
Prevention :
Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari
makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak
2.6 PENCEGAHAN
Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya
menghindari makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak
hewani.
2.7PENATALAKSANAAN
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang
hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi
makanan berlemak.
2.9 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian
besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu. Batu empedu bisa
terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik karena
adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan kandung empedu.
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat
saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika
saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera
menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah
dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.
Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan
gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang
besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus
halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu).
Yang lebih sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan
masuk ke dalam saluran empedu. Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke
usus halus atau tetap berada di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan
aliran empedu maupun gejala.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
GANGGUAN BATU EMPEDU
3.1 PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan istirahat:
- Subyektif : kelemahan
- Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
- Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
- Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
- Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan
atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)
- Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
- Obyektif :
Kegemukan
Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
- Subyektif :
Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
Nyeri apigastrium setelah makan.
Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
- Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini
dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi :
- Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak
nyaman.
7. Keamanan :
- Obyektif : Demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung
perdarahan ( defisiensi Vit K ).
8. Belajar mengajar :
- Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu
kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran
cerna bagian bawah.
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990,
Jakarta, P: 586-588.