Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Penyakit batu empedu saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena

frekuensi kejadiannya yang tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban

sosial bagi masyarakat. Sampai saat ini di Indonesia belum ada data resmi angka

kejadian penyakit ini. Di Inggris lebih dari 40.000 kolesistektomi dilakukan setiap

tahun sedangkan di Amerika dilakukan kolesistektomi lebih dari 500.000setiap tahun.

Insiden batu pada saluran empedu ± 12% yang ditemukan sebelum atau pada saat

kolesistektomi. Di Inggris sekitar 4000 pasien dilakukan pembersihan batu saluran

empedu. Batu empedu dan saluran empedu terutama ditemukan di Barat, namun

frekuensinya di negara-negara Afrika dan Asia terus meningkat selama abad ke 20. Di

Tokyo angka k ejadian penyakit ini telah meningkat menjadi dua kali lipat sejak tahun

1940.Batu empedu mengandung komponen asam empedu yang sukar larut, yang

mengendap pada matriks tiga dimensi musin dan protein. Dalam endapan ini

terkandung juga kolesterol, calcium bilirubinatesserta garam kalsium fosfat,karbonat

atau palmitat. Sedangkan matriksnya terutama terdiri dari polymeric mucin

glycoproteindan sejumlah kecil polipeptida.

1.2 rumusan masalah

1.

1.3 tujuan
BAB II
Pembahasan

2.1PENGERTIAN
Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis,
sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.Batu empedu adalah
penyakit yang paling sering ditemukan dalam saluran bilier. Beberapa keadaan lain
yang menjadi predisposisi,diantaranya obesitas,kehamilan,factor diet, penyakit
crohn’s,resek ileum terminal, kelainan hematologis seperti anemiasel sabit dan
thalassemia. Wanita dibanding laki-laki adalah 2 : 1, dan bila terdapat riwayat anggota
keluarga yang terkena dengan penyakit ini maka anggota keluarga lainnya memiliki
risiko dua kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

2.2Etiologi
Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor resikonya adalah :
1. Usia lanjut
2. Kegemukan (obesitas)
3.

4. Diet tinggi lemak


5. Faktor keturunan.

Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya
terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol
yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena
kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan diluar
empedu.
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian
besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran
balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan
kandung empedu.
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat
saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati.
Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera
menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah
dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.

2.3 GEJALA
Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan
gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang
besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus
halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu).
Yang lebih sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan
masuk ke dalam saluran empedu. Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke
usus halus atau tetap berada di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan
aliran empedu maupun gejala.
Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka penderita
akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal sebagai nyeri kolik.
Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara
bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul, bisa berlangsung sampai beberapa
jam. Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah
kanan dan bias menjalar ke bahu kanan.
Penderita seringkali merasakan mual dan muntah. Jika terjadi infeksi bersamaan
dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam, menggigil dan sakit kuning
(jaundice).
Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi infeksi.Nyeri
akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat penyumbatan
kandung empedu.
Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan terjadinya peradangan
kandung empedu (kolesistitis akut). Batu empedu yang menyumbat duktus
pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri,
jaundice dan mungkin juga infeksi. Kadang nyeri yang hilang-timbul kambuh kembali
setelah kandung empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu
empedu di dalam saluran empedu utama.

2.4 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin segera terjadi adalah:
1. Perdarahan
2. Peradangan pankreas (pankreatitis).
3. Perforasi atau infeksi saluran empedu.
4. Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagi.

2.5 KLASIFIKASI
1. Batu Kandung Empedu
Jika batu kandung emped menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah
dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan
kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak
menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan
pembatasan makanan. Sekitar 1-5 orang dari setiap 1.000 orang yang menjalani
kolesistektom meninggal.
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan sekarang
ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi.

Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di
dinding perut.
Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
 Mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
 Memperpendek masa perawatan di rumah sakit.

Teknik lainnya untuk menghilangkan batu kandung empedu adalah:


 Pelarutan dengan metil-butil-eter
 Pemecahan dengan gelombang suara (litotripsi)
 Pelarutan dengan terapi asam empedu menahun (asam kenodiol dan asam
ursodeoksikolik).
2. Batu Saluran Empedu
Batu saluran empedu bisa menyebabkan masalah yang serius, karena itu harus
dikeluarkan baik melalui pembedahan perut maupun melalui suatu prosedur yang
disebutendoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP).
Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan,
lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran
empedu melalui sebuah selang di dalam sfingter Oddi.
Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang
menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus.
ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari
4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi,
sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut.
Komplikasi yang mungkin segera terjadi adalah:
 Perdarahan
 Peradangan pankreas (pankreatitis)
 Perforasi atau infeksi saluran empedu.

Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagiBatu
kandung empedu tidak dapat diangkat melalui prosedur ERCP
ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih
tua, yang kandung empedunya telah diangkat.

Prevention :
Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari
makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak

2.6 PENCEGAHAN
Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya
menghindari makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak
hewani.

2.7PENATALAKSANAAN
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang
hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi
makanan berlemak.

2.8 FAKTOR RISIKO


Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor risikonya adalah :
1. Usia lanjut.
2. Kegemukan (obesitas).
3. Diet tinggi lemak.
4. Faktor keturunan.

2.9 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian
besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu. Batu empedu bisa
terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik karena
adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan kandung empedu.
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat
saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika
saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera
menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah
dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.
Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan
gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang
besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus
halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu).
Yang lebih sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan
masuk ke dalam saluran empedu. Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke
usus halus atau tetap berada di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan
aliran empedu maupun gejala.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
GANGGUAN BATU EMPEDU

3.1 PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan istirahat:
- Subyektif : kelemahan
- Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
- Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
- Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
- Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan
atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)
- Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
 Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
 Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
 Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
- Obyektif :
 Kegemukan
 Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
- Subyektif :
 Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
 Nyeri apigastrium setelah makan.
 Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
- Obyektif :
 Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini
dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi :
- Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak
nyaman.
7. Keamanan :
- Obyektif : Demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung
perdarahan ( defisiensi Vit K ).
8. Belajar mengajar :
- Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu
kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran
cerna bagian bawah.

32. PRIORITAS KEPERAWATAN


 Mengurangi nyeri dan meningkatkan istirahat.
 Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Cegah komplikasi.
 Berikan imformai tentang proses penyakit, prognosa dan pengobatan yang
dibutuhkan.

3.3 TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


 Mengurangi nyeri.
 Pencapaian keseimbangan (Homeostasis).
 Mencegah komplikasi seminimal mungkin.
 Proses penyakit, ramalan dan proses pengobatan.

3.4. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri (akut) sehubungan dengan : Trauma biologi obstruksi/spasme saluran
proses peradangan, iskhemi/nekrosis jaringan, ditandai dengan :
- Keluhanon nyeri, colik billiary (frequensi nyeri).
- Ekspresi wajah saat nyeri, prilaku yang hati-hati.
- Respon autonomik (perubahan pada tekanan darah ,nadi).
- Fokus terhadap diri yang terbatas.

2. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan : Penigkatan kehilangan


cairan lambung : muntah, distensi dan hipermolity gaster.
- Pengobatan yang mempunyai efek mengurangi cairan.
- Proses pembekuan
- Tanda dan gejala yang tidak stabil tidak dapat diaplikasikan pada diagnosa yang
aktual.

3. Potensial gangguan Nutrisi : Kurang dari yang dibutuhkan tubuh,


sehubungan dengan: Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi :
- Dibebankan pada diri sendiri dan dibatasi makanan yang diberikan, mual,
muntah, dispepsia, kesakitan.
- Kehilangan nutrisi, mempengaruhi pencernaan yang disebabkan karena
gangguan/penyempitan saluran empedu.

4. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan,


sehubugan dengan :
- Menanyakan kembali tentang imformasi.
- Mis Interpretasi imformasi.
- Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.

Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis,


Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih


Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990,
Jakarta, P: 586-588.

Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica Ester, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai