Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MENERAPKAN PRINSIP ETIK

DALAM ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Oleh :

I Gede Agus Okta Wahyu Nugraha (P07120219052)

Ni Kadek Sinta Pradnya Devi Anjani (P07120219057)

Ni Ketut Restu Aditya Putri (P07120219058)

Putu Defri Githayani (P07120219062)

Ni Wayan Sri Wahyuni (P07120219067)

Ni Kadek Tika Diyanti (P07120219072)

Kadek Melinda Sukmadewi (P07120219073)

Kadek Fransiska Sintya Dewi (P07120219074)

Ni Made Winda Permatasari (P07120219076)

Ni Luh Putu Marcella Dewi (P07120219077)

Vena Herlina Harmin (P07120219084)

Ida Bagus Eka Utama Putra (P07120219085)

Ni Komang Ayu Santi Wulandari (P07120219098)

S.Tr Keperawatan / I B

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas berupa makalah yang
berjudul " Makalah menerapkan prinsip Etik dalam asuhan Keperawatan Gawat
Darurat”. Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dan masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun di harapkan agar dapat
memperbaiki kesalahan, dan demi kemajuan dimasa yang akan datang. Semoga
Makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 27 januari 2020

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan Masalah ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
2.1. Pengertian ........................................................................................................ 4
2.2. Prinsip Gawat Darurat .................................................................................... 4
2.3. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis dan Kegawatdaruratan ..................... 5
2.4. Kode Etik Keperawatan Gawat Darurat ....................................................... 6
2.5. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat ....................................................... 7
2.6. Delapan Prinsip Etik ........................................................................................ 8
2.7. Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau dari Aspek Hukum ........................ 9
2.8. Contoh Kasus .................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Etika (Etimologi),berasal dari bahasaYunani adalah “Ethos”, yang berarti


watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang
dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan),dan menghindari hal-hal tindakan
yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya ,tetapi dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan
yang dilakukan, sedangkan Etika adalah untuk pengkajian system nilai-nilai yang
berlaku.
Etika adalah : Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia sejauh
yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.
Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat,
bermutu, dan terjangkau. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan paripurna
bermutu (preventif,promotif,kuratifdanrehabilitatif) diperlukan kerjasama yang
harmonis antara semua tenaga kesehatan. Namun, keberhasilan tim kesehatan dalam
menunaikan tugasnya yang kompleks itu bukan saja ditentukan oleh pengetahuan dan
keterampilan mereka, melainkan juga oleh perilaku (professionalbehaviour), etik(
bioethics), dan moral. Dengan kata lain, bahwa pelayanan kesehatan tidak bias
dipisahkan dari pelayanan mediko-etikolegal.
Keperawatan gawat darurat keperawatan suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,

1
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Gawat darurat (Emergensi)
adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera yang untuk menanggulangi
ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul secara tiba-tiba. Keterlambatan
penanganan dapat membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
mengancam kehidupan. Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena
suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak
segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal. Pada
Keperawatan Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan yang merupakan suatu
proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan
kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan
dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan masalah melalui pendekatan
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya. Dalam hal ini aspek
etik sangat diperlukan dalam penerapan praktek keperawatan dimana tindakan mandiri
perawat professional melalui kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga,
kelompok atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian kode etik dalam keperawatan Kegawat Daruratan ?
2. Bagaimana Kode Etik Keperawatan Gawat Darurat ?
3. Apa Fungsi Kode Etik Keperawatan ?
4. Apa Tujuan Kode Etik Keperawatan ?
5. Apa Prinsip Moral Etik ?
6. Apa Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau Dari Aspek Hukum?

1.3. Tujuan Masalah


1. Mengetahui engertian Kode Etik Dalam Keperawatan Kegawat Daruratan

2
2. Mengetahui Kode Etik Keperawatan Gawat Darurat

3. Mengetahui Apa Fungsi Kode Etik Keperawatan

4. Mengetahui Tujuan Kode Etik Keperawatan

5. Mengetahui Prinsip Moral Etik

6. Mengetahui Apa Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau Dari Aspek Hukum

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa
tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly,
1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut,
maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak
tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan, kode etik tersebut bertujuan
sebagai pelindung antara perawat dengan tenaga medis, klien dan tenaga kesehatan
lainnya, sehingga tercipta kolaborasi maksimal.
Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan
segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat, dan cepat. Apabila tidak
mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan
anggota tubuhnya seumur hidup.

2.2. Prinsip Gawat Darurat

Prinsip dalam Kegawatdaruratan, yaitu:

a. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan


panik).

b. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.

c. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang


mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat,
keracunan).

4
d. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara
menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika
ada ortopnea), lindungi korban dari kedinginan.

e. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk
menenangkan dan yakinkan akan ditolong.

f. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika


hanya ada kondisi yang membahayakan.

g. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan


kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat.

h. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai


dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.

Dalam beberapa jenis keadaan kegawatdaruratan yang telah disepakati


pimpinan masing-masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan
Protap yang telah tersedia, maka perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat dapat bertindak langsung sesuai dengan prosedur tetap rumah sakit
yang berlaku. Peran ini sangat dekat kaitannya dengan upaya penyelamatan
jiwa pasien secara langsung.

2.3. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis dan Kegawatdaruratan

1. ICU (Intensive Care Unit)

ICU adalah ruangan perawatan intensif dengan peralatan-peralatan


khusus untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau
kompikasi lain. Misalnya terdapat sebuah kasus dalam sistem persyarafan
dengan klien A cedera medula spinalis, cedera tulang belakang, klien mengeluh
nyeri, serta terbatasnya pergerakan klien dan punggung habis jatuh dari tangga.

5
Dengan klien B epilepsi mengalami fase kejang tonik dan klonik pada saat
serangan epilepsi dirumahnya.

Dua kasus diatas memiliki sebuah perbedaan yang jelas dengan melihat
kasus tersebut, yang meski dilakukan oleh seorang perawat adalah melihat
kondisi si klien B maka lebih diutamakan dibandingkan dengan klien A karena
pada klien B kondisi gawat daruratnya disebabkan oleh adanya penyakit
epilepsi. Sedangkan untuk klien A dalam kondisi gawat darurat juga akan tetapi
ia masuk kedalam unit atau bagian gawat darurat (UGD) bukan berarti tidak
diperdulikan.

2. UGD (Unit Gawat Darurat)

UGD merupakan unit atau bagian yang memberikan pelayanan gawat


darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami
kecelakaan. Seperti pada kasus diatas pada klien A, ia mengalami suatu
kecelakaan yang mengakibatkan cedera tulang belakang dengan demikian yang
meski dibawa ke UGD adalah yang klien A yang mengalami kecelakaan
tersebut.

2.4. Kode Etik Keperawatan Gawat Darurat

1) Perawat emergensi memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat


kemanusiaan dan keunikan klien.
2) Perawat emergensi mempertahankan kompetensi dan tanggung jawab dalam
praktek keperawatan emergensi.
3) Perawat emergensi melindungi klien manakala mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tidak cakap, tidak legal, sehingga keselamatannya terancam.

6
4) Perawat emergensi selalu belajar mengimplementasikan, dan meningkatkan
pengetahuan.
5) Perawat emergensi bekerja sama dengan profesional kesehatan lain dan
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan.

2.5. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan yang ditujukan


kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya/ anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secara cepat dan tepat.

Peran, Fungsi dan Kewenangan Perawat dalam gawat darurat.

Peran dan tanggung jawab sebagai “First Responder”

First Responder/Orang yang merespon pertama kali adalah orang yang terlatih
secara medis yang datang pertama kali ke lokasi kejadian gawat darurat.

1) Pra Rumah Sakit

a) Segera merespon untuk datang ke lokasi kejadian.

b) Melindungi diri sendiri.

c) Melindungi pasien dan lokasi dari kemungkinan bahaya lebih


lanjut.

d) Memanggil bantuan yang tepat (pemadam kebakaran, tim SAR,


polisi, dll)

e) Lakukan pengkajian terhadap pasien.

f) Lakukan perawatan dan tindakan emergency yang dibutuhkan

g) Pindahkan pasien jika diperlukan

h) Dokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan

7
2) Dalam Rumah Sakit

a) Peran perawat melakukan triase mengkaji dan menetapkan


prioritas dalam spektrum yang lebih luas terhadap kondisi klinis
pada berbagai keadaan yang bersifat mendadak mulai dari
ancaman nyawa sampai kondisi kronis.Perawat yang melakukan
triase adalah perawat yang telah mempunyai kualifikasi spesialis
keperawatan gawat darurat dengan adanya kebijakan pimpinan
rumah sakit.

b) Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-


individu dari semua umur dan berbagai kondisi.

c) mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.

d) Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien dan


keluarganya.

e) Memfasilitasi dukungan spiritual.

f) Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan


memberikan pelayanan secara multi displin.

g) Mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah dan


akan diberikan serta untuk kebutuhan tindak lanjut.

h) Mendokumentasi pelayanan yang diberikan.

2.6. Delapan Prinsip Etik

1. Otonomi (Autonomy) yaitu prinsip yang didasarkan pada keyakinan bahwa


individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai

8
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Dalam kasus ini
perawat diharuskan untuk berpikir secara logis melakukan pertolongan kepada
pasien tanpa melihat keadaan pasien tersebut.
2. Berbuat Baik (Beneficience) berarti melakukan sesuatu yang baik. Pada kasus
ini perawat dapat berperilaku baik untuk pelayanan terbaik, untuk pasien
penerima pelayanan kesehatan.
3. Tidak Merugikan (Non-maleficence) yaitu setiap tindakan harus berpedoman
pada prinsip primum non nocere (yang paling utama jangan merugikan). Resiko
fisik, psikologis dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimalm mungkin.
4. Kejujuran (Veracity), yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan
sejujur-jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan
dirasakan oleh klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan
tingkat pendidikan klien agar mudah memahaminya.
5. Keadilan (Justice), yaitu prinsip yang dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan
adil terhadp orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Perawat diharapkan melakukan tindakan sesuai hukum, standar
praktik dan keyakinan yang benar.
6. Kerahasiaan (Confidentiality), yaitu perawat maupun dokter harus mampu
menjaga privasi klien meskipun klien telah meninggal dunia.
7. Menepati Janji (Fidelity), dibutuhkan untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain.
8. Akuntabilitas (Accountability), merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

2.7. Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau dari Aspek Hukum

 Pasal 82 Ayat 2

9
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
 Pasal 83 Ayat 1 dan 2
Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana
harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih
lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.

2.8. Contoh Kasus


1. Tn. W yang terkena serangan jantung berumur 56 tahun mengeluh sakit
memegang dada sebelah kiri sewaktu menunggu keluarga yang sedang
berobat. Pengunjung lain di dekat Tn. W segera meminta pertolongan ke
perawat sekitar. Tiba – tiba Tn. W pingsan, perawat segera mengamankan
Tn.W agar tidak terganggu pengunjung lainnya. Perawat mengecek respon
dengan cara menepuk – nepuk pundak dan memanggil -manggil Tn.W.
Tetapi Tn.W tidak merespon. Kemudian Perawat mengecek respon nyeri
pada dada dengan cara menyubitnya dengan menggunakan dua punggung
jari telunjuk dan jari tengah. Akan tetapi Tn.W tetap tidak merespon. Lalu
perawat tersebut meminta bantuan kepada perawat lain yang ada di sekitar
untuk memanggil dokter. Perawat mengecek nadi karotis pada leher Tn.W
sambil berbarengan mengecek pernafasannya. Didapatkan nadi tidak
teraba dan nafas tidak terasa. Perawat segera melakukan RJP, lalu setelah
RJP selama dua siklus yaitu 30 kali kompres dada dan dua kali bantuan
nafas setiap satu siklusnya, tiba-tiba Tn.W tersedak. Perawat langsung
melakukan bersihan jalan nafas dengan cara membuka mulut pasien dan
melakukan finger swab. Setelah itu dilakukan kembali pengecekan nadi
dan nafas Tn.W Hasilnya nadi dan nafas ada. Selanjutnya Tn.W dibawa
untuk pemeriksaan lebih lanjut.

10
Jadi dapat disimpulkan perawat telah melaksanakan prinsip
beneficience dan non-maleficence karena perawat sudah melakukan
kebaikan dengan menolong Tn.W tanpa menimbulkan cedera.

2. Di Aceh telah terjadi gempa bumi yang mengakibatkan reruntuhan


rumah, banyak bangunan yang runtuh sehingga menimbulkan banyak
korban. Tim bencana dan tim kesehatan melakukan evakuasi korban. Dari
korban ada yang mengalami open fraktur, close fraktur, perdarahan, dll.
Tenaga kesehatan mendahulukan mengobati pasien dengan perdarahan.

Jadi dapat disimpulkan perawat telah melaksanakan prinsip non-


maleficence dan beneficience karena perawat sudah melakukan kebaikan
dengan menolong korban bencana.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahtraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu
aturan yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika
dan moral sering digunakan secara bergantian. Etik atau Ethnics berasal dari bahasa
Yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Etika adalah
Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia.Etika dan Moral merupakan sumber dalam
merumuskan standard dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku
serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.
Gawat darurat (Emergency) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera
yang untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul
secara tiba-tiba.Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam
keadaangawat.
Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat
diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan
terjamin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB.
Diposkan 23 Februari 2010 pukul 10.02 PM. URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-
teori-etika-utilitarisme-deontologi/
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line

13

Anda mungkin juga menyukai