Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Integumen

“Acne Vulgaris”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 (KELAS B)

Fitri Yanti Husain (841417009)

Suci Tasya Amelia Kau (841417011)

Indriyani Isa (841417049)

Regina Julia Gobel (841417062)

Sri Rahmawati (841417066)

Fujika Faradila S. Lamusu (841417070)

Mohamad Dandi Tulenan (841417072)

Sri Marhareni Darise (841417084)

Nur Karim (841417085)

Siti Miftahulzannah Mooduto (841417180)

PRODI S1-KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat
serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keparawatan ini yang
membahas materi “Acne Vulgaris” dengan tepat pada waktu yang ditentukan.
Makalah ini bertujuan untuk membina  dan mengembangkan potensi mahasiswa
dibidang kesehatan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Selama penyusunan makalah ini, kami mendapat pengetahuan
beserta wawasan mengani materi.
Untuk itu, ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III di Universitas Negeri Gorontalo
yang dalam hal ini telah memberi pengetahuan dalam bentuk materi maupun
pemikiran sehingga dalam penyusunan asuhan keperawatan ini berjalan dengan
lancar. Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermafaat bagi semua pihak
khususnya bagi teman-teman para pembaca dan penyusunan asuhan keperawatan
ini.

Gorontalo, 25 Oktober 2019

Penyusun
Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu penyakit kulit yang umum bagi para remaja dan dewasa muda
adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne. Penyakit ini tidak fatal, tetapi
cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri
akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Dalam dunia medis, jerawat
dikenal sebagai acne vulgaris. Merupakan peradangan kronis dari folikel
pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan
penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula,
dankista.Daerah yang terkena bukan hanya wajah, namun juga bahu, dada,
punggung, dan lengan bagian atas.
Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada
usia remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak
minyak. Beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa
sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali,
sampai saat ini belum ada cara penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa
cara yang sangat menolong. Maka dari itu makalah ini dibuat agar masyarakat
lingkungan sekitar tahu tentang penyakit acne vulgaris dan bagaimana asuhan
keperawatan pada klien acne vulgaris.
Meskipun tidak mengancam jiwa, Acne vulgaris memengaruhi kualitas
hidup dan memberi dampak sosioekonomi pada penderitanya.3 Catatan kelompok
studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita
Acne vulgaris pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007.4 Puncak insiden pada
wanita dijumpai pada usia 14-17 tahun sedangkan pada pria antara usia 16-19
tahun.Diketahui pula bahwa ras Oriental(Jepang,Cina, Korea) lebih jarang
menderitaAcne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika) dan
lebih sering. (Yuindarto, 2016)
1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan acne vulgaris
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari acne vulgaris
2. Untuk mengetahui etiologi dari acne vulgaris
3. Untuk mengetahui klasifikasi/stage acne vulgaris
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari acne vulgaris
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari acne vulgaris
6. Untuk mengetahui komplikasi dari acne vulgaris
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari acne vulgaris
8. Untuk mengetahui prognosis dari acne vulgaris
9. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien acne vulgaris
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari acne vulgaris
11. Untuk mengetahui rencana intervensi keperawatan dari acne vulgaris
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi

Acne vulgaris adalah keadaan inflamasi pada kelenjar sebasea dengan


area predileksi pada wajah, bahu, dada dan punggung Akne dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor. Salah satunya adalah penggunaan kosmetik, khususnya di
kalangan wanita. (Yenni 2015)

Acne merupakan inflamasi umum pada unit pilosebaseus yang sering


terjadi pada remaja dan dewasa muda. Setiap orang pernah mengalami penyakit
ini sehingga dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Pada
seorang gadisAcne vulgaris dapat terjadi premenarke. Setelah masa remaja
kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang pada wanita dapat
menetap sampai usia 30 tahun. Meskipun pada pria umumnya Acne vulgaris lebih
cepat berkurang, namun justru gejala Acne vulgaris yang berat terjadi pada pria.
(Yuindarto, 2016)

2.2 Etiologi
Acne Vulgaris belum diketahui secara pasti. Secara garis besar terdapat
empat faktor yang berperan dalam patogenesis Acne Vulgaris yaitu ( Afriyanti,
2015) :
1. Peningkatan produksi Sebum
Acne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu
kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak dari
sebelumnya. Terdapat korelasi antara keparahan acne dengan produksi
sebum. Pertumbuhan kelenjar sebasea dan produksi sebum berada di
bawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita acne terdapat
peningkatan konversi hormon androgen yang normal beredar dalam
darah (testoteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5>alfa
dehidrotestoteron).
Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya
menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum. Meningkatnya produksi
sebum pada penderita acne disebabkan oleh respon organ akhir yang
berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar sebasea terhadap
kadar normal androgen dalam darah, sehingga terjadi peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya acne.
Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi acne hanya ditemukan
di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar sebasea.
2. Keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan olah adanya
penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi korneosit pada saluran
pilosebasea, pelepasan korneosit yang tidak adekuat, atau dari kombinasi
kedua faktor. Bertambahnya produksi korneosit dari sel keratinosit
merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat hubungan terbalik antara
sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam sebum.

Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan–bahan yang dapat


menimbulkan peradangan. Walaupun asam linoleik merupakan unsur
penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada
patogenesis acne. Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo
sehingga terjadi keseimbangan antara kolesterol bebas dengan kolesterol
sulfat, sehingga adhesi korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan
terjadi retensi hiperkeratosis folikel.
3. Kolonisasi Saluran Pilosebasea dengan Propionibacterium acnes.
Terdapat tiga macam mikroba yang terlibat pada patogenesis acne
adalah Corynebacterium Acnes (Proprionibacterium Acnes),
Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum ovale (Malassezia furfur).
Adanya seborea pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah
Corynebactirium Acnes, tetapi tidak ada hubungan antara jumlah bakteri
pada permukaan kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan derajat
hebatnya acne. Dari ketiga macam bakteri ini bukanlah penyebab primer
pada proses patologis acne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada
mikroorganisme yang hidup sedangkan pada lesi yang lain
mikroorganisme mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin
berperan pada lamanya masing– masing lesi. Apakah bakteri yang
berdiam di dalam folikel (resident bacteria) mengadakan eksaserbasi
tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut.
Menurut hipotesis Albuquerque (2018) skualen yang dihasilkan
oleh kelanjar sebasea dioksidasi di dalam folikel dan hasil oksidasi ini
menjadi penyebab terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel
berkurang dan akhirnya terjadi kolonisasi Corynebacterium Acnes.
Bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel
akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen sehingga
oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan
folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan bahwa acne hanya dapat terjadi
pada beberapa folikel sedangkan folikel yang lain tetap normal
4. Inflamasi
Faktor yang menimbulkan peradangan pada acne belum diketahui
dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang
dihasilkan oleh Corynebacterium Acnes, seperti lipase, hialuronidase,
protease, lesitinase, dan neuramidase, memegang peranan penting pada
proses peradangan. Faktor kemotatik yang berberat molekul rendah
(tidak memerlukan komplemen untuk bekerja aktif) bila keluar dari
folikel dapat menarik leukosit nukleus polimorf (PMN) dan limfosit. Bila
masuk ke dalam folikel PMN dapat mencerna Corynebacterium Acnes
dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan
dari folikel pilosebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus
terbentuknya sitokin. Bahan keratin yang sukar larut yang terdapat di
dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar sebasea dapat menyebabkan
reaksi non spesifik yang disertai oleh mekrofag dan sel–sel raksasa. Pada
fase permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh Corynebacterium
Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif
(classical and alternative complement pathways). Respon pejamu
terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibodi terhadap
Corynebacterium Acnes juga meningkat pada penderita acne yang berat

Menurut Asri (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya acne


adalah:
a. Faktor genetik
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan
seseorang menderita acne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa acne
terjadi pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya
menderita acne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita
acne.
b. Kebersihan wajah
Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian
Acne Vulgaris pada remaja
c. Faktor ras
Warga Amerika yang berkulit putih lebih banyak menderita acne
dibandingkan dengan ras yang berkulit hitam dan acne yang diderita lebih
berat dibandingkan dengan orang Jepang.
d. Hormonal
Hormonal dan keringat yang berlebih dapat mempengaruhi
keparahan dari acne. Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat
mempengaruhi timbulnya atau memperparah acne. Rata-rata 60-70%
wanita yang mengalami masalah acne menjadi lebih parah beberapa hari
sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi dan
lesi acne menjadi lebih aktif rata-rata satu minggu sebelum menstruasi
yang disebabkan oleh hormon progesteron. Hormon estrogen dalam kadar
tertentu dapat menghambat pertumbuhan acne karena hormon tersebut
dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis
dan hormon Gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum
sehingga dapat menghambat pertumbuhan Acne Vulgaris.
e. Diet
Tidak ditemukan adanya hubungan antara acne dengan asupan
total kalori dan jenis makanan, karena hal tersebut tidak dapat
menimbulkan acne tetapi mengkonsumsi coklat dan makanan berlemak
secara berlebihan dapat memperparah terjadinya Acne Vulgaris.

f. Iklim
Cuaca yang panas dan lembab dapat memperparah acne. Hidrasi
pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya acne dan
pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk acne.
g. Lingkungan
Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah
industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
h. Stres
Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres
emosional.
Mekanisme yang tepat dari proses acne tidak sepenuhnya
dipahami, namun lebih sering disebabkan oleh sebum berlebih,
hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Selain itu
androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses
terjadinya acne (Burch, 2018).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi acne yang paling ‘tua’ adalah klasifikasi oleh Pillsburry
pada tahun 1956, yang mengelompokkan acne menjadi 4 skala berdasarkan
perkiraan jumlah dan tipe lesi, serta luas keterlibatan kulit. (Nelson 2015)

Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman, yang mengelompokkan


acne vulgaris menjadi :

1. Acne komedonal
a. Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
2. Acne papulopustul
a. Grade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah

Acne konglobata Merupakan bentuk akne yang berat, sehingga tidak


ada pembagian tingkat beratnya penyakit. Biasanya lebih banyak diderita oleh
laki-laki. Lesi yang khas terdiri dari nodulus yang bersambung, yaitu suatu
masa besar berbentuk kubah berwarna merah dan nyeri. Nodul ini mula-mula
padat, tetapi kemudian dapat melunak mengalami fluktuasi dan regresi, dan
sering meninggalkan jaringan parut. (Nelson 2015)

Menurut American academy of Dermatology klasifikasi Akne adalah sebagai


berikut

Klasifikasi Komedo Pustul/papul Nodul


Ringan <25 <10 -
Sedang >25 10-30 >10
Berat - >30 >10

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik dari acne vulgaris di tandai dengan empat tipe dasar
lesi: komedo terbuka dan tertutup,papula, pustule dan lesi nodulo kistik.
Tempat predileksi acne vulgaris yaitu pada muka, bahu, dada bagian
atas,punggung bagian atas, leher, dan lengan atas, kadang terkena erupsi kulit
polimorfi.acne vulgaris dapat disertai gatal dan nyeri.( Nelson 2015)

Komedo merupakan gejala patognomonik bagi acne berupa papul


miliaryang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarnah hitam
mengandung unsur melanin sehingga di sebut komedo hitam,sedang bila
berwarnah putih karenaa letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung
unsure melanin di sebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup.( Nelson
2015)

2.5 Patofisiologi
Hiperproliferasi epidermal folikular adalah kejadian yang pertama
sekali dikenal dalam perkembangan akne vulgaris. Penyebab pasti yang
mendasari hiperproliferasi ini tidak diketahui. Saat ini, ada 3 buah hipotesis
yang telah diajukan untuk menjelaskan mengapa epitelium folikular bersifat
hiperproliferatif pada individu dengan akne vulgaris. Pertama, hormon
androgen, yang telah dikenal sebagai pencetus awal. Komedo, lesi klinis yang
menyebabkan pembentukan sumbatan pada muara folikular, mulai timbul
disekitar usia pubertas pada orangorang dengan akne vulgaris. Derajat akne
vulgaris komedonal pada usia prapubertas berhubungan dengan kadar hormon
androgen adrenal yaitu dehydroepiandrosterone sulphate (DHEA-S). Apalagi,
reseptor hormon androgen ditemukan pada folikel-folikel dimana komedo
berasal.
Selain itu individu dengan malfungsi reseptor androgen ternyata tidak
akan mengalami akne vulgaris. Kedua, perubahan komposisi lipid, yang telah
diketahui berperan dalam perkembangan akne. Pada pasien akne biasanya
mempunyai produksi sebum yang berlebihan dan kulit yang berminyak.
Produksi sebum yang berlebihan ini dapat melarutkan lipid epidermal normal
dan menyebabkan suatu perubahan dalam konsentrasi relatif dari berbagai
lipid. Berkurangnya konsentrasi asam linoleat ditemukan pada individu
dengan lesi akne vulgaris, dan menariknya, keadaan ini akan normal kembali
setelah pengobatan yang berhasil dengan menggunakan isotretinoin.
Penurunan relatif asam linoleat dapat mengaktifkan pembentukan komedo.
Inflamasi adalah faktor hipotesis ketiga yang terlibat dalam pembentukan
komedo. Interleukin-1α adalah suatu sitokin proinflamasi yang telah
digunakan pada suatu model jaringan untuk menginduksi hiperproliferasi
epidermal folikular dan pembentukan akne vulgaris. Walaupun inflamasi
tidak terlihat baik secara klinis maupun mikroskopis pada lesi awal akne
vulgaris, ia tetap memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan
akne vulgaris dan komedo.
Peningkatan produksi sebum adalah faktor kunci yang berperan dalam
pembentukan akne vulgaris. Produksi dan ekskresi sebum diatur oleh
sejumlah hormon dan mediator yang berbeda. Hormon androgen khususnya,
meningkatkan pembentukan dan pelepasan sebum. Kebanyakan pria dan
wanita dengan akne vulgaris memiliki kadar hormon androgen yang
bersirkulasi dalam jumlah yang normal. 3 P. acnes merupakan suatu
organisme mikroaerofilik yang ditemukan pada banyak lesi akne vulgaris.
Walaupun tidak ditemukan pada lesi yang paling awal dari akne vulgaris, P.
acnes ini hampir pasti dapat ditemukan pada lesi-lesi yang lanjut. Adanya P.
acnes akan meningkatan proses inflamasi melalui sejumlah mekanisme. P.
acnes menstimulasi inflamasi melalui produksi mediator-mediator
proinflamasi yang berdifusi melalui dinding folikel. Penelitian terkini
menunjukkan bahwa P. acnes mengaktifkan toll-like receptor-2 pada monosit
dan neutrofil. Aktivasi toll-like receptor-2 ini kemudian akan memicu
produksi sitokin proinflamasi yang multipel, seperti IL-12, IL-8, dan TNF.
Hipersensitivitas terhadap P. acnes dapat juga menjelaskan mengapa beberapa
individu mengalami akne vulgaris inflamasi sedangkan yang lain tidak.
Inflamasi mungkin merupakan suatu fenomena primer atau sekunder.
Kebanyakan bukti sampai saat ini menyatakan bahwa akne vulgaris
merupakan suatu respons inflamasi sekunder terhadap P. acnes. Meskipun
demikian, ekspresi IL-1α telah diidentifikasi dalam mikrokomedo dan dapat
berperan dalam pembentukan akne vulgaris. Faktor-faktor lain yang berperan
pada patogenesis akne adalah usia, ras, familial, makanan, cuaca / musim,
stres psikologis yang dapat secara tidak langsung memicu peningkatan proses
patogenesis tersebut (Fransisca,2015)
2.6 Komplikasi
Semua tipe akne berpotensi meninggalkan sekuel. Hampir semua lesi
acne akan meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi
sembuh. Pada warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi
dapat bertahan berbulan- bulan setelah lesi acne sembuh. Acne juga dapat
menyebabkan terjadinya scar pada beberapa individu. 10 Selain itu, adanya
acne juga menyebabkan dampak psikologis. Dikatakan 30–50% penderita
acne mengalami gangguan psikiatrik karena adanya akne (Nelson 2015)
2.7 Penatalaksanaan

1. Farmakologi
a. Agen topikal
1) Sulfur / Sodium Sulfacetamide / resorcinol.
2) Asam salisilat
3) Benzoil peroksida
4) Antibiotik topical
5) Retinoid
b. Terapi sistemik
1) Tetrasiklin
2) Macrolides
3) Trimethoprim-sulfamethoxazole
4) Cephalexin
5) Clindamycin dan Dapsone
c. Hormonal Terapi
1) Oral Contraceptives
2) Glucocorticoids
3) Gonadotropin-Releasing Hormone Agonists.
4) Antiandrogens
5) Isotretinoin
2. Non Farmakologi
a. Mencuci muka dua kali sehari dengan cara yang lembut diikuti dengan
pemberian terapi pengobatan jerawat
b. Diet

(Kokandi, 2017)

2.8 Prognosis
Jerawat(acne vulgaris) dapat menyebabkan jaringan parut permanen
yang sulit untuk di perbaiki. Selain itu, jerawat dapat menyebabkan efek yang
lama dan merugikan terkait dengan psikososisal dan fisik terkait dengan
adanya depresi dan kecemasan,terlepas dari tingkat keparahan
penyakit,meskipun efek psikologis biasanya membaik seiring dengan
pengobatan.( Andy 2015)
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a) Anamnesis
a. Nama : (tidak dapat dikaji)
b. Umur : (tidak dapat dikaji)
c. Jenis kelamin : (tidak dapat dikaji)
d. Agama : (tidak dapat dikaji)
e. Suku dan kebangsaan : (tidak dapat dikaji)
f. Pendidikan : (tidak dapat dikaji)
g. Pekerjaan : (tidak dapat dikaji)
h. Alamat : (tidak dapat dikaji)
i. Nomor register : (tidak dapat dikaji)
j. Tanggal masuk rumah sakit : (tidak dapat dikaji)
k. Diagnosa medis : Acne Vulgaris
1) Keluhan utama
Pada pasien acne vulgaris mengeluh bintil merah pada wajah atau
punggung yang disertai gejala lokal seperti rasa nyeri dan
kemerahan.
2) Riwayat kesehatan sekarang:
Dilihat apakah acne yang terjadi pada pasien menyebar di seluruh
permukaan wajah atau di daerah yang lain juga. Selain itu kaji
tekstur, kelembaban lesi, perubahan warna, mobilitas, suhu, turgor,
edema, serta kebersihannya.
3) Riwayat kesahatan masa lalu:
Apakah klien pernah berjerawat sebelumnya, dan tanyakan pula
jerawat apa yang dulu pernah dialami.
4) Riwayat kesehatan keluarga:
Orangtua ; ayah/ibu ataupun keduanya menderita acne, dan
kemungkinan besar terdapat pada klien.

b) Pemeriksaan kebutuhan dasar yang mengalami gangguan


Kategori dan Subkategori Masalah Normal
Fisiologis Respirasi - -

Sirkulasi - -

Nutrisi dan Cairan Pembatasan BMI=18,5-


makanan 22,9kg/m2
seperti coklat,
yang berkola
dan makanan
yang dihasilkan
dari susu serta
mengandung
yodium karena
dapat memicu
peningkatan
intensitas acne
semakin parah.
Eliminasi - -

Aktivitas & Terjadi gangguan Tidur minimal 8


Istirahat pola tidur jam/hari serta
akibat adanya tidak merasa
rasa gatal serta gelisah akan
perasaan keadaan
gelisah akan kulitnya.
keadaan
kulitnya.
Neurosensori Dapat Saat pengkajian
meningkatkan klien dalam
emosional keadaan sadar
seperti rasa
tidak nyaman
dan gatal
Perubahan diri,
orientasi dan
prilaku.
Reproduksi & - -
Seksualitas
Psikologis Nyeri & Nyeri pada acne, Tidak terpadapat
Kenyamanan adanya lesi dan nyeri, lesi dan
kemerahan kemerahan di
pada kulit. kulit.
Integritas Ego Menolak perhatian Tidak mengalami
terhadap depresi karena
sekitarnya, memikirkan
Depresi karena akan proses
memikirkan penyembuhan.
akan proses
penyembuhan.
Pertumbuhan & - -
Perkembanga
n
Perilaku Kebersihan Diri Malas untuk Beraktivitas secara
melakukan mandiri dan
aktivitas sehari- mandi 2-3x hari
hari. dengan
menggunakan
sabun dan
shampo,
menggosok
gigi 2x/hari
dengan
menggunakan
pasta gigi.
Relasional Interaksi Social Hubungan dengan Mudah bergaul
orang lain dengan
kurang terbina keluarga dan
atau tidak orang lain yang
mudah bergaul berada di
serta merasa lingkungannya
minder akan serta dapat
keadaan menyelesaikan
kulitnya. masalahnya
sendiri.

c) Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis
dilakukan jika pasien tidak merespon pengobatan atau perbaikan
tidak dapat dipertahankan.
2) Mengukur kadar hormon DHEA-S untuk menentukan fungsi
adrenal, testosteron dan free testosteron untuk aktivitas ovarium,
luteinizing hormone/follicle stimulating hormone (LH/FSH) untuk
aktivitas polycistic ovarian syndrome (PCOS) dan prolaktin untuk
mengidentifikasi suatu gangguan hipofisis yang mungkin terjadi.
3.2 Diagnosis Keperawatan
1. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan cedera jaringan dibuktikan
dengan timbulnya papula, pustule, nodul dan kista
2. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi dibuktikan dengan
kontraksi otot polos yang menyebabkan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan timbulnya acne dalam jumlah
yang banyak dibuktikan dengan meninggalkan bekas
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya papula dibuktikan dengan
adanya pus (nanah)
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan
dibuktikan dengan kurang menjaga hygiene dan pola hidup
3.3 Intervensi keperawatan

No DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI RASIONAL


1 Gangguan integritas kulit 1. Integritas kulit 1. Edukasi Perawatan kulit 1. Edukasi perawatan
(D.0139) Setelah dilakukan intervensi kulit
Kategori : lingkungan selama 3 jam, maka integritas Observasi Observasi
Subkategori : keamanan dan kulit meningkat, dengan kriteria 1) Identifikasi kesiapan dan 1) Untuk mengetahui
proteksi hasil: kemampuan menerima kesiapan klien dalam
Definisi: kerusakan kulit 1) Nyeri menurun informasi menerima informasi
(dermis dan/atau epidermis) 2) Kemerahan menurun Terapeutik Terapeutik
atau jaringan (membran 2) Sediakan materi dan media 2) Agar materi yang
mukosa , kornea, Fasia, otot, 2. Penyembuhan luka pendidikan kesehatan diberikan tepat
tedon, tulang, kartilago, kapsul Setelah dilakukan intervensi 3) Berikan kesempatan untuk 3) Agar pasien dapat
sendi/atau ligamen). selama 3 jam, maka bertanya bertanya apa yang tidak
Penyebab: penyembuhan luka meningkat, diketahui oleh pasien
1. Bahan kimia iritatif dengan kriteria hasil: Edukasi Edukasi
2. Kelembaban 1) Pembentukan jaringan 4) Anjurkan mandi dan 4) Agar tubuh dan wajah
3. Perubahan hormonal parut meningkat menggunakan sabun yang selalu bersih dan
Gejala dan tanda mayor: 2) Peradangan luka secukupnya tidak berminyak
Objektif: menurun 5) Anjurkan melapor jika ada 5) Agar dapat segera
1. Kerusakan jaringan 3) Infeksi menurun lesi kulit yang tidak biasa ditangani
dan/atau kulit
Gejala dan tanda minor 2. Pemberian obat kulit 2. Pemberian obat kulit
1. Nyeri Observasi Observasi
2. Kemerahan 1) Identifikasi kemungkinan 1) Untuk mengetahui bila
alergi, interaksi, dan kontra pasien mempunyai alergi
indikasi obat 2) Untuk mengetahui efek
2) Monitor efek terapeutik terapeutik obat sudah
obat tepat atau tidak
3) Monitor efek lokal, efek 3) Untuk mengetahui efek
sistemik dan efek samping samping yang dapat
obat timbul
Terapeutik Terapeutik
4) Lakukan prinsip enam 4) Untuk menghindari
benar kesalahan-kesalahan
dalam pemberian obat
5) Cuci tangan dan pasang 5) Untuk menghindari
sarung tangan kontak langsuk dengan
kulit pasien
6) Bersihkan kulit dan 6) Agar obat yang diberikan
hilangkan obat sebelumya dapat efektif
7) Oleskan agen topikal pada 7) Agar penyembuhan luka
kulit yang tidak mengalami lebih cepat
luka, iritasi atau sensitif
8) Hindari terpapar sinar 8) Untuk menghindari efek
ultraviolet pada kulit yang samping yang mungkin
mendapat obat topikal timbul
Edukasi Edukasi
9) Jelaskan jenis obat, alasan 9) Agar pasien mengetahui
pemberian, tindakan yang atas tindakan yang kita
diharapkan, dan efek lakukan
samping sebelum
pemberian
10) Ajarkan teknik pemberian 10) Agar pasien dapat
obat secara mandiri memberikan obat secara
mandiri
2 Nyeri Akut D.0077 Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238 Observasi
Kategori : psikologis Setelah dilakukan intervensi Observasi 1) Untuk mengetahui
Subkategori : Nyeri dan selama 3x24 jam, maka tingkat 1) Identifikasi lokasi, identifikasi, durasi,
kenyamanan nyeri meningkat dengan kriteria karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Definisi hasil : frekuensi, kualitas, itensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau 1. Keluhan nyeri intensitas nyeri 2) Untuk mengetahui nyeri
emosional yang berkaitan 2. Menarik diri 2) Identifikasi skala nyeri yang di rasakan pasien
dengan kerusakan jaringan 3. Gelisah Terapeutik
actual atau fungsional, dengan 4. Berfokus pada diri Terapeutik 3) Untuk memenuhi
onset mendadak atau lambat sendiri 3) Fasilitas istirahat dan tidur kebutuhan istirahat
dan berintensitas ringan hingga pasien
berat yang berlangsung kurang Edukasi Edukasi
dari 3 bulan. 4) Jelaskan strategi 4) Agar pasien mengetahui
Penyebab meredakan nyeri strategi meredakan nyeri
1. Agen pencedera Kolaborasi
fisiologi (Mis, Kolaborasi 5) Untuk meredakan nyeri
inflamasi, iskemia, 5) Kolaborasi pemberian
neoplasma) analgesic Observasi
2. Agen pencendera 1) Untuk Mengetahui tanda-
kimiawi (mis, terbakar, Pemberian Analgesik I.08243 tanda vital sebelum dan
bahan kimia iritan) Observasi sesudah pemberian
3. Agen pencedera fisil 1) Monitor tanda-tanda vital analgesic
(mis, abses, amputasi, sebelum dan sesudah
terbakar, terpotong, pemberian analgesic Terapeutik
mengangkat berat, 2) Untuk mengetahui jenis
prosedur operasi, analgesic untuk mencapai
trauma, latihan fisik Terapeutik analgesic optimal
berlebihan). 2) Diskusikan jenis analgesic Edukasi
Gejala dan tanda mayor yang disukai untuk 3) Agar pasien mengetahui
Subjektif mencapai analgesic efek terapi dan efek
1. Mengeluh nyeri optimal, jika perlu samping obat
Objektif Kolaborasi
1. Bersikap proktektif Edukasi 4) Agar dosis dan analgesic
(mis, waspada, posisi 3) Jelaskan efek terapi dan yang di berikan sesuai
menghindari nyeri) efek samping obat dengan kondisi pasien
2. Gelisah
Gejala dan tanda Minor
Subjektif Kolaborasi
1. (tidak tersedia) 4) Kolaborasi pemberian
Objektif dosis dan jenis analgesic,
1. Nafsu makan berubah sesuai indikasi
2. Proses berpikir
terganggu
3. Berfokus pada diri
sendiri
4. Menarik diri
Kondisi Klinis terkait
1. Cedera traumatis
2. Infeksi
3. Sindrom koroner akut
3 Resiko Infeksi 0142 Tingkat infeksi L.14137 Pencegahan infeksi I.14539 Obsevasi :
Kategori: Lingkungan Setelah dilakukan intervensi Observasi : 1) Agar kita mengetahui
Subkategori :keamanan dan selama 3x24 jam, maka tingkat 1) Monitor tanda dan gejala adanya gejala infeksi dan
Proteksi infeksi menurun dengan infeksi local dan sistemik segera mengatasinya agar
Definisi : kriteria hasil : Terapeutik : tidak semakin memburuk
Beresiko mengalami 1. Kemerahan (4) 2) Berikan perawatan kulit Terapeutik :
peningkatan terserang 2. Nyeri (4) pada bagian edema 2) Agar kulit yang
organism patogenik. 3. Bengkak (4) Edukasi : mengalami gangguan
Factor resiko : Keterangan : 3) Jelaskan tanda dan gejala dapat selalu terjaga dan
1. Penyakit kronis 1) Meningkat infeksi tidak menimbulkan
(mis.diabetes mellitus) 2) Cukup meningkat Kolaborasi : infeksi yang akan
2. Efek prosedur invasive 3) Sedang 4) Kolaborasi pemberian memburuk pada pasien
3. Malnutrisi 4) Cukup menurun imun , jika perlu Edukasi :
4. Peningkatan paparan 5) Menurun 3) Agar pasien mengetahui
organisme patogen gejala infeksi yang di
lingkungan Intergritas kulit dan jaringan rasakannya supaya
5. Ketidakedukatan L.14125 mendapatkan penangan
pertahanan tubuh Setelah dilakukan intervensi segera
primer selama 3x24 jam, maka Kolaborasi :
1) Gangguan intergritas kulit dan jaringan 4) Agar tidak terjadi infeksi
peristaltic menurun dengan kriteria hasil :
2) Kerusakan 1. Kerusakan jaringan (4)
intergritas kullit 2. Kerusakan lapisan kulit
3) Perubahan (4)
sekresi pH Keterangan :
4) Penurunan kerja 1) Meningkat
siliaris 2) Cukup meningkat
5) Ketuban pecah 3) Sedang
lama 4) Cukup menurun
6) Ketuban pecah 5) Menurun
sebelum
waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan
tubuh
6. Ketidakedukatan
pertahanan tubuh
sekunder
1) Penurunan
hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leucopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
edukat
Kondisi klinis terkait :
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru
obstruktif kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan
terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum
waktunya (KPSW)
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lhymphedema
13. Gangguan fungsi hati
4 Defisit pengetahuan tentang Tingkat pengetahuan L.12111 Edukasi perawatan kulit Observasi :
(spesifikkan) D.0111 Setelah dilakukan intervensi I.12426 1) Agar materi dapat
Kategori : Perilaku keperawatan selama 3x24 jam, Obsevasi : diterima dengan baik
Subkategori : penyuluhan maka tingkat pengetahuan 1) Identifikasi kesiapan dan Terapeutik :
dan pembelajaran meningkat dengan kriteria kemampuan menerima 2) Agar lebih memberi
Definisi : hasil : informasi pemahaman kepada klien
Ketiadaan atau kurangnya 1. Perilaku sesuai anjuran Terapeutik : supaya lebih jelas dan
informasi kognitif yang (4) 2) Sediakan materi dan mudah di pahami
berkaitan dengan topic 2. Kemampuan media pendidikan Edukasi :
tertentu. menjelaskan (4) kesehatan 3) Agar kulit tidak
Penyebab : 3. Pengetahuan tentang Edukasi : kekurangan cairan dan
1. Keteratasaan kognitif suatu topik 3) Anjurkan minum cukup tetap sehat
2. Gangguan fungsi Keterangan: cairan 4) Agar kulit terhindar dari
kognitif 1. Menurun 4) Anjurkan mandi dan baakteri, virus,dan jamur
3. Kekeliruan mengikuti 2. Cukup menurun menggunakan sabun 5) Agar kulit selalu terasa
anjuran 3. Sedang secukypnya lembab dan tidak kering
4. Kurang terpapar 4. Cukup meningkat 5) Anjurkan menggunakan 6) Agar segera ditangani
infoemasi 5. Meningkat pelembab oleh tenaga medis untuk
5. Kurang minat dalam 6) Anjurkan malpor jika ada supaya tidak
belajar lesi kulit yang tidak biasa memperparah kondisi
6. Kurang mampu dari klien tersebut
mengingat
7. Ketidaktahuan
menemukan sumber
informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Menanyakan masalah
yang dihadapi
Objektif
1. Menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan presepsi
yang keliru terhadap
masalah
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
2. Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis, apatis,
bermusuhan, agitasi,
hysteria.)
Kondisi kilnis terkait
1. Kondisi klinis yang
baru dihadapi oleh
klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
5 Gangguan Citra Tubuh 1. Citra Tubuh (L.09067) 1. Promosi Citra Tubuh 1. Promosi Citra Tubuh
(D.0083) Setelah dilakukan intervensi (I.09305) (I.09305)
Kategori : Psikologis selama 3 jam, maka Citra Tubuh Observasi Observasi
Subkategori : Integritas Ego meningkat, dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi harapan citra 1) Untuk mengetahui
Definisi : Perubahan persepsi 1) Verbalisasi perasaan tubuh berdasarkan tahap harapan citra tubuh
tentang penampilan, struktur negatif tentang perkembangan
dan fungsi fisik individu. perubahaan tubuh 2) Monitor frekuensi
Penyebab: menurun pernyataan kritik terhadap 2) Untuk mengetahui kritik
1. Perubahan 2) Menyembunyikan bagian diri sendiri klien terhadap diri sendiri
sturktur/tubuh (mis. tubuh berlebihan 3) Monitor apakah pasien 3) Untuk mengetahui
jerawat) menurun bisa melihat bagian tubuh kemampuan klien melihat
Gejala dan Tanda Mayor 3) Hubungan social yang berubah bagian tubuh yang
- meningkat Terapeutik berubah
Gejala dan Tanda Minor 4) Diskusikan perubahan Terapeutik
Subjektif 2. Harga Diri (L.09069) tubuh dan fungsinya 4) Agar pasien dapat
1. Mengungkapkan Setelah dilakukan intervensi mengetahui perubahan
kekhawatiran pada selama 3 jam, maka Harga Diri tubuh dan fungsinya.
penolakan/reaksi orang meningkat, dengan kriteria hasil: 5) Diskusikan cara 5) Agar pasien dapat
lain 1) Perasaan malu menurun mengembangkan harapan mengembangkan harapan
2. Mengungkapkan 2) Penilaian diri positif citra tubuh secara realistis citra tubuh secara realistis
perasaan negatif meningkat 6) Diskusikan persepsi pasien 6) Agar pasien dan keluarga
tentang perubahaan dan keluarga tentang dapat mempersepsikan
tubuh perubahan citra tubuh perubahan citra tubuh
3. Mengungkapkan Edukasi
perubahan gaya hidup Edukasi 7) Agar keluarga dapat
Objektif 7) Jelaskan kepada keluarga mengetahui tentang
1. Menyembunyikan/men tentang perawatan perawatan prubahan citra
unjukkan bagian tubuh perubahan citra tubuh tubuh
secara berlebihan 8) Anjurkan mengungkapkan 8) Agar pasien dapat
2. Menghindari dan/atau gambaran diri terhadap mengungkapkan perasaan
menyentuh bagian citra tubuh negatif terhadap
tubuh perubahan citra tubuh
3. Focus berlebihan pada 9) Latih pengungkapan 9) Agar pasien dapat
perubahan tubuh kemampuan diri kepada mengungkapkan
Kondisi Klinis Terkait orang lain maupun kemampuan dirinya
1. Jerawat kelompok

2. Promosi Kepercayaan 2. Promosi Kepercayaan


Diri (I.09310) Diri (I.09310)
Observasi Observasi
1) Identifikasi masalah 1) Untuk mengetahui
potensial yang dialami masalah potensial yang
dialami
Terapeutik Terapeutik
2) Gunakan teknik 2) Untuk membantu pasien
mendengarkan dengan dalam memenuhi
aktif mengenai harapan harapannya
pasien 3) Untuk memberi
3) Diskusikan kekuatan yang penguatan kepada pasien
dimiliki (SWOT) serta hal tentang kekuatan yang
yang penting (SMART) dimiliki
4) Motivasi tetap tenang saat 4) Untuk memotivasi pasien
menghadapi masalah dan menghadapi masalah
kemampuan yang dimiliki terhadap perubahan citra
Edukasi tubuh
5) Anjurkan mengevaluasi Edukasi
cara pemecahan masalah 5) Agar pasien dapat
yang dilakukan memecahkan masalah
yang dialaminya
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Acne vulgaris adalah keadaan inflamasi pada kelenjar sebasea dengan area
predileksi pada wajah, bahu, dada dan punggung Akne dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor. Salah satunya adalah penggunaan kosmetik, khususnya di
kalangan wanita. (Yenni 2015)

Meskipun tidak mengancam jiwa, Acne vulgaris memengaruhi kualitas


hidup dan memberi dampak sosioekonomi pada penderitanya.3 Catatan kelompok
studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita
Acne vulgaris pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007.4 Puncak insiden pada
wanita dijumpai pada usia 14-17 tahun sedangkan pada pria antara usia 16-19
tahun.Diketahui pula bahwa ras Oriental(Jepang,Cina, Korea) lebih jarang
menderitaAcne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika) dan
lebih sering. (Yuindarto, 2016)

4.2 Saran

Diharapakan agar para pembaca atau penulis dapat lebih memahami apa
itu acne vulgaris serta cara penanganan yang baik untuk pencegahan penyakit
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti (2015). Akne Vulgaris Pada Remaja. J Majority. 4(6):102-109.

Albuquerque (2018). Could Adult Female Acne Be Associted With Modern Life.
Arch Dermatol, 306(8):683-688
Andy. Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan terhadap
Jerawat. [diakses 3 okt 2015]. dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/14281/1/09E02906.pdf

Asri (2015). Hubungan Kadar Androstanediol serum dengan tingkat keparahan


akne vulgaris pada perempuan di RS Dr.Djamil Padang. Tesis.Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Padang.

Burch (2018). Acne and Acneiform eruptions. Dalam: Fitzpatrick J & Morelli J.
Dermatology Secrets Plus. Ed. Ke-4. Singapore: Elsevier Inc.

Fransisca (2015). Faktor Risiko Akne Vulgaris di Kalangan Mahasiswa Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Skripsi

Kokandi A (2017). Evaluation of acne quality of life and clinical severity in acne
female adults. Dermatol Res Practisce., 4: 1-4

Latifah S, Kurniawaty E. (2015). Stres dengan akne vulgaris. J Majority., 4(9):


129-134.

Nelson AM, Thiboutot DM. Biology of Sebaceous Glands. In : Wolff, K.,


Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell D.J.
Dermatology In General Medicine. McGraw-Hill. 9(1); 687-90. 2015.

Yenni, Amin Safrudin, Djawad Khairuddin. Perbandingan efektivitas dapelene


0.1% gel dan isotretinoin 0.05% gel yang dinilai dengan gambaran klinis
serta profilInterleukin 1 (IL-1) pada Acne vulgaris. JST Kesehatan. 2016;
1(1).

Yuindarto A., 2016. Acne vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


hlm. 16.

Tim Pokja PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1


Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai