Anda di halaman 1dari 29

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urtikaria adalah kelainan kulit yang ditandai dengan peninggian kulit yang
timbul mendadak dan/atau disertai angiodema; ukurannya bervariasi, biasanya
dikelilingi eritema, terasa gatal atau sensasi terbakar, umumnya menghilang dalam
1-24 jam. Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami
urtikaria dalam masa hidupnya. Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan
umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an). Hanya saja,pada urtikaria kronis (berulang dan
lama), lebih sering dialami pada wanita yaitu 60% (Anonim, 2009). Urtikaria sering dijumpai pada
semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Umur
rata-rata penderita urtikaria ialah 35tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih
dari 60 tahun.Urtikaria kronik cenderung dialami oleh orang dewasa dan wanita memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar daripada laki-laki (Hodijah, 2009).
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, namun orang dewasa lebih banyak mengalami
urtikaria dibandingkan dengan usia muda. SHELDON (1951),menyatakan bahwa umur rata-rata
penderita urtikaria ialah 35 tahun, jarang dijumpaipada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60
tahun.Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% bentuk urtikaria bersama angioderma, dan11%
bentuk angioederma saja. Lama serangan berlangung bervariasi, ada yang lebih dari satu tahun,
bahkan ada yang lebih dari 20 tahun.Penderita atopi (alergi) lebih mudah mengalami urtikaria
dibandingkan dengan orangnormal. Tidak ada perbedaan frekuensi dari faktor jenis kelamin baik laki-
laki atauperempuan. Umur, ras, jabatan/pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musimdapat
mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh IgE. Penisilin tercatatsebagai obat yang sering
menimbulkan urtikaria (Irga, 2009).
Prevalensi urtikaria di dunia berkisar antara 0,3-11,3% tergantung populasi
yang diteliti.1 Prevalensi hospitalisasi akibat urtikaria dan angioedema makin
meningkat di Australia.3 Hospitalisasi akibat urtikaria 3 kali lebih tinggi pada anak
usia 0-4 tahun.3 Peningkatan hospitalisasi akibat urtikaria paling sering dijumpai
pada usia 5-34 tahun, sedangkan hospitalisasi akibat angioedema tinggi pada usia
2

>65 tahun.3 Urtikaria lebih sering ditemukan pada wanita usia 35-60 tahun (usia
rata-rata 40 tahun).4 Di Indonesia, prevalensi urtikaria belum diketahui pasti.
Penelitian di Palembang tahun 2007 pada 3000 remaja usia 14-19 tahun,
mendapatkan prevalensi urtikaria sebesar 42,78%.5 Sebanyak 8-20% populasi
diperkirakan pernah atau akan menderita urtikaria dalam perjalanan hidupnya dan
sebanyak 0,1% akan berkembang
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka
terdapat masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah: “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Urtikaria”
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui secara umum konsep dasar teori dan konsep


asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit urtikaria.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami definisi dari urtikaria.
b. Mampu mengetahui dan memahami etiologi dari urtikaria.
c. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari urtikaria.
d. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari urtikaria.
e. Mampu mengetahui dan memahami pathway urtikaria.
f. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari urtikaria.
g. Mampu mengetahui dan memahami penatalasanaan medik dari urtikaria.
h. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari urtikaria.
i. Mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan urtikaria.
3

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan penjabaran masalah-masalah menggunakan studi kepustakaan
maupun di internet.

E. Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat sebagai bahan acuan terutama bagi para pemerhati
kesehatan :
1. Tenaga Medis
Dapat digunakan sebagai acuan untuk mendalami ilmu tentang
urtikaria agar tindakan dapat disesuaikan dengan prosedur
penatalaksanaan pada pasien dengan urtikaria.
2. Bagi para mahasiswa
Dapat digunakan sebagai materi untuk bahan belajar sehingga
dapat digunakan untuk lebih mendalami tentang ilmu medis khususnya
tentang materi urtikaria.
3. Bagi masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan pemerhati dan kewaspadaan, rasa
hati-hati dan lebih kooperatif jika masyarakat mengalami penyakit
urtikaria.

F. Sistematika Penulisan
1. Pembagian pembuka
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
2. Bagian tubuh
a. Bab I
1) Latar belakang
2) Rumusan masalah
3) Tujuan penulisan
4

4) Metode penulisan
5) Sistematika penulisan
b. Bab II
1) Definisi urtikaria.
2) Klasifikasi urtikaria.
3) Etiologi urtikaria.
4) Manifestasi klinis urtikaria.
5) Patofisiologi urtikaria.
6) Komplikasi urtikaria.
7) Pemeriksaan penunjang urtikaria.
8) Penatalaksanaan urtikaria.
3. Bagian Penututp
a. Bab III
1) Kesimpulan
2) Saran
b. Daftar pustaka
5

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Dapat
terjadi secara akut maupun kronik, keadaan ini merupakan masalah untuk
penderita maupun dokter. Walaupun patogenesis dan penyebab yang
dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang
tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Urtikaria adalah (reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam
sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) tempat yang cepat
timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan,
meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat
atau tertusuk (Dr.Hendra utama & prof.dr. Arjatmo.2002 Hal 153).
Urtikaria (gelagata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 pada kulit
yang ditandai oleh kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna
merahmuda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan
gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat mengenai setiap bagian tubuh,
termasuk membran mukosa (khususnya mulut), laring (kadang-kadang dengan komplikasi
respiratorius yang serius) dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama
periode waktu tertentu yang bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam sebelum
menghilang. Selama berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang
dan kembali lagi secara episodik (Brunner dan Sudarth, 2002).
Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak
(akut) karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan
kebocoran dari pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987,
urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering
dikemukakan oleh penderita, keadaan ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain
(Hodijah, 2009).
6

Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur
berwarna merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009).
Secara umum, Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau
Gelagata adalah suatu reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai
dengan kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah
muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan
gangguan rasa nyaman yang setempat. Istilah lain yang digunakan untuk urtikaria yaitu :
Hives, nettle rash, biduran, kaligata,gelagata.
B. Epidemiologi
Urtikaria (biduran) adalah lesi kulit yang banyak dikenal, yang
pada saat tertentu dapat mengenai sedikitnya 25% dari populasi. Sebagian
besar episode urtikaria berlangsung singkat dan bersifat swasirna,
terutama di masa kanak-kanak bila berkaitan dengan infeksi pernapasan.
Namun, sebagian kecil orang dewasa (dan jarang pada anak-
anak) urtikaria yang tidak diketahui sebabnya dapat menetap selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

C. Etiologi
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui
penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, di antaranya
: obat, makanan, gigitan/sengatan serangga, bahkan fotosensitizer, inhalan,
kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetik, dan
penyakit sistemik.
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik
secara imunologik maupun nonimunologik. Hampir semua obat
sistemik dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II.
Contohnya ialah obat-obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik,
pencahar, hormon, dan diuretik. Adapula obat yang secara
nonimunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan
7

histamin, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin


menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari
asam arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang
akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein
atau bahan lain yang dicampurkan kedalamnya seperti zat warna,
penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria
alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah
telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju bawang, dan
semangka; bahan yang icampurkan seperti asam nitrat, asam benzoat,
ragi, salisilat, dan penisilin. CHAMPION (1969) melaporkan +2%
urtikaria kronik disebabkan sensitasi terhadap makanan.
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan/sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria
setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I)
dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom an toksin bakteri, biasanya
dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding, dan
serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papular di sekitar
tempat gigitan. Biasanya sembuh dengan sendirinya setelah beberapa
hari, mingu atau bulan.
4. Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin,
sulfonamid, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria
5. Inhalasi
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu,
bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan
urtikaria alergik (tipe I). Reaksi ini sering dijumpai pada penderita
atopi dan disertai gangguan nafas.
8

6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu
binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan, bahan kimia misalnya insect repellent (penangki serangga),
dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan karena bahan tersebut
menembus kulit dan menimbulkan urtikaria. TUFT (1975) melaporkan
urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang jarang
terjadi; karena kontak dengan antibiotik umumnya menimbulkan
dermatitis kontak. Urtikaria akibat kontak dengan klorida kobal,
indikator warna pada tes provokasi keringat, telah dilaporkan oleh
SMITH (1975).
7. Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni
berenang atau memegang benda yang dingin; faktor panas, misalnya
sinar matahari, sinar ultraviolet, radiasi dan panas pembakaran; faktor
tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes
atau semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang-ulang contonya
pijatan, keringat, pekerjaan berat, demam dan emosi menyebabkan
urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Klinis
biasanya terjadi pada tempat-tempat yang mudah terkena trauma.
Dapat timbul urtikaria setekah goresan dengan benda tumpul beberapa
menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut
dermografisme atau fenomena Darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria,
misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi
oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi, dan sinusitis.
Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin
bakteri atau oleh sensatisasi. Infeksi virus hepatitis, mononukleosis,
dan infeksi virus Coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor
9

penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan


kemungkinan infeksi virus subklinis. Infeksi jamur kandida dan
dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infestasi
cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga Schistosoma.
9. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler.
Ternyata hampir 11,5% penderita urtikaria menunjukkan gangguan
psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis dapat
menghambat eritema dan urtikaria. Pada percobaan induksi psikis,
ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat.
10. Genetik
Faktor genetik ternyata berperan penting pada urtikaria dan
angioedema, walaupun jarang menunjukkan penurunan autosomal
dominan. Di antaranya ialah angioneurotik edema herediter, familial
cold urticaria, familial localized heat urticaria, vibratory angioedema,
heredo-familial syndrome of urticaria deafness and amyloidosis, dan
erythropoietic protoporphyria.
11. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan
urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-
antibodi. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis
herpetiformis Duhring, sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9%
penderita lupus eritematosus sistemik dapat mengelami urtikaria.
Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain
limfoma, hipertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada
demam reumatik, dan artritis reumatoid juvenilis.
10

D. Manifestasi Klinis
1. Peninggian pada kulit dan/atau angioedema secara mendadak.
Peninggian kulit pada urtikaria harus memenuhi kriteria di bawah ini:
Ditemukan edema sentral dengan ukuran bervariasi, dan bisa disertai
eritema di sekitarnya.
2. Terasa gatal atau kadang-kadang sensasi terbakar.
3. Umumnya dapat hilang dalam 1-24 jam, ada yang < 1 jam.
4. Angioedema ditandai dengan karakteristik : Edema dermis bagian
bawah atau jaringan subkutan yang timbul mendadak, dapat berwarna
kemerahan ataupun warna lain.
5. Sering disertai edema membran mukosa.
6. Lebih sering dirasakan sebagai sensasi.
7. Nyeri dibandingkan gatal, dapat menghilang setelah 72 jam.
E. Klasifikasi
1. Urtikaria Akut

Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau


beberapa hari. Yang sering terjadi penyebabnya adalah:

a. Adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu


binatang/makanan.
b. Akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan,
kerangan-kerangan dan strouberi.
c. Akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. Urtikaria Kronis

Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau


beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya
faktor penyebab tunggal.
11

3. Urtikaria Pigmentosa

Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang


berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan
rasa gatal.

4. Urtikaria Sistemik ( Prurigo Sistemik )

Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi
kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk
popular-popular yang berwarna kemerahan.

Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:

a. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas :


1) Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas
penyebabnya atau sulit dideteksi
2) cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh
rangsangan dingin
3) pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan
tekanan
4) kontak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi
5) aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh
rangsangan air
6) solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar
matahari
7) vaskulitik urtikaria
8) cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas,
latihan berat dan stress.
12

F. Patofisiologi
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi
akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya histamin, kinin, serotonin,
slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh
sel mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim
proeolotik, misalnya kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam
sel mast. Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu
merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut.
Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono
phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator.
Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-
obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotik
berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin,
dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum
diketahui, langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan
mediator. Faktor fisik, misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X,
dan pemijatan, dapat langsung merangsang sel mast.
Beberapa keadaan, misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol
dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Faktor imunologik lebih
berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik; biasanya IgE
terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya
reseptor Fc, bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE, maka
terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan
ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan
makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara
klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin
(C3aC5a) yang mampu merangsang sel mast dan baofil, misalnya tampak
akibat venom atau toksin bakteri. Ikatan dengan komplemen juga terjadi
pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks imun, pada keadaan
13

ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga
terjadi misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan
kosmetik, dan sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara
genetik menyebabkan edema angioneurotik yang herediter.
G. Penatalaksanaan
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya akut tidak
perlu adanya pengobatan secara intensif karena urtikaria pada tahap ini
gejalanya tidak berlansung lama dan bisa sembuh sendiri.

Tetapi pada urtikaria kronik bisa di lakukan pengobatan dengan


menggunakan anthihistamin. Obat ini merupakan pilihan utama adalah
penanganan urtikaria.

Ada beberapa tindakan yang harus di lakukan dalam penangnan


urtikaria adalah :

1. Mencari dan menghindari bahan atau keadaan yang menyebabkan


urtikaria.
2. Untuk menghilangkan rasa gatal dapat di oleskan sedikit tepung soda
bakar yang sudah di campur dengan air atau 1/10 larutan menthol
dalam alkohol.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding nya adalah

1. IgE test
2. Ana test
3. Skin test
4. Pemeriksaan darah, urin, feses rutin
5. Pemeriksaan histopatologik
6. Tes eleminasi makanan
7. Tes provokasi
14

8. Tes alergi
I. Prognosis
1. Hindari Penyebab

Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab/pencetus


terjadinya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus
alergi ialah dengan melakukan uji kulit (tes alergi). Sayangnya,
penderita terkadang alergi terhadap banyak hal, dan ini tentu sungguh
membutuhkan ketelatenan penderita untuk mengidentifikasinya.

Penyebab alergi yang perlu Anda waspadai:

a. Makanan.

Meliputi susu sapi, telur ayam, daging ayam, ikan


(terutama ikan laut), udang (ebi), kepiting dan kacang-kacangan
(kacang tanah, kacang mede). Sebagai sumber protein pengganti,
dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai. Susu kedelai
mengandung protein yang tidak menimbulkan alergi. Kadar asam
amino lisinnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan nilai gizi protein pada nasi yang umumnya rendah
kadar lisinnya. Secara umum susu kedelai juga mengandung
vitamin B1, B2 dan niasin dalam jumlah yang setara dengan susu
sapi.

b. Obat-obatan tertentu.

Biasanya dari golongan pereda nyeri (aspirin, antalgin) dan


antibiotik (amoksisillin, kotrimoksazol).

c. Cuaca.

Terutama yang terlalu dingin atau panas. Urtikaria yang


disebabkan oleh cuaca dingin biasanya menyerang orang dewasa
15

muda dan dapat timbul jika udara menjadi semakin dingin. Untuk
itu, bila cuaca dingin, usahakan aktivitas dilakukan di dalam
ruangan. Gunakan masker/penutup hidung untuk mengurangi suhu
dingin.

d. Debu dan polusi.

Bersihkan rumah dari debu secara rutin, terutama kamar


tidur dan tempat tidur. Batasi pemakaian karpet di dalam rumah.

e. Tekanan dan goresan.

Urtikaria yang disebabkan oleh tekanan biasanya terjadi


pada mereka yang menderita dermografisme yang berupa goresan
pada kulit. Tekanan akibat goresan ini juga dapat memicu
urtikaria.

f. Stres.

Hindari keadaan yang dapat membuat stres secara


emosional, karena urtikaria juga dapat dipicu oleh faktor
psikologis pasien.

2. Olahraga Teratur

Penyakit alergi berkaitan erat dengan daya tahan tubuh. Bila


daya tahan tubuh lemah, mudah sekali muncul gejala-gejalanya.
Olahraga yang dianjurkan misalnya berjalan kaki, berenang,
bersepeda, berlari dan senam.

J. Komplikasi
1. Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang
menimbulkan ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan
stres psikologis dan sebaliknya sehingga mempengaruhi kualitas hidup
penderita seperti pada penderita penyakit jantung.
16

2. Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien


dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang
bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa
menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan
penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien cystitis menggunakan


pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :

1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Identitas klien : nama,umur,jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal
MRS, tanggal pengkajian, diagnostic medic.
2) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama

Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga


datang ke RS untuk menerima pertolongan dan mendapatkan
perawatan serta pengobatan.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya : pasien


(biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan
kemampuan untuk mengangkat , pasien menyatakan nyeri
beberapa lama ,letak nyeri,dll.
17

3) Riwayat kesehatan masa lalu

Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan dengan


penyakit sebelumnya dan riwayat pemeriksaan klien.apakah
alergi terhadap zat makanan,cuaca,obat-obatan,dsb.
Misalnya pada kasus cystitis yang perlu dikaji yaitu : riwayat
menderita infeksi saluran kemih sebelumnya,riwayat pernah
menderita batu ginjal ,riwayat penyakit DM, dan jantung.

4) Riwayat kesehata keluarga

Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang


menderita penyakit yang sama adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit akut / kronis serta melampirkan genogram
klien.

2. Pemeriksaan fisik, meliputi :


a. Keadaan umum
 Keadaan fisik : sedang,ringan,berat
 Tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi,suhu,pernafasan
 Tingkat kesadaran : composmentis,apatis,spoor,somnolent
1) Kulit
 Inspeksi : warna kulit dan kebersihan kulit
 Palpasi : suhu,tekstur,kelembaban,apakah ada nyeri tekan,
apakah ada mas
sa / benjolan atau apakah ada odema.
2) Kepala
 Inspeksi : apakah penyebaran rambut merata ,apakah ada
luka di kepala,apa
Kah kebersihan kulit terjaga.
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa /
benjolan.
18

3) Wajah
 Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak
pucat atau tidak.
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa /
benjolan.
4) Mata
 Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah
konjungtiva pucat atau tid
ak ,apakah palpebra oedema atau tidak.
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa /
benjolan.
5) Hidung
 Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa /
benjolan
6) Telinga
 Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa /
benjolan
7) Mulut
 Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan
8) Leher
 Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
 Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan
kelenjar limfe
9) Ketiak
 Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar
getah bening
19

 Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening


10) Dada dan pernapasan
 Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris
kiri dan kanan
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada
massa/benjolan
 Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympan
 Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau
broncovesikuler, apakah ada suara tambahan, misalnya :
roles, ronchi.
11) Jantung
 Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu
ictus cordis pada ve
ntrikel kiri ICS 5 linea clavikularis kiri.
 Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan
pukulan/ kekuat
an getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR) selama
satu menit penuh.
 Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung
 Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung
12) Abdomen
 Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase,apakah
permukaan abdomen datar ,pengembangan diafragma
simetris kiri dan kanan
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada
massa/benjolan
 Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak
20

 Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah


peristltik ususnya
normal atau tidak.
13) Genetalia dan anus
 Inspeksi : apakah ada benjolan atau tidak
 Palapsi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada
massa/benjolan
14) Ekstermitas
a) Ekstermitas atas
 Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan
otot
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
 Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk
otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
 Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan
triceps
 Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri,
sentuhan,temperature,ra
sa ,gerak dan tekanan.
b) Ekstermitas bawah
 Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan
otot
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
 Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk
otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
 Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan
triceps
21

 Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri,


sentuhan,temperature,rasa ,gerak dan tekanan.
3. Pola kebiasaan sehari-hari

Menurut GORDON ada 11 pola kegiatan sehari-hari yang


meliputi : kebutuhan nutrisi,kebutuhan cairan,kebutuhan
eliminasi,istirahat,personal hygiene,persepsi kognitif,persepsi dan
konsep diri,aktivitas dan latihan,kebutuhan seksual,mekanisme
koping,kepercayan / keyakinan.adapun data dasar pengkajian pada
pasien dengan urtikaria adalah :

a. Aktivitas atau istirahat


 Gejala : malaise,perubahan pola tidur
b. Sirkulasi
 Tanda : TD normal/sedikit dari jangkauan normal (selama
curah jantung Tetap meningkat) kulit hangat kering ,bercahaya,
pucat, lembab.
c. Eliminasi
 Gejala :
d. Makanan atau cairan
 Gejala :Jarang ditemukan pada pasien anoreksia.
 Tanda :Jarang ditemukan pasien dengan keadaan penurunan
BB. Penurunan lemak subkutan/massa otot (malnutrisi).
Pengeluaran haluaran konsentrasi urine. Perkembangan kearah
oliguri, auria.
e. Neurosensor
 Gejala :Sakit kepala, pusing, pinsang
 Tanda :Gelisah, ketakutan
f. Nyeri/ ketidaknyamanan
 Gejala :Kejang obdominal, lokalisasi rasa sakit, pruritas umum
(urtikaria).
22

g. Pernafasan
 Tanda :Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan,
suhu: umumnya meningkat (37,95 C atau lebih), tetapi kadang
subnormal.
h. Seksualitas
 Gejala :Pruritas perineal
 Tanda :Maserasi vulva, pengeringan vagina purulen.
i. Penyuluhan / pembelajaran
 Gejala :Masalah kesehatan kronis/melemahkan, misalnya: hati,
ginjal, DM, kecanduan alcohol, penggunaan anti biotic (baru
saja atau jangka panjang).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : pruritus berhubungan dengan vasodilatasi
subkutan, gangguan citra diri tubuh berhubungan dngan angioedema.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan
dengan gatal.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya.
4. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi
subkutan.
23

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Gangguan rasa nyaman Tujuan :Agar dapat 1. Kaji makna perubahan 1. Episode traumatic
pruriatas berhubungan mengekspresikan perasaan pada pasien mengakibatkan perubahan tiba-
dengan vosodilatasi dan masalah yang 2. Bersikap realistis dan tiba, tidak diantisipasi,
subkutan, Gangguan menyebabkan penurunan positif membuat perasaan kehilangan
citra tubuh citra tubuh selama pengobatan.Pada p pada perubahan
berhubungan dengan enyuluhan kesehatan dan actual/yang dirasakan.ini mem
angiodema menyusun tujuan dalam erlukan dukungan perbaikan
keterbatasan. optimal.
3. Dorong interaksi keluarga 2. Meningkatkan kepercayaan
dan dengan tim dan mengadakan hubungan
rehabilitas. antara pasien dengan perawat.
4. Berikan kesempatan pada 3. Mempertahankan/membuka
pasien untuk garis komunikasi dan
mengekspresikan perasaan memberikan dukungan
mereka. 4. meringankan beban
Rasional :meringankan psikologis klien.
beban psikologis klien. 5. Keluarga dapat
24

5. HE kepada keluarga meningkatkan ventilasi


pasien tentang bagaimana perasaan dan memungkinkan
mereka dapat membantu respons yang lebih
pasien. membantu pasien.

2 Gangguan pemenuhan Tujuan : 1. Untuk mengetahui kebiasaan


kebutuhan istirahat Pasien menunjukkan tidur klien serta gangguan yang
1. Kaji kebiasaan tidur klien
tidur berhubungan kebutuhan istirahat tidur dirasakan, dan membantu
sebelum dan selama sakit
dengan gatal. terpenuhi. dalam menentukan intervensi
2. Beri posisi yang nyaman.
selanjutnya.
3. Ciptakan lingkungan yang
2. Posisi yang nyaman dapat
tenang dan nyaman.
meningkatkan relaksasi
4. Anjurkan pasien untuk
sehingga menstimulasi untuk
mengkomsumsi
tidur.
makanan/minuman tinggi
3. Lingkungan yang tenang dapat
protein sebelum tidur.
memberikan rasa nyaman
5. Menghindari minuman yang
sehingga mempermudah klien
mengandung kafein,pada
tidur.
malhari.
4. Pencernaan protein
menghasilkan triptopan yang
25

mempunyai efek sedative


5. Memudahkan pasien untuk
dapat tidur.

3 Anxietas berhubunga Tujuan : 1. Observasi tingkat kecemasan 1. mengetahui sejauh mana


dengan kurang Pasien akan menunjukkan pasien. kekhwatiran / kecemasan
pengetahuan tentang kecemasan berkurang/ 2. Beri kesempatan pada klien pasien dan pemahaman pasien
penyakitnya. teratasi dengan criteria: untuk mengungkapkan mengenai penyakitnya.
perasaanya 2. Mengurangi beban perasaan
Pasien dapat menerima
3. Bina hubungan yang baik pasien.
keadaanya
antara perawat dengan klien. 3. Meningkatkan hubungan
.Ekspresi wajah rileks 4. Beri dorongan spiritual. terapeutik antara perawat
5. HE tentang penyakit yang dengan pasien.
Pasien tampak tenang
diderita pasien. 4. Membantu pasien lebih
mendekatkan diri kepada
Tuhan dan menerima
keadaanya denga ikhlas.
5. Dengan informasi denga baik
dapat menurunkan kecemasan
pasien.
26

4 Resiko kerusakan Tidak terjadi kerusakan 1. Kaji dan catat keadaan dan 1. Sebagai bahan pertimbangan
jaringan kulit jaringan kulit. warna kulit dalam menentukan derajat
berhubungan dengan 2. Pijat kulit dengan lembut. kerusakan kulit.
vasodilatasi subkutan. 3. Anjurkan pasien untuk tidak 2. Memperbaiki sirkulasi darah
menggaruk. 3. Menghindari kerusakan kulit
4. Kompres atau mandi air 4. Dapat mengurangi gatal yang
hangat dengan timbul.
mencampurkan koloit Aveeno
oatmeal.
27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam


sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat
timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan,
meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat
atau tertusuk. Penyebab urtikaria belum diketahui pasti penyebabnya,
diduga di antaranya : obat, makanan, gigitan/sengatan serangga, bahkan
fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi
parasit, psikis, genetik, dan penyakit sistemik.
Gejala penyakit ini bisa berupa: gatal-gatal, pembengkakan diatas
permukaan kulit yang berwarna kemerahan dengan batas pinggir yang
jelas (timbul secara tiba-tiba, memudar bila disentuh, jika digaruk akan
timbul bilur-bilur yang baru), bilur-bilur membesar lalu menyebar atau
bergabung satu sama lain membentuk bilur yang lebih besar, bentuknya
berubah-ubah, hilang-timbul dalam beberapa menit atau jam.
Pengobatannya yaitu, jika sifatnya ringan, tidak diperlukan
pengobatan khusus karena bisa menghilang dengan sendirinya. Jika
sampai terjadi penyumbatan tenggorokan dan kesulitan bernafas, maka
segera dilakukan tindakan darurat. Untuk mengurangi peradangan, gatal-
gatal dan pembengkakan, diberikan antihistamin, epinephrine, terbutalin,
simetidin, kortikosteroid atau obat penenang. Sedang pencegahannya yaitu
hindari kontak dengan alergen penyebab kaligata.

B. Saran
Setelah mengetahui, mempelajari pembahasan diatas, saran kami yaitu kita dapat
mejaga diri kita agar setidaknya dapat menghindari penyebab-penyebab terjadinya
28

urtikaria, agar kita dapat menjauhkan diri kita dari terjangkitnya berbagai prnyakit yang
dapat menyarang kita.
29

DAFTAR PUSTAKA

http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/09/biduran-giduan-urtikaria-
bukan-sekedar-alergi-makanan-biasa/

http://www.klikdokter.com/urtikaria/28

http://www.irwanashari.com/2009/04/urtikaria.html

http://medicastore.com/penyakit_subkategori/13/index.html

http://juwet.com/2010/04/informasi-dan-pengobatan-pada-urtikaria/

Siti Setiati, Dkk. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. 2014. Internapublishing. Jakarta Pusat.

https://ardiartana.wordpress.com/2013/02/16/askep-urtikaria/

Anda mungkin juga menyukai