BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urtikaria adalah kelainan kulit yang ditandai dengan peninggian kulit yang
timbul mendadak dan/atau disertai angiodema; ukurannya bervariasi, biasanya
dikelilingi eritema, terasa gatal atau sensasi terbakar, umumnya menghilang dalam
1-24 jam. Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami
urtikaria dalam masa hidupnya. Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan
umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an). Hanya saja,pada urtikaria kronis (berulang dan
lama), lebih sering dialami pada wanita yaitu 60% (Anonim, 2009). Urtikaria sering dijumpai pada
semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Umur
rata-rata penderita urtikaria ialah 35tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih
dari 60 tahun.Urtikaria kronik cenderung dialami oleh orang dewasa dan wanita memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar daripada laki-laki (Hodijah, 2009).
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, namun orang dewasa lebih banyak mengalami
urtikaria dibandingkan dengan usia muda. SHELDON (1951),menyatakan bahwa umur rata-rata
penderita urtikaria ialah 35 tahun, jarang dijumpaipada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60
tahun.Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% bentuk urtikaria bersama angioderma, dan11%
bentuk angioederma saja. Lama serangan berlangung bervariasi, ada yang lebih dari satu tahun,
bahkan ada yang lebih dari 20 tahun.Penderita atopi (alergi) lebih mudah mengalami urtikaria
dibandingkan dengan orangnormal. Tidak ada perbedaan frekuensi dari faktor jenis kelamin baik laki-
laki atauperempuan. Umur, ras, jabatan/pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musimdapat
mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh IgE. Penisilin tercatatsebagai obat yang sering
menimbulkan urtikaria (Irga, 2009).
Prevalensi urtikaria di dunia berkisar antara 0,3-11,3% tergantung populasi
yang diteliti.1 Prevalensi hospitalisasi akibat urtikaria dan angioedema makin
meningkat di Australia.3 Hospitalisasi akibat urtikaria 3 kali lebih tinggi pada anak
usia 0-4 tahun.3 Peningkatan hospitalisasi akibat urtikaria paling sering dijumpai
pada usia 5-34 tahun, sedangkan hospitalisasi akibat angioedema tinggi pada usia
2
>65 tahun.3 Urtikaria lebih sering ditemukan pada wanita usia 35-60 tahun (usia
rata-rata 40 tahun).4 Di Indonesia, prevalensi urtikaria belum diketahui pasti.
Penelitian di Palembang tahun 2007 pada 3000 remaja usia 14-19 tahun,
mendapatkan prevalensi urtikaria sebesar 42,78%.5 Sebanyak 8-20% populasi
diperkirakan pernah atau akan menderita urtikaria dalam perjalanan hidupnya dan
sebanyak 0,1% akan berkembang
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka
terdapat masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah: “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Urtikaria”
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami definisi dari urtikaria.
b. Mampu mengetahui dan memahami etiologi dari urtikaria.
c. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari urtikaria.
d. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari urtikaria.
e. Mampu mengetahui dan memahami pathway urtikaria.
f. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari urtikaria.
g. Mampu mengetahui dan memahami penatalasanaan medik dari urtikaria.
h. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari urtikaria.
i. Mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan urtikaria.
3
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan penjabaran masalah-masalah menggunakan studi kepustakaan
maupun di internet.
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat sebagai bahan acuan terutama bagi para pemerhati
kesehatan :
1. Tenaga Medis
Dapat digunakan sebagai acuan untuk mendalami ilmu tentang
urtikaria agar tindakan dapat disesuaikan dengan prosedur
penatalaksanaan pada pasien dengan urtikaria.
2. Bagi para mahasiswa
Dapat digunakan sebagai materi untuk bahan belajar sehingga
dapat digunakan untuk lebih mendalami tentang ilmu medis khususnya
tentang materi urtikaria.
3. Bagi masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan pemerhati dan kewaspadaan, rasa
hati-hati dan lebih kooperatif jika masyarakat mengalami penyakit
urtikaria.
F. Sistematika Penulisan
1. Pembagian pembuka
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
2. Bagian tubuh
a. Bab I
1) Latar belakang
2) Rumusan masalah
3) Tujuan penulisan
4
4) Metode penulisan
5) Sistematika penulisan
b. Bab II
1) Definisi urtikaria.
2) Klasifikasi urtikaria.
3) Etiologi urtikaria.
4) Manifestasi klinis urtikaria.
5) Patofisiologi urtikaria.
6) Komplikasi urtikaria.
7) Pemeriksaan penunjang urtikaria.
8) Penatalaksanaan urtikaria.
3. Bagian Penututp
a. Bab III
1) Kesimpulan
2) Saran
b. Daftar pustaka
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur
berwarna merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009).
Secara umum, Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau
Gelagata adalah suatu reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai
dengan kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah
muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan
gangguan rasa nyaman yang setempat. Istilah lain yang digunakan untuk urtikaria yaitu :
Hives, nettle rash, biduran, kaligata,gelagata.
B. Epidemiologi
Urtikaria (biduran) adalah lesi kulit yang banyak dikenal, yang
pada saat tertentu dapat mengenai sedikitnya 25% dari populasi. Sebagian
besar episode urtikaria berlangsung singkat dan bersifat swasirna,
terutama di masa kanak-kanak bila berkaitan dengan infeksi pernapasan.
Namun, sebagian kecil orang dewasa (dan jarang pada anak-
anak) urtikaria yang tidak diketahui sebabnya dapat menetap selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
C. Etiologi
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui
penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, di antaranya
: obat, makanan, gigitan/sengatan serangga, bahkan fotosensitizer, inhalan,
kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetik, dan
penyakit sistemik.
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik
secara imunologik maupun nonimunologik. Hampir semua obat
sistemik dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II.
Contohnya ialah obat-obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik,
pencahar, hormon, dan diuretik. Adapula obat yang secara
nonimunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan
7
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu
binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan, bahan kimia misalnya insect repellent (penangki serangga),
dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan karena bahan tersebut
menembus kulit dan menimbulkan urtikaria. TUFT (1975) melaporkan
urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang jarang
terjadi; karena kontak dengan antibiotik umumnya menimbulkan
dermatitis kontak. Urtikaria akibat kontak dengan klorida kobal,
indikator warna pada tes provokasi keringat, telah dilaporkan oleh
SMITH (1975).
7. Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni
berenang atau memegang benda yang dingin; faktor panas, misalnya
sinar matahari, sinar ultraviolet, radiasi dan panas pembakaran; faktor
tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes
atau semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang-ulang contonya
pijatan, keringat, pekerjaan berat, demam dan emosi menyebabkan
urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Klinis
biasanya terjadi pada tempat-tempat yang mudah terkena trauma.
Dapat timbul urtikaria setekah goresan dengan benda tumpul beberapa
menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut
dermografisme atau fenomena Darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria,
misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi
oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi, dan sinusitis.
Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin
bakteri atau oleh sensatisasi. Infeksi virus hepatitis, mononukleosis,
dan infeksi virus Coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor
9
D. Manifestasi Klinis
1. Peninggian pada kulit dan/atau angioedema secara mendadak.
Peninggian kulit pada urtikaria harus memenuhi kriteria di bawah ini:
Ditemukan edema sentral dengan ukuran bervariasi, dan bisa disertai
eritema di sekitarnya.
2. Terasa gatal atau kadang-kadang sensasi terbakar.
3. Umumnya dapat hilang dalam 1-24 jam, ada yang < 1 jam.
4. Angioedema ditandai dengan karakteristik : Edema dermis bagian
bawah atau jaringan subkutan yang timbul mendadak, dapat berwarna
kemerahan ataupun warna lain.
5. Sering disertai edema membran mukosa.
6. Lebih sering dirasakan sebagai sensasi.
7. Nyeri dibandingkan gatal, dapat menghilang setelah 72 jam.
E. Klasifikasi
1. Urtikaria Akut
3. Urtikaria Pigmentosa
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi
kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk
popular-popular yang berwarna kemerahan.
F. Patofisiologi
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi
akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya histamin, kinin, serotonin,
slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh
sel mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim
proeolotik, misalnya kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam
sel mast. Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu
merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut.
Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono
phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator.
Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-
obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotik
berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin,
dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum
diketahui, langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan
mediator. Faktor fisik, misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X,
dan pemijatan, dapat langsung merangsang sel mast.
Beberapa keadaan, misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol
dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Faktor imunologik lebih
berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik; biasanya IgE
terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya
reseptor Fc, bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE, maka
terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan
ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan
makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara
klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin
(C3aC5a) yang mampu merangsang sel mast dan baofil, misalnya tampak
akibat venom atau toksin bakteri. Ikatan dengan komplemen juga terjadi
pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks imun, pada keadaan
13
ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga
terjadi misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan
kosmetik, dan sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara
genetik menyebabkan edema angioneurotik yang herediter.
G. Penatalaksanaan
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya akut tidak
perlu adanya pengobatan secara intensif karena urtikaria pada tahap ini
gejalanya tidak berlansung lama dan bisa sembuh sendiri.
1. IgE test
2. Ana test
3. Skin test
4. Pemeriksaan darah, urin, feses rutin
5. Pemeriksaan histopatologik
6. Tes eleminasi makanan
7. Tes provokasi
14
8. Tes alergi
I. Prognosis
1. Hindari Penyebab
a. Makanan.
b. Obat-obatan tertentu.
c. Cuaca.
muda dan dapat timbul jika udara menjadi semakin dingin. Untuk
itu, bila cuaca dingin, usahakan aktivitas dilakukan di dalam
ruangan. Gunakan masker/penutup hidung untuk mengurangi suhu
dingin.
f. Stres.
2. Olahraga Teratur
J. Komplikasi
1. Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang
menimbulkan ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan
stres psikologis dan sebaliknya sehingga mempengaruhi kualitas hidup
penderita seperti pada penderita penyakit jantung.
16
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Identitas klien : nama,umur,jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal
MRS, tanggal pengkajian, diagnostic medic.
2) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
3) Wajah
Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak
pucat atau tidak.
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa /
benjolan.
4) Mata
Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah
konjungtiva pucat atau tid
ak ,apakah palpebra oedema atau tidak.
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa /
benjolan.
5) Hidung
Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa /
benjolan
6) Telinga
Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa /
benjolan
7) Mulut
Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
Palpasi : apakah ada nyeri tekan
8) Leher
Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan
kelenjar limfe
9) Ketiak
Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar
getah bening
19
g. Pernafasan
Tanda :Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan,
suhu: umumnya meningkat (37,95 C atau lebih), tetapi kadang
subnormal.
h. Seksualitas
Gejala :Pruritas perineal
Tanda :Maserasi vulva, pengeringan vagina purulen.
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :Masalah kesehatan kronis/melemahkan, misalnya: hati,
ginjal, DM, kecanduan alcohol, penggunaan anti biotic (baru
saja atau jangka panjang).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : pruritus berhubungan dengan vasodilatasi
subkutan, gangguan citra diri tubuh berhubungan dngan angioedema.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan
dengan gatal.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya.
4. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi
subkutan.
23
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman Tujuan :Agar dapat 1. Kaji makna perubahan 1. Episode traumatic
pruriatas berhubungan mengekspresikan perasaan pada pasien mengakibatkan perubahan tiba-
dengan vosodilatasi dan masalah yang 2. Bersikap realistis dan tiba, tidak diantisipasi,
subkutan, Gangguan menyebabkan penurunan positif membuat perasaan kehilangan
citra tubuh citra tubuh selama pengobatan.Pada p pada perubahan
berhubungan dengan enyuluhan kesehatan dan actual/yang dirasakan.ini mem
angiodema menyusun tujuan dalam erlukan dukungan perbaikan
keterbatasan. optimal.
3. Dorong interaksi keluarga 2. Meningkatkan kepercayaan
dan dengan tim dan mengadakan hubungan
rehabilitas. antara pasien dengan perawat.
4. Berikan kesempatan pada 3. Mempertahankan/membuka
pasien untuk garis komunikasi dan
mengekspresikan perasaan memberikan dukungan
mereka. 4. meringankan beban
Rasional :meringankan psikologis klien.
beban psikologis klien. 5. Keluarga dapat
24
4 Resiko kerusakan Tidak terjadi kerusakan 1. Kaji dan catat keadaan dan 1. Sebagai bahan pertimbangan
jaringan kulit jaringan kulit. warna kulit dalam menentukan derajat
berhubungan dengan 2. Pijat kulit dengan lembut. kerusakan kulit.
vasodilatasi subkutan. 3. Anjurkan pasien untuk tidak 2. Memperbaiki sirkulasi darah
menggaruk. 3. Menghindari kerusakan kulit
4. Kompres atau mandi air 4. Dapat mengurangi gatal yang
hangat dengan timbul.
mencampurkan koloit Aveeno
oatmeal.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah mengetahui, mempelajari pembahasan diatas, saran kami yaitu kita dapat
mejaga diri kita agar setidaknya dapat menghindari penyebab-penyebab terjadinya
28
urtikaria, agar kita dapat menjauhkan diri kita dari terjangkitnya berbagai prnyakit yang
dapat menyarang kita.
29
DAFTAR PUSTAKA
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/09/biduran-giduan-urtikaria-
bukan-sekedar-alergi-makanan-biasa/
http://www.klikdokter.com/urtikaria/28
http://www.irwanashari.com/2009/04/urtikaria.html
http://medicastore.com/penyakit_subkategori/13/index.html
http://juwet.com/2010/04/informasi-dan-pengobatan-pada-urtikaria/
Siti Setiati, Dkk. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. 2014. Internapublishing. Jakarta Pusat.
https://ardiartana.wordpress.com/2013/02/16/askep-urtikaria/