KEPERAWATAN DASAR
“PERAWATAN JENAZAH”
Disusun Oleh :
Elsa Agustina (222402013)
Emilia Sari (222402014)
Hanna Cahya Cyntia (222402015)
Saskia Veby Ananda (222402016)
Puttri Dewanti (222402017)
Arfan Priyantoko (222402018)
Alvina Dwi Zhafirah (222402019)
Faiz Arinal Haq (222402020)
Mariya Yunita (222402021)
Syeila Ami Fathihah (222402022)
Alifta Maulina (222402023)
Trianur Asiyah (222402024)
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk memperbaiki makalah ini
menjadi sempurna.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ii
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Pembahasan 3
2.1 Apa yang dimaksud dengan kematian………..…..…..……………………3
2.2 Apa yang dimaksud dengan perawatan jenazah 3
2.3 Tindakan apa yang di lakukan pada perawatan jenazah 4
2.4 Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam proses perawatan jenazah
4
2.5 Perawatan jenazah sesuai SOP ( Standar Operasional Prosedur)………….5
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
4
1. Untuk menambah pengetahuan tentang perawatan jenazah.
2. Untuk mengetahui tentang bagaimana cara melakukan perawatan jenazah sesuai SOP.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kematian
Kematian adalah suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya.
Secara umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia, dan
akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta
hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak,
atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya
kerja otak secara menetap. Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya:
5
1. Algor mortis (penurunan suhu jenazah), merupakan salah satu tanda kematian yaitu
terhentinya produksi panas, sedangkan pengeluaran berlangsung terus-menerus, akibat
adanya perbedaan panas antara mayat dan lingkungan.
2. Livor mortis (lebam mayat), terjadi akibat peredaran darah terhenti mengakibatkan
stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingga tampak bintik merah
kebiruan.
3. Rigor mortis (kaku mayat), kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut
otot.
4. Dekomposisi (pembusukan), merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organic
tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri,
maupun karena autolysis. Skala waktu terjadinya pembusukan mulai terjadi setelah
kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna kehijauan di perut kanan
bawah (caecum).
1. Berhentinya pernapasan
2. Matinya jaringan otak
3. Tidak berdenyutnya jantung
4. Adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri.
Seseorang dinyatakan mati bilamana fungsi pernapasan/paru-paru dan jantung telah
berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak.Dengan demikian,
kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu
makhluk.Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan.Belum dapat
dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu baka.
6
Pada kasus semacam ini, kalau pun penguburannya atau kremasi akan segera dilakukan
tetap dilakukan perawatan jenazah untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit
disekitarnya.
Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-baiknya.
Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain , seseorang telah diperlakukan secara
manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus memperlakukan tubuh jenazah
dengan hormat.Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala dinaikkan ke
atas bantal.Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat secara
perlahan.Segala sesuatu yang keluar dari tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan
postmortem.
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem.Hal ini dapat menjadi
tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama
dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan:
1. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat melakukan terhadap orang
yang masih hidup.
2. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar
jenazah tiba.
3. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjtkan perawatan postmortem.
A. Perawatan Jenazah
a) Adapun tindakan perawatan jenazah yaitu :
1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2. Lepas dan singkirkan pakaian yang dikenakan jenazah
3. Lepaskan semua alat kesehatan yang masih terpasang pada pasien
4. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
5. Tempatkan kedua tangan jenazah diatas abdomen dan ikat pergelangan tangannya
( padahal ini dilakukan berdasarkan keyakinan masing-masing ).
6. Tempatkan sayu bantal di bawah kepala.
7. Tutup kelopak mata, telinga, hidung, mulut, dan dubur. Jika tidak ada tutup, bisa
menggunakan kapas basah.
8. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di
bawah dagu.
9. Letakkan alas di bawah glutea. Tutup sampai sebatas bahu kepala ditutup dengan
kain tipis.
7
10. Catat semua barang- barang milik pasien dan berikan pada keluarga.
11. Beri kartu atau tanda pengenal.
12. Bunkus jenazah dengan kain panjang.
9
2.5 Perawatan Jenazah Sesuai SOP ( Standar Operasional Prosedur)
A. Pendahuluan
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal,
perawatan menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan kepada keluarga,
transportasi ke kamar jenazah dan melakuakan disposisi ( penyerahan )
barang-barang milik pasien.
B. Indikasi
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian
pasien. Jika pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat
kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan setelah pemeriksaan medis
lengkap melalui autopsy.
C. Tujuan
1) Penghormatan terhadap jenazah
2) Menjalankan kewajiban hukum fardhu’ain ( muslim)
3) Jenazah dalam keadaan bersih
D. Persiapan alat
Alat medis
1) Kasa/ verban secukupnya
2) Sarung tangan bersih
3) Pads
4) Gunting verban
5) Kapas secukupnya
6) Plastic/ pembungkus jenazah
7) Plester penahan untuk menutup luka ( bila ada luka )
8) Bengkok 1 buah
9) Waslap
10) Troli
1
8) Selimut mandi
9) Kain kafan
10) Daftar barang berharga
11) Sisir
12) Baju bersih
13) Peralatan ganti balut
E. Pelaksanaan prosedur
1) Siapkan alat-alat
2) Menyingsing lengan baju diatas siku
3) Melepaskan cincin, jam tangan dan gelang
4) Mencuci tangan dengan teknik yang benar
5) Atur lingkungan sekitar tempat tidur, bila kematian terjadi pada
unit multi bed, jaga privasi pasien yang lain. Tutup koridor,
cuci tangan.
6) Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan atur
dalam posisi datar
7) Tempatkan tubuh pasien dalam posisi supinasi
8) Bersihkan dan rapikan jenazah sesuai kebutuhan. Bersihkan
tubuh jenazah dengan waslap, jika ada luka yang memerlukan
penjahitan maka lakukan penjahitan dan minta izin
( persetujuan ) terlebih dahulu kepada keluarga
9) Letakan tangan jenazah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya. Lipat tangan diatas perut jenazah dank at
pergelangan tangan dengan kassa.
10) Tutup mata, dapat menggunakan kapas yang secara perlahan
ditutupkan pada kelopak mata dan plester jika mata tidak
tertutup. Kemudian tutup lubang hidung dengan kapas
11) Luruskan badan, dengan lengan menyilang tubuh pada
pergelangan tangan dan menyilang abdomen. Atau telapak
tangan menghadap kebawah
12) Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Jika mulut
tetap tidak mau tertutup, dengan cara ikat dari dagu ke
kepala.ikat dengan kassa mulai dari dagu sampai kepala
kemudian diikat sampul pada kepala.
13) Rapatkan kedua kaki kemudian ikat lutut dan kedua ibu jari
dengan menggunakan kassa
14) Tutup jenazah dengan menggunakan kain penutup jenazah
15) Bereskan peralatan dan perawat cuci tangan.
2
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
3.2SARAN
3
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental keperawatan volume 1. Edisi 4. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran