SISTEM INTEGUMEN
“LUKA BAKAR”
Oleh :
Kelompok 3
Eka Hasriani R (A 18.10.016)
Dian alfionita (A 18.10.015)
Fitriyah Mursyidah (A 18.10.022)
A.Ayu Lestari (A 18.10.002)
Ana Jihad Islamiyah (A 18.10.010)
Indriyani (A 18.10.026)
TAHUN 2020/2021
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Cedera yang dicari dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber panas,
kimia, listrik, atau radiasi disebut sebagai luka bakar. Cedera luka bakar terjadi ketika
energi dari sumber panas dipindahkan kejaringan tubuh. Kedalaman cedera berhubungan
dengan suhu dan tentang waktu paparan atau kontak [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Perubahan patofisiologi yang terjadi setelah cedera luka bakar kulit bergantung
pada luas atau ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil ,tanggapan tubuh terhadap
cedera terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun,pada luka yang lebih
(misalanya,meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh total body surface area-
TBSA), tanggapan terhadap tubuh cedara bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya
cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera. Manifestasi klinis luka
bakar luas berevolusi dalam gambaran yang dramatic selama perjalanan klinis
tingkat mortalitas korban cedera luka bakar yang lebih yang lebih rendah. Pusat-pusat
luka bakar yang khusus telah didirakan dan didalamya anggota tim luka bakar
multidisiplin bekerja sama untuk melayani klien dengan luka bakar dan keluarganya.
Kemajuan dalam perawatan prarumah sakit dan rawat inap telah menyumbang banyak
terhadap ketahanan hidup. Namun,disamping kemajuan itu, banyak orang yang masih
mengalami cedera dan masih meninggal setiap tahunya akibat luka bakar. Diamerika
serikat,diperiksa 500.000 orang ditangani setiap tahunya untuk luka bakar.Dari jumlah
tersebut,kira-kira 40.000 orang membutuhakan perawatan dirumah sakit [ CITATION
Joy14 \l 1057 ].
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan khusus
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat aplikatif
A. Defenisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi [ CITATION
Mus10 \l 1057 ].
Cedera dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber panas, kimia,
listrik, atau radiasi disebut sebagai luka bakar. Cedera luka bakar terjadi ketika energi
dengan suhu dan tentang waktu paparan atau kontak [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
B. Etiologi
Menurut [ CITATION Joy14 \l 1057 ], luka bakar dapat disebabkan berbagai zat dan
benda yang berkontak langsung dengan kulit atau paru. Untuk memfasilitasi
Luka bakar termal disebabkan oleh paparan atau kontak langsung dengan api,
cairan panas, semi cairan(misalnya uap air), semi padat (misalnya ter), atau benda
panas. Contoh khusus luka bakar termal adalah mereka yang mengalami kebakaran di
perumahan, kecelakaan lalu lintas eksplosisf, kecelakaan saat memasak atau pada
Luka bakar kimia di sebabkan oleh kontak dengan asam kuat,basa kuat,atau
senyawa organik.konsentrasi, volume, dan jenis bahan kimia, serta rentang waktu
kontak, menentukan keparahan cedera kimia.luka bakar kimia dapat terjadi akibat
kontak dengan bahan pembersih rumah tangga tertentu dan berbagai bahan kimia
yang digunakan di industry, pertanian, dan militer. Cedera kimia pada mata dan
Luka bakar listrik dapat di sebabkan oleh panas yang di hasilkan oleh energy
listrik seiring, listrik tersebut melewati tubuh. Cedera listrik dapat disebabkan oleh
kontak dengan kabel listrik yang terbuka atau bermasalah atau jalur listrik tegangan
arus(tegangan listrik), tipe arus(searah atau bolak balik), jalur yang di lewati arus
listrik,dan tahana jaringan saat arus listrik melewati tubuh.kontak dengan arus listrik
lebih dari 40 volt(v) berpotensi berbahaya akibat disritmia jantung arus lebih dari
1.000 V di anggap sebagai listrik tegangan tinggi dan terkait dengan kerusakan
Luka bakar radiasi adalah jenis luka bakar yang paling jarang dan disebabkan
oleh paparan terhadap sumber radioaaktif. Jenis cedera ini terkait dengan kecelakaan
radiasi nuklir, dan penggunaan radiasi pengion di industry dan iradiasi terapeutik.
Luka bakar matahari, yang di timbulkan akibat paparan berkepanjangan terhadap
sinar ultraviolet (radiasi matahari), juga dianggap sebagai bentuk luka bakar radiasi.
C. Patofisiologi
Perubahan patofisiologi yang terjadi setelah cedera luka bakar kulit bergantung
pada luas atau ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil ,tanggapan tubuh terhadap
cedera terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun,pada luka yang lebih
(misalanya,meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh total body surface area-
TBSA), tanggapan terhadap tubuh cedara bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya
cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera. Manifestasi klinis luka
bakar luas berevolusi dalam gambaran yang dramatic selama perjalanan klinis
pascacedera.cedera luka bakar luas memengaruhi semua sistem mayor dalam tubuh.
Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bisafik, ditandai dengan
Pada cedera langsung pada kulit, panas dari sember eksternal dihantarakan kekulit
dan menghancurkan jaringan. Besarnya kerusakan bergantung pada lama paparan panas
dan suhunya. Pada suhu yang berkelanjutan antara 40˚hingga 44˚C (104˚hingga 111,2˚F)
berbagai sistem enzim seluler dan siste sesluler rusak.pompa natrium-kalium rusak,yang
menyebabkan terjadinya edema seluler, seiring suhu yang meningkat ke 44˚C, nekrosis
sel akan terjadi. Sebagai tambahan, radikal bebas juga dihasilakan yang menyebabkan
terjadinya kerusakan seluler lebih lanjut. Proses yang deskruktif ini berlanjut hingga
sumber panas ditarik dan mekanisme untuk mendinginkan kembali mengembalikan suhu
Termal
(panas) Kimia Listrik Radiasi
Luka Bakar
Gangguan integritas
Nyeri Akut Resiko infeksi
kulit/jaringan
E. Manifestasi Klinis
Menurut [CITATION Mar12 \l 1057 ], tanda dan gejala pada luka bakar, yaitu:
epidermis luka tampak merah muda terang sampai merah dengan edema minimal dan
2. Luka bakar dalam ketebalan parsial (derajat kedua) : melibatkan epidermis dan
dermis. luka tampak merah muda sampai pucat dengan edema sedang dan lepuh.
Luka ini lebih kering dari ketebalan luka bakar persial sedang.
3. Luka bakar ketebalan penuh (derajat tiga) : melibatkan semua lapisan kulit, lemak
subkutan, dan dapat melibatkan otot saraf, dan aliran darah. Luka tampak bervariasi
dari putih,merah buah ceri, sampai coklat atau hitam,dengan lepuh tak umum luka ini
4. Luka bakar ketebalan penuh (derajat keempat) melibatkan lapisan kulit dan
F. Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Sistem integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi.
Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap patogen di
udara seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung
dan kateter. Kateter urin dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan
kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar
berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini
akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada
luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara berat dan
menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi. Hal ini
terjadi ketika kulit yang mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama.
Akibarnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan
trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post
traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut [CITATION Mar12 \l 1057 ] adapun pemeriksaan diagnostik luka bakar, yaitu :
pembuluh darah.
2. SDP: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan
paCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi
pernapasan.
5. Elektrolit serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal: hipokalemia dapat terjadi bila
mulai diuresie, magnesum mungkin menurun. Namun pada awal mungkin menurun
pada kehilangan air: hipernatremia dapat terjadi selanjutnya saat terjadi konservasi
ginjal.
11. Urine: Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan
dalam dan kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka bakar listrik serius).
Warna hitam kemerahan pada urine sehubungan dengan mioglobin . Kultur luka:
12. Foto ronsen dada: Dapat tampak normal pada pascaluka bakar dini meskipun dengan
cedera inhalasi; namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif
13. Bronkoskopi serat optik: Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi; hasil dapat
cedera inhalasi
15. SCan paru: Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya luka bakar listrik.
16. EKG: Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
17. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka bakar
selanjutnya.
H. Penatalaksanaan
antara lain menjauhkan penderita dari sumber luka bakar, memadamkan pakaian yang
terbakar, menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar, menyiram dengan air
sebanyak-banyaknya bila terkena zat kimia. Dan mematikan listrik atau buang
sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan arus
(nonconductive).
kurang tepat dengan pemberian bensin, menyiram air dan pemberian odol. Hal ini
tidak sesuai dengan teori (Rembulan, 2014) yang menyatakan bahwa prinsip
penanganan luka bakar adalah prinsip pengelolaan penderita trauma yaitu airway,
mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan
1. Identitas klien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebuh rentan terkena infeksi.
a. Sumber kecelakaan
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah kemampuan
untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti
4. Pemeriksaan Fisik
Data tergantung pada tipe,berat dan permukaan tubuh yang terkena [ CITATION Mar12 \l
1057 ].
a. Aktivitas/istirahat
Tanda :
- Penurunan kekuatan,tahanan.
b. Sirkulasi
- Hipotensi (Syok)
perifer umum dengan kehilangan nadi ,kulit putih dan dingin (syok listrik)
- Takikardia (syok/ansietas/nyeri)
- Distritmia(syok listrik)
c. Integrita ego
d. Eliminasi
Tanda :
- Saluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat.warna mungkin kemerahan bila
- penurunan bising usus/tak ada ,khususnya pada luka bakar kutancus lebih besar
Tanda :
f. Neurosensori
Tanda :
Gejala :
Berbagai nyeri,contoh luka bakar derajat pertama secara ektream sensitif untuk
kedua tergantung pada keutuhan ujung syaraf,luka bakar derajat tiga tidak nyeri
h. Pernapasan
Gejala :
- Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada
- Jalan napas atas stridor/mengi(obstruksi sehubungang dengan laringospasme,edema
laringeal).
dalam ronki)
i. Keamanan
Tanda :
- kulit umum:destruksi jaringang dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
cairan/syok
- Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam ssehubungang dengan variase
dan mulut kering merah: lepuh pada faring posterior :edema lingkar mulut dan/atau
lingkar nasal
- Cedera kimia :tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab . Kulit mungkin coklat
jaringang perut tebal.cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringang dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
- Cedera listrik : cedera kutaneus ekternal biasanya lebih sedikit dari dibawah
(eksposif)luka bakar dan gerakan aliran pada proksimal tubuh gtertutup,dan luka
listrik)
5. Diagnosa Keperawatan
6.Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam maka diharapkan tingkat nyeri
Tindakan
Observasi
Terapeutik
- Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS,
pencahayaan, kebisingan)
- pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan makan diharapkan integritas kulit dan jaringan
Tindakan
Observasi
penurunan mobilitas.
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, maka diharapkan status
Tindakan
Observasi
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis, musik,
d. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, maka diharapkan tingkat infeksi
Tindakan
Obsevasi
Terapeutik
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
Kolaborasi
Oleh :
Kelompok 3
Eka Hasriani R (A 18.10.016)
Dian alfionita (A 18.10.015)
Fitriyah Mursyidah (A 18.10.022)
A.Ayu Lestari (A 18.10.002)
Ana Jihad Islamiyah (A 18.10.010)
Indriyani (A 18.10.026)
TAHUN 2020/2021
Lampiran 2
No. RM :-
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Umur : 10 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Telp :-
Tanggal masuk RS : -
Ruangan :-
Golongan darah : -
Ayah
Nama : M. Yusuf
Umur : 38 Tahun
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Telp. : -
Ibu
Nama : Irma
Umur : 40 tahun
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : IRT
Telp :-
Umur
No Nama Hubungan Status kesehatan
(thn)
1. Ahmad Abid Abdillah 5 tahun Saudara kandung Tidak ada keluhan
2.
3.
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama :
Klien mengeluh nyeri dan mengeluh tidak nyaman akibat luka pada betisnya
2. Alasan masuk :
Klien mengatakan keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Klien mengatakan nyeri
terjadi akibat luka pada betisnya karena jatuh dari motor bersama temannya saat hendak
bermain sehingga motor tersebut menimpahnya dan knalpot motor mengenai betisnya.
3. Riwayat Penyakit
Severity : skala 3
klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan berat yang menyebabkannya harus
dirawat
3. Riwayat alergi : klien mengatakan tidak memiliki alergi
Simbol genogram :
kembar non
: Perempuan : Berpisah
identik
identik : abortus
: lahir mati
Genogram :
X X X X
Jelaskan : klien merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara. Ibu klien mengatakan
1. Pertumbuhan fisik
V. RIWAYAT NUTRISI
1. Riwayat psikososial
a. Tempat tinggal :
b. Lingkungan rumah :
d. Pengasuh anak :
2. Riwayat spiritual
a. Support sistem :
1. Nutrisi
2. Cairan
minumnya
3. Istirahat/Tidur
Saat sakit : Setelah sakit klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan
4. Eliminasi fekal/BAB
5. Eliminasi urine/BAK
temannya
7. Personal hygiene
8. Aktifitas sehari-hari
temannya
Saat sakit : klien mengatakan tidak pergi bermain karena nyeri akibat
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : Composmenthis
dilakukan pengkajian nampak pada luka klien telah diberikan sesuatu, klien
2. Head to toe
Kulit/integumen :
kulit klien berwarna coklat, tampak terdapat luka kemerahan dan sedikit berair pada
betis klien sebelah kanan dan terdapat luka dibetis kiri klien.
Kuku :
Klien memiliki kuku berwarna coklat muda dan memiliki bentuk kurva cembung
Mata/penglihatan :
Hidung/penghiduan :
Telinga/pendengaran :
Bibir klien nampak pucat, gigi dan gusi klien tidak ada perubahan warna pada email
Dada :
Abdomen :
Klien nampak berhati-hati saat berjalan karena merasa nyeri dan terdapat luka pada
betisnya
a. Sistem Respiratory
b. Sistem Kardiovaskular
c. Sistem Gastrointestinal
Urine : Spontan
e. System Reproduksi
Tidak dikaji
f. Sistem Neurosensori
Pendengaran : normal
Penglihatan : normal
Turgor : elastis
Terdapat luka : terdapat luka pada betis kanan dan kiri klien
h. Ekstremitas
Yang mengkaji,
Kelompok 3
NIM :
DATA FOKUS
Data Fokus
- Klien mengeluh nyeri dan mengeluh tidak nyaman akibat luka pada betisnya
S : skala 3
T : Hilang timbul
- Setelah sakit klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan selalu terbangun
dikarenakan nyeri pada betisnya saat terkena sesuatu seperti selimut/bantal guling
- Saat dilakukan pengkajian nampak pada luka klien telah diberikan sesuatu, klien
- tampak terdapat luka kemerahan dan sedikit berair pada betis klien sebelah kanan
- Klien nampak berhati-hati saat berjalan karena merasa nyeri dan terdapat luka pada
betisnya
KLASIFIKASI DATA
- Klien mengeluh nyeri dan mengeluh - klien nampak gelisah serta meringis
terbangun dikarenakan nyeri pada pada luka klien telah diberikan sesuatu,
betisnya saat terkena sesuatu seperti klien mengatakan telah diolesi minyak
fisik
- Klien mengeluh nyeri dan
tusuk
S : skala 3
T : Hilang timbul
Do :
pada lukanya
2. Ds : - Faktor mekanis Gangguan integritas
rasakan
pada betisnya
3. Ds : Gejala penyakit Gangguan Rasa nyaman
nyenyak
Do :
pada lukanya
4. Ds : Kurang kontrol Gangguan Pola tidur
tidur
- Setelah sakit klien
terbangun dikarenakan
nyeri pada betisnya saat
selimut/bantal guling
sehari-harinya terganggu
Do : -
5. saat dilakukan pengkajian Faktor resiko Resiko infeksi
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan
nyeri
- Identifikasi pengaruh
farmakologis untuk
aromaterapi, Teknik
imajinasi tebimbing,
pencahayaan, kebisingan)
tidur
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
- Anjurkan menggunakan
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
penurunan mobilitas.
Terapeutik
- Gunakan produk
- Gunakan produk
berbahan ringan/alami
sensitive
kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
serum)
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
- Anjurkan menghindari
secukupnya
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
- Identifikasi tekhnik
digunakan
terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan
gangguan dengan
- Berikan informasi
relaksasi
- Gunakan pakaian
longgar
- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
mengulangi atau
dipilih
- Demonstrasikan dan
peregangan , atau
imajinaasi terbimbng)
4. Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan
Dukungan Tidur
tidur keperawatan selama 1x24 jam
Tindakan :
berhubungan maka diharapkan pola tidur
Observasi
dengan membaik, dengan kriteria hasil :
menurun (5)
Terapeutik
- Modisikasi lingkungan
(mis. Pencahayaan,
tidur)
jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan
rutin
meningkatkan
akupresur)
- Sesuaikan jadwal
tindakan untuk
terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
- Anjurkan menepati
- Anjurkan menghindari
- Anjurkan penggunaan
mengandung suppressor
- Ajarkan faltor-faktor
yang berkontribusi
nonfarmakologi lainnya
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan pencegahan infeksi
(Kerusakan
- Berikan perawatan
integritas kulit)
kulit pada area edema
lingkungan pasien
- Pertahankan Teknik
berisiko tinggi
Edukasi
gejala infeksi
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
Ruangan :-
tgl/
jam
1. Nyeri akut Kamis, 1. Mengidentifikasi lokasi, S = Klien mengeluh
5. Mengidentifikasi dibagian
8. Menganjurkan intervensi
7. Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
8.Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
9.Mengajarkan
Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
secukupnya meringis
A : masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
2.Menganjurkan
meningkatkan
sayur
3.Menganjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim
4.Mengannjurkan
mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
3. Gangguan rasa Kamis, 1. mengidentifikasi tekhnik S : Klien mengeluh
memungkinkan teatasi
sesuai
5. Menjelaskan tujuan,
7. Menganjurkan mengambil
posisi nyaman
8. Menganjurkan sering
4. Memfasilitasi seperti
berkontribusi
terhadap gangguan
Psikologis, gaya
hidup)
5. Resiko infeksi Kamis, 1. Memonitor tanda dan S : nampak pada
cairan meningkatkan
asupan cairan
DAFTAR PRIORITAS
MASALAH KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. Musafir
Ruangan :-
kulit/jaringan berhubungan
penyakit
4. Gangguan Pola tidur 30 Juni 2021 -
kontrol tidur
5. Resiko infeksi berhubungan 30 Juni 2021 -
ketidakadekuatan pertahanan
integritas kulit)
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI, D. P. (2017). Standar Diagnosis Kperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI, D. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI, D. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Dokumentasi