Anda di halaman 1dari 19

“Asuhan Keperawatan

Kusta”
Disusun oleh kelompok 5 :
Evi Apriani 131911004
M. Israk yunanza 131911010
Sariyanti 131911019
DEVINISI
Penyakit kusta adalah suatu penyakit menular yang masih
merupakan masalah yang sangat kompleks. Masalah bukan
hanya saja dari segi medis, tetapi dari segi medis, tetapi dari
segi social, ekonomi, buday segi social, ekonomi, budaya.,
keamanan, konsep dir a., keamanan, konsep diri. Kusta
disebabkan karena kuman M.Leprae. nama lain kusta adalah
“the  great imitator” imitator” (pemalsu yang ulung) karena
manifestasi penyakitnya menyerupai penyakit kulit atau
penyakit saraf lain misalnya seperti penyakit nya seperti
penyakit  jamur

2
ETIOLOGI
✘ Kuman penyebab adalah Mycobacterium Leprae yang ditemukan
oleh G.A Hansen pada tahun 1874 di Norwegia, yang sampai
sekarang belum juga dapat dibiakan dalam media artifisial. M.
Leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 um, tahan asam dan
alcohol serta positif-gram.
✘ Penyebab penyakit kusta adalah bakteri M.Leprae yang berbentuk
 batang  batang dengan ukuran panjang panjang 1-8 micron, micron,
lebar 0,2-0,5 0,2-0,5 micron, micron, biasanya biasanya
 berkelompok, da nada yang tersebar satu-s  berkelompok, da nada
yang tersebar satu-satu. Hidu atu. Hidup dalam sel, dan bersifat p
dalam sel, dan bersi tahan asam (BTA). Dimana bakteri M.Leprae ini
banyak terdapat pada kulit tangan, daun telinga, dan mukosa hidung.

3
MANIVESTASI KLINIK

✘ Untuk mengetahui adanya kerusakan fungsi saraf otonom perhatikan


ada tidaknya dehidrasi di daerah lesi yang dapat jelas dan dapat pula
tidak, yang dipertegas menggunakan pensil tinta ( tanda gunawan).
Cara menggoresnya mulai dari tengah lesi kearah menggoresnya
mulai dari tengah lesi kearah kulit no kulit normal. Bila ada
gangguan, rmal. Bila ada gangguan, goresan pada kulit normal akan
lebih tebal bila dibandingkan dengan bagian tengah lesi. Dapat pula
diperhatikan adanya alopesia di daerah lesi, yang kadang –  kadang
dapat membantu, tetapi bagi penderita yang meiliki kulit  berambut
 berambut sedikit, sedikit, sangat sukar menentukannya.
menentukannya. Gangguan Gangguan fungsi motoris motoris
diperiksa dengan Voluntary Muscle Test ( VMT)

4
PATOPISIOLOGI

✘ Kusta dikenal dengan penyakit paling ditakuti karena


deformitas atau cacat tubuh. Kelainan kulit yang tanpa
komplikasi pada penyakit kusta dapat hanya berbentuk
macula saja, infiltrate saja, hanya berbentuk macula saja,
infiltrate saja, atau keduanya. Haruslah berhati keduanya.
Haruslah berhati  –  hati dan buatlah diagnosis banding
dengan banyak penyakit kulit lainnya yang hamper
menyerupainya. Sebab penyakit kusta ini mendapat
mendapat julukan julukan the  greatest immitator  pada ilmu
penyakit kulit.

5
KOMPLIKASI

I. Ulkus neuropatik, deformitas wajah dan


ekstremitas.  
II. Amyloidosis sekunder pada pasien
lepromatosa.
III. Ginekomastia, pembentukan jaringan parut di
testis.
IV. Reaksi reversal (reaksi lepra tipe I)
V. Eritmia nodosum leprosum
VI. Kecacatan Cacat

6
PENATALAKSANAAN

pengobatan kusta dengan  Multy Drug Therapy (MDT) untuk kusta tipe


PB Maupun MB.  
A. Tujuan Pengobatan MDT
✘ 1) Memutuskan mata rantai penularan
✘ 2) Mencegah resistensi obat.
✘ 3) Memperpendek masa pengobatan.
✘ 4) Meningkatkan keteraturan berobat.
✘ 5) Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat
yang sudah ada sebelum pengobatan.
B. Regimen Pengobatan MDT  
✘ Multy Drug Therapy Therapy (MDT) adalah kombinasi dua atau
lebih obat antikusta. Salah satunya rifampisin sebagai anti kusta
yang bersifat bakterisidal kuat sedangkan obat anti kusta lain
 bersifat bakteriostatik.

7
PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan bakterioskopik ( kerokan jaringan kulit)


Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu
diagnosis dan  pengamatan  pengamatan pengobatan.
B. Pemeriksaan histopatologik
Makrofak dalam jaringan yang berasal dari monosit di dalam
darah ada yang mempunyai nama khusus, antara lain sel
kupffer dari hati, sel alveolar dari paru, sel glia dari otak, dan
yang dari kulit disebut histiosit.

8
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Seorang perempuan, 50 tahun, lulusan SMU, ibu rumah tangga, menikah,
suku Sunda, Islam, datang ke RUSD Tanjungpinang pada tanggal 10
April 2021 untuk dengan keluhan kusta.
Pada pasien terdapat riwayat bercak kemerahan atau berwarna putih yang
terasa baal, kerontokan rambut, alis, maupun bulu mata, pengecilan otot-
otot kaki, perubahan bentuk hidung dan wajah, sulit menutup mata
dengan sempurna, gangguan penglihatan, hidung tersumbat, mimisan,
suara sengau, pemendekan jari-jari tangan dan kaki, tangan dan kaki
lunglai, maupun tangan dan kaki seperti cakar, demam, serta nyeri sendi.

9
PEMERIKSAAN FISIK
tanda vital dan status generalis dalam batas normal, tidak didapatkan kelainan
kulit . Pada status neurologikus, fungsi saraf sensoris dan saraf motorik
normal. Pada pemeriksaan BTA yang diambil dari enam daerah yaitu kedua
cuping telinga, kedua punggung tangan, dan kedua lutut, didapatkan indeks
bakteri (IB) 4,33+ dan indeks morfologi (IM) 17,35%. Hasil pemeriksaan
immunoglobulin M (IgM) anti-phenolic glycolipid-1 (anti-PGL-1) 29.827
u/ml (cut off 605 u/ml) dan IgG: 11.056 u/ml (cut off 630 u/ml). Nilai cut off
berdasarkan nilai yang ada pada laboratorium Lembaga Penyakit Tropis (LPT)
Universitas Airlangga Surabaya. Pemeriksaan polymerase chain reaction
(PCR) hasilnya positif. Bahan pemeriksaan diambil dari lutut kanan atas
karena pada hasil pemeriksaan BTA didapatkan nilai paling tinggi di lutut
kanan.

10
NO Analisis Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : Lesi dan proses inflamasi Kerusakan Integritas
klien mengatakan suhu kulit
tinggi ( demam ) rambut
rontok
DO :
Klien tampak lemah
Suhu : 39°C
Kaki ada cakaran ( lesi )
 
2 DS : Proses inflamasi Ganggaun rasa
Klien mengatakan lemah nayaman, nyeri
akibat sakit yang dialami
DO :
Skala nyeri : 5
Suhu : 39°C
 
11
3 DS : Kelemahan fisik Intoleransi aktifitas
Klien mengatakan lemah dan
merasa nyeri tidak bisa
melakukan aktifitas
DO :
Klien tampak meringis
Skala nyeri : 5
 

4 DS : Ketidakmampuan dan Gangguan konsep diri


Klien mengatakan depresi kehilangan fungsi tubuh
dan trauma akibat perubahan
fisik
DO :
Klien tampak trauma
Kaki dan jari timbul cakaran
Gangguan penglihatan
12
DIGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan den Kerusakan


integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses
inflamasi.
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan
proses inflamasi jaringan
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan
fisik.
4. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh

13
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Kerusakan integritas kulit yang NOC : NIC : 1. Memberikan inflamasi dasar
berhubungan den Kerusakan Tujuan : 1. Kaji/ catat warna lesi,perhatikan jika ada tentang terjadi  proses inflamasi
integritas kulit yang berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. dan atau mengenai sirkulasi
dengan lesi dan proses inflamasi. proses inflamasi berhenti dan 2.Berikan perawatan khusus pada daerah daerah yang terdapat lesi
lesi dan proses inflamasi. berangsur-angsur sembuh.   yang terjadi inflamasi 2. Menurunkan terjadinya
  Kriteria hasil : 3. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang  penyebaran inflamasi pada
1.Menunjukkan regenerasi jaringan terjadi inflamasi  perhatikan adakah  jaringan sekitar
2.Mencapai  penyembuhan tepat waktu  penyebaran pada  jaringan sekitar. 3.Mengevaluasi
pada lesi 4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu  perkembangan lesi dan
direndam. inflamasi dan mengidentifikasi
5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi terjadinya komplikasi.
dari tekanan. 4. Kulit yang terjadi lesi perlu
 perawatan khusus untuk
mempertahankan kebersihan
lesi.
5. Tekanan pada lesi  bisa
maenghambat  proses
 penyembuhan.

14
2 Gangguan rasa nyaman, NOC : NIC : 1.Memberikan informasi
nyeri yang berhubungan Tujuan : 1.Observasi lokasi, intensitas dan untuk membantu dalam
dengan proses inflamasi Setelah dilakukan tindakan  penjalaran nyeri. memberikan
jaringan keperawatan  proses inflamasi 2.Observasi tandatanda vital 2.Untuk mengetahui
berhenti dan berangsur-angsur 3.Ajarkan dan anjurkan melakukan  perkembangan atau
hilang.   tehnik distraksi dan relaksasi keadaan  pasien
Kriteria hasil : 4. Atur posisi senyaman mungkin 3.Dapat mengurangi rasa
1. setelah dilakukan tindakan 5.Kolaborasi untuk  pemberian nyeri
keperawatan proses inflamasi analgesik sesuai indikasi 4. Posisi yang nyaman
dapat  berkurang dan nyeri dapat menurunkan rasa
 berkurang dan  beraangsur- nyeri
angsur hilang. 5. menghilangkan rasa
nyeri

15
3 Intoleransi aktivitas yang NOC : NIC : 1.Meningkatkan posisi
berhubungan dengan Tujuan : 1. Pertahankan posisi tubuh yang fungsional  pada ekstremitas
kelemahan fisik. Setelah dilakukan tindakan nyaman. . 2. Oedema dapat
keperawatan kelemahan fisik dapat 2. Perhatikan sirkulasi, gerakan, mempengaruhi sirkulasi
teratasi dan aktivitas dapat kepekaan  pada kulit pada ekstremitas.
dilakukan.   3. Lakukan latihan rentang gerak 3.Mencegah secara
Kriteria hasil : secara konsisten, diawali dengan pasif  progresif mengencangkan
1. Pasien dapat melakukan aktivitas kemudian aktif.  jaringan, meningkatkan
sehari-hari 4.Jadwalkan  pengobatan dan aktifitas  pemeliharaan fungsi otot/
2. Kekuatan otot  penuh perawatan untuk memberikan  periode sendi
istirahat. . 4. Meningkatkan kekuatan
5. Dorong dukungan dan bantuan dan toleransi pasien
keluaraga/ orang yang terdekat pada terhadap aktifitas
latihan. 5. Menampilkan
keluarga/orang terdekat
untuk aktif dalam  perawatan
pasien dan memberikan
terapi lebih konstan

16
4 Gangguan konsep diri (citra NOC : NIC : 1.Episode traumatik
diri) yang berhubungan Tujuan : 1. Kaji makna  perubahan pada  pasien mengakibatkan perubahan
dengan ketidakmampuan dan Setelah dilakukan tindakan 2. Terima dan akui ekspresi frustasi, tibatiba.Ini memerlukan
kehilangan fungsi tubuh keperawatan tubuh dapat berfungsi ketergantungan dan kemarahan. dukungan dalam  perbaikan
secara optimal dan konsep diri Perhatikan perilaku menarik diri. optimal.
meningkat.   3. Berikan harapan dalam parameter 2.Penerimaan  perasaan
Kriteria hasil : situasi individu,  jangan memberikan sebagai respon normal
1.Pasien menyatakan  penerimaan kenyakinan yang salah. terhadap apa yang terjadi
situasi diri 4.Berikan penguatan  positif membantu  perbaikan
2.Memasukkan  perubahan dalam 5.Berikan kelompok  pendukung untuk 3.Meningkatkan  perilaku
konsep diri tanpa harga diri negatif  orang terdekat positif dan memberikan
kesempatan untuk
menyusun tujuan dan
rencana untuk masa depan
 berdasarkan realitas.
4.Kata-kata  penguatan dapat
mendukung terjadinya
perilaku koping  positif.
5.Meningkatkan ventilasi
perasaan dan
memungkinkan respon yang
lebih membantu pasien

17
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Kerusakan integritas kulit yang berhubungan 1. Mengkaji/ catat warna lesi,perhatikan jika ada S : klien mengatakan kulit sudah membaik,
den Kerusakan integritas kulit yang jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. kerontokan rambut berkurang
berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi. 2.Memberikan perawatan khusus pada daerah yang O : - kulit kepala tampah bersih dan tidak
lesi dan proses inflamasi. terjadi inflamasi ada kerontokan,
  3. Mengevaluasi warna lesi dan jaringan yang terjadi -cakaran dikaki hilang
inflamasi  perhatikan adakah  penyebaran pada A : masalah teratasi
 jaringan sekitar. P : intervensi dihentikan
4. Membersihkan lesi dengan sabun pada waktu
direndam.
5. Mengistirahatkan bagian yang terdapat lesi dari
tekanan.
2 Gangguan rasa nyaman, nyeri yang 1.Mengobservasi lokasi, intensitas dan  penjalaran S : klien mengatakan nyeri berkurang,
berhubungan dengan proses inflamasi jaringan nyeri. demam berkurang
2.Mengobservasi tandatanda vital O : - klien tidak meringis
3.Mengajarkan dan anjurkan melakukan tehnik Suhu : 36 derajat
distraksi dan relaksasi A : masalah teratasi
4. Mengatur posisi senyaman mungkin P : intervensi dihentikan
5.Mengkolaborasi untuk  pemberian analgesik sesuai
indikasi
18
3 Intoleransi aktivitas yang berhubungan 1. Mempertahankan posisi tubuh yang nyaman. . S : klien mengatakan sudah mampu
dengan kelemahan fisik. 2. Memperhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan beraktifitas
 pada kulit O : klien tampak sudah bisa braktifitas
3. Melakukan latihan rentang gerak secara A : masalah teratasi
konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif. P : intervensi dihentikan
4.Menjadwalkan  pengobatan dan aktifitas
perawatan untuk memberikan  periode istirahat. .
5. Mendorong dukungan dan bantuan keluaraga/
orang yang terdekat pada latihan.
4 Gangguan konsep diri (citra diri) yang 1. Mengkaji makna  perubahan pada  pasien S : klien mengatakan sudah mulai
berhubungan dengan ketidakmampuan dan 2. Menerima dan akui ekspresi frustasi, percaya diri
kehilangan fungsi tubuh ketergantungan dan kemarahan. Perhatikan O : klien tampak tidak trauma atau cemas
perilaku menarik diri. terhadap penyakit
3. Memberikan harapan dalam parameter situasi A : masalah teratasi
individu,  jangan memberikan kenyakinan yang P : intervensi dihentikan
salah.
4.Memberikan penguatan  positif
5.Memberikan kelompok  pendukung untuk orang
terdekat

19

Anda mungkin juga menyukai