Anda di halaman 1dari 24

Referat

MORBUS HANSEN
Oleh :
Minatul Aini, S.Ked
Nadia Rahmayanti, S.Ked

Dokter Pembimbing :
dr. I Gusti Ayu Kencana Wulan, Sp.KK.

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
DEFINISI MH

Nama lain : Kusta, lepra


•Ditemukan oleh Gerhard Armmaur Hansen dari
Norwegia (tahun 1873)
Definisi :
•Suatu infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae, yang ditandai dengan
lesi kulit dan gangguan saraf tepi.
EPIDEMIOLOGI

Tersebar diseluruh dunia

Indonesia peringkat 3 terbanyak


ETIOLOGI

MH disebabkan oleh


Mycobacterium leprae (M.
Leprae)
Bersifat tahan asam (BTA)
Berbentuk batang
Ukuran panjang 1-8 mikron dan
lebar 0,2 - 0,5 mikron
PATOFISIOLOGI
• Penularan dari
penderita MH
melalui kontak
kulit-kulit dalam
jangka lama, dan
melalui droplet.
• Masa inkubasi
rata-rata 2-5
tahun.
• Keparahan gejala
tergantung respon
imun individu.
MANIFESTASI KLINIS

Lesi kulit
• Hipopigmentasi atau eritematous, dengan adanya
gangguan estesi yang jelas.

Gangguan saraf tepi


• Gangguan sensorik, motorik dan otonom
• Pembesaran /penebalan saraf
• Sering terkena : n. aurikularis magnus, n. ulnaris, n.
medianus, n. radialis, n. peroneus lateralis homunis, dan n.
tibialis posterior.
Manifestasi Klinis MH

Gambaran lesi kulit pada MH Penebalan n. aurikularis magnus


KLASIFIKASI MH
Klasifikasi WHO
Tanda utama Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)
Lesi kulit (makula datar, papul - 1-5 lesi - >5 lesi
yang meninggi, nodus) - Hipopigmentasi/eritema
- Distribusi tidak simetris - Distribusi lebih simetris
- Hilangnya sensasi yang - Hilangnya sensasi
jelas kurang jelas
Penebalan saraf tepi yang disertai Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
dengan gangguan fungsi
(gangguan fungsi bisa berupa
kurang/mati rasa atau kelemahan
otot yang dipersarafi oleh saraf
yang bersangkutan.

Pemeriksaan bakteriologi. Tidak dijumpai basil tahan Dijumpai basil tahan


asam (BTA negatif) asam (BTA positif)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Bakteriologis
Pewarnaan Ziehl Nielsen
Sediaan diambil dari lesi yang ada di
kulit
Identifikasi : bentuk dan kepadatan
Bentuk : solid, fragmented, granular,
dan globus
Kepadatan : indeksi bakter (IB) dan
indeks morfologi (IM)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

2. Pemeriksaan Histopatologis 3. Pemeriksaan Serologis


Mengambil irisan lesi kulit atau Uji MLPA(ML Particle
saraf Agglutination)
Pewarnaan hematoksilin-eosin ELISA
(H&E) atau Faraco-Fite untuk Lepromin test
mencari BTA
MLDP (ML Dipstick Test)
Karakteristik histopatologis
ditentukan berdasarkan kriteria MLFT (ML Flow Test)
dari Ridley dan Jopling PCR1.
REAKSI KUSTA

Merupakan suatu episode akut dalam perjalanan kronis


penyakit MH yang merupakan suatu reaksi imunologis.

Tipe 1/ Reaksi Reversal


Reaksi kusta

Tipe 2/ Eritema Nodosum


Leprosum/ ENL
DIAGNOSA BANDING
MH merupakan the greatest imitator  DD banyak

Dermatofitosis Psoriasis

Tinea versicolor Neurofibromatosis

Pitiriasis rosea Granula anulare

Pitiriasis alba Xantomatosis

Dermatitis seboroik Skleroderma

TB kutis verukosa Leukemia kutis


TERAPI MEDIKAMENTOSA Regimen MDT
(WHO, 2018)

Multi Drug Treatment (MDT) Untuk Dewasa


Terapi Medikamentosa Regimen MDT

Multi Drug Treatment (MDT) Untuk Anak-Anak


WHO, 2018
Medikamentosa Reaksi Kusta
• Simptomatik : misalnya antipiretik
• Kortikosteroid Prednison 40 mg/hari
• Kemudian dosis diturunkan perlahan-lahan
Minggu pemberian Dosis harian

Minggu 1-2 40 mg

Minggu 3-4 30 mg

Minggu 5-6 20 mg

Minggu 7-8 15 mg

Minggu 9-10 10 mg

Minggu 11-12 5 mg
Non Medikamentosa

Pencegahan cacat dengan cara :


Fisioterapi : exercise
Terapi okupasi
Terapi psikologi
Memberikan KIE untuk :
a. Memakai sepatu untuk melindungi kaki yang terkena,
b. Memakai sarung tangan bila bekerja,
c. Memakai kacamata pelindung
KOMPLIKASI
Klasifikasi Cacat Menurut WHO
Cacat pada tangan dan kaki
Kerusakan saraf tepi
Tingkat 0 Tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada
kerusakan atau deformitas yang terlihat.

Tingkat 1 Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan


Deformitas atau deformitas yang terlihat.

Tingkat 2 Terdapat kerusakan atau deformitas


Kecacatan (klasifikasi
Cacat pada mata
WHO : cacat tangan dan
Tingkat 0 Tidak ada kelainan/kerusakan pada mata
kaki, cacat mata)
(termasuk visus).

Tingkat 1 Ada kelainan/kerusakan mata, tetapi tidak


terlihat, visus sedikit berkurang.

Tingkat 2 Ada kelainan mata yang terlihat dan atau


visus sangat terganggu.
REHABILITASI

Operasi

Fisioterapi

Terapi psikologis untuk meningkatkan


kepercayaan diri
PROGNOSIS

Umumnya membaik dengan terapi

Rekurensi bisa terjadi pada orang


dengan imunitas rendah dan tidak patuh
berobat
DAFTAR PUSTAKA
1. Wisnu IM, Dalili ESS, Menaldi SL. Kusta. In : Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi,
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI; 2016. P 87-102.
2. Kemenkes RI. Limfodatin Kusta. Jakarta ; Kemenkes; 2015.
3. PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta; PERDOSKI; 2017.
4. WHO. Guideline for the Diagnosis, Treatment and Prevention of Leprosy. New
Delhi: World Health Organization, Regional Office for South-East Asia; 2017.
5. Duncan E. Leprosy in Pregnancy. In: Nunzi E, Massone C, editors. Leprosy: a
Practical Guide. Milan, Italy: Springer 2012; 331-340.
6. Pedoman nasional program pengendalian penyakit kusta. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; 2012.
7. Kahawita, IP and Lockwood, DNJ. Towards understanding the
pathology of erythema nodosum leprosum. Transactions of The
Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene 2008. 102 ; 329-
337.
8. WHO. Frequently Asked Questions on Leprosy. WHO Regional
Office for South-East Asia ; 2013.
9. Duncan ME. The A9 study: The Longest Cohort Study in the
History of Leprosy-An Overview. Ethiop Med J 2007; 45:1-7
10. Kumar B, Dogra S. Leprosy : A disease with diagnostic and
management challanges ! Indian J Dermatol Venereol Leprol 2009;
75 :111-115.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai