Disusun oleh:
Gentaria Rizki Safitri 22010115210160
Baiq Cipta Hardianti 22010115210089
Pembimbing:
Prawoto, SKM.,S.Kep., MKes(Epid)
KEPANITERAAN KOMPREHENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Etiologi
Penyebab kusta adalah M. leprae, yang ditemukan pada tahun 1873 oleh
dengan ukuran 1-8 µm, lebar 0,3 µm dan bersifat obligat intraselluler. Kuman
kusta tumbuh lambat, untuk membelah diri membutuhkan waktu 12-13 hari dan
mencapai fase plateau dari pertumbuhan pada hari ke 20-40. Tumbuh pada
2.1.3 Klasifikasi
• Indeterminate (I)
• Tuberkuloid (T)
• Lepromatosa (L)
2. Klasifikasi untuk kepentingan riset:
• Tuberkuloid (TT)
• Mid-borderline (BB)
• Lepromatosa (LL)
• Pausibasilar (PB)
asam (BTA) negatif menurut kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I
• Multibasilar (MB)
Ridley dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe
2.1.4 Diagnosis
pencegahan kecacatan pada pasien kusta. Diagnosis yang tidak adekuat (under-
kusta pada pasien kusta bertambah parah sedangkan jika diagnosis yang dilakukan
terlalu berlebihan (overdiagnosis) akan mengakibatkan pemberian pengobatan
pasien kusta menjadi tidak akurat. Diagnosis pasien kusta berdasarkan tiga
(plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan
3. Ditemukan BTA
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada
bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau
saraf.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu
tanda kardinal.
2.1.5 Gambaran klinis
1. Lesi kulit (makula yang datar, papul - 1-5 lesi - >5 lesi
yang meninggi, infiltrat, plak eritem, - hipopigmentasi/
nodus)
eritema
- distribusi tidak - distribusi lebih
simetris simetris
2.1.6 Imunologi
Respon imun terhadap kuman M.leprae terjadi pada dua kutub, dimana
pada satu sisi akan terlihat aktifitas Th-1 yang menghasilkan imunitas seluler dan
sisi yang lain terlihat aktifitas Th-2 yang menghasilkan imunitas humoral.
tinggi dengan tipe respon imunitas seluler yaitu Th-1. Kusta tipe tuberkuloid
TNF bersama dengan limfosit akan membentuk granuloma. Sel CD4 + ( T helper
cell) dominan ditemukan terutama di dalam granuloma dan sel CD8+ (cytotoxic T
cell) dijumpai di daerah sekitarnya. Sel T pada granuloma tuberkuloid
rendah dengan tipe respon imunitas humoral yaitu Th-2. Kusta tipe lepromatous
penurunan peranan TLR2 pada monosit sedangkan IL-10 akan menekan produksi
dari IL-12. Dijumpai sel CD4+ berkurang, sel CD8+ yang banyak dan dijumpai
foamy makrofag.
pada kedua kutub masing-masing, namun pada kusta tipe borderline (BT, BB, BL)
dua kutub.
Reaksi kusta adalah suatu episode akut di dalam perjalanan klinik penyakit kusta
yang ditandai dengan terjadinya reaksi radang akut (neuritis) yang kadang-kadang
disertai dengan gejala sistemik. Reaksi kusta dapat merugikan pasien kusta, oleh
Reaksi kusta dapat terjadi sebelum mendapat pengobatan, pada saat pengobatan,
maupun sesudah pengobatan, namun reakis kusta paling sering terjadi pada 6
Reaksi imunologik yang sesuai adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV dari Coomb
& Gel (Delayed Type Hypersensitivity Reaction). Reaksi kusta tipe 1 terutama
terjadi pada kusta tipe borderline (BT, BB, BL) dan biasanya terjadi dalam 6
bulan pertama ataupun sedang mendapat pengobatan. Pada reaksi ini terjadi
peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman kusta dikulit
dan saraf pada pasien kusta. Hal ini berkaitan dengan terurainya M.leprae yang
Antigen yang berasal dari basil yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit T
disertai perubahan imunitas selular yang cepat. Dasar reaksi kusta tipe 1 adalah
antigen basil. Pada saat terjadi reaksi, beberapa penelitian juga menunjukkan
infiltration pada kulit dan saraf. IFNγ dan TNF-α bertanggung jawab terhadap
terjadinya edema, inflamasi yang menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan
yang cepat.
Kulit Lesi kulit yang telah ada Lesi yang telah ada menjadi
menjadi lebih eritematosa eritematosa
Timbul lesi baru yang
kadangkadang disertai panas dan
malaise
Saraf tepi Membesar, tidak ada nyeri Membesar, nyeri tekan dan
tekan saraf dan gangguan gangguan fungsi.
fungsi Berlangsung lebih dari 6 minggu
Berlangsung kurang dari 6
minggu
Kulit dan Lesi yang telah ada akan Lesi kulit yang eritematosa
saraf menjadi lebih eritematosa, nyeri disertai ulserasi atau edema pada
pada saraf tangan/kaki
Berlangsung kurang dari 6 Saraf membesar, nyeri dan
minggu fungsinya terganggu
Berlangsung lebih dari 6 minggu
Reaksi kusta tipe 2 terutama terjadi pada kusta tipe lepromatous (BL, LL).
Diperkirakan 50% pasien kusta tipe LL Dan 25% pasien kusta tipe BL mengalami
episode ENL.
Umumnya terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul
pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy (MDT).
pembuluh darah. Termasuk reaksi hipersensitivitas tipe III menurut Coomb & Gel.
Pada pengobatan, banyak basil kusta yang mati dan hancur, sehingga banyak
antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan antibodi IgG, IgM dan komplemen
C3 membentuk kompleks imun yang terus beredar dalam sirkulasi darah dan
destruksi jaringan akan dilepaskan oleh netrofil akibat dari aktivasi komplemen.
Pada ENL, dijumpai peningkatan ekspresi sitokin IL-4, IL-5, IL 13 dan IL-10
reaksi ENL.
Keterangan gambar:
Gambaran tipe reaksi yang terjadi dan hubungannya dengan tipe imunitas dalam
ulserasi berulserasi
malaise
gangguan
membesar
Gambar 2.3 Tipe kusta dan reaksi kusta
2.2 Keterlibatan saraf pada kusta
• N.ulnaris: anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari V dan sebagian jari
IV
• N.medianus: anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari I, II, III, dan
• N.tibialis posterior: mati rasa telapak kaki dan jari kiting (claw toes)
Sebagian besar masalah kecacatan pada kusta ini terjadi akibat penyakit kusta
yang menyerang saraf perifer. Menurut Srinivasan, saraf perifer yang terkena akan
1. Stage of involvement
Pada tingkat ini saraf menjadi lebih tebal dari normal (penebalan saraf) dan
mungkin disertai nyeri tekan dan nyeri spontan pada saraf perifer tersebut, tetapi
belum disertai gangguan fungsi saraf, misalnya anestesi atau kelemahan otot.
2. Stage of damage
Pada stadium ini saraf telah rusak dan fungsi saraf tersebut telah
ditegakkan, bila saraf telah mengalami paralisis yang tidak lengkap atau saraf
batang tubuh telah mengalami paralisis lengkap tidak lebih dari 6-9 bulan. Penting
sekali untuk mengenali tingkat damage ini karena dengan pengobatan pada tingkat
Pada tingkat ini syaraf telah rusak secara lengkap. Diagnosis stage of
destruction ditegakkan, bila kerusakan atau paralisis saraf secara lengkap lebih
dari satu tahun. Pada tingkat ini walaupun dengan pengobatan, fungsi saraf ini
Cacat yang timbul pada penyakit kusta dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
motorik, misalnya claw hand, drop foot, claw toes, lagoftalmos dan cacat
c. Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta dapat terjadi pada
tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, testis, tulang, dan bola mata.
Kelompok cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat
terjadinya luka akibat trauma mekanis atau termis yang dapat mengalami infeksi
berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder.
2.3.3 Derajat cacat kusta
Mengingat bahwa organ yang paling berfungsi dalam kegiatan sehari-hari adalah
mata, tangan dan kaki, maka WHO (1988) membagi cacat kusta menjadi tiga
1. Tipe tuberkuloid
• Saraf yang terlibat terbatas (sesuai dengan jumlah lesi), stadium awal
mudah disembuhkan
pada tubuh)
• Simetris pada tangan dan kaki yang disebut glove and stocking
anaesthesia
KERUSAKAN
SARAF
PRIMER
Pencegahan:
ANESTESI KEKERINGAN PARALISIS
• Diagnosis
• Terapi
KOMPLIKASI
MISUSED OF HAND & FEET DISUSED
SEKUNDER
Pencegahan: CEDERA FISURA
Memar
• Pendidikan Nekrosis tekanan
• Perawatan Luka tusuk
Diperbaiki:
Luka sayat, lepuh
• Rehabilitasi Luka bakar
• Fisioterapi Dislokasi sendi
• Operasi
• Pendidikan
KONTRAKTUR
SENSORIK OTONOM MOTORIK
2.4.1 Defenisi
ulserasi yang bersifat kronik pada telapak kaki yang anestesi, cenderung resisten
berulang.
berbeda berdasarkan lokasi dan gambaran klinis. Ulkus pada pasien kusta dapat
dibagi atas dua kelompok yang berdasarkan ada/tidaknya kerusakan saraf yaitu:
a. Specific ulcers:
• Leprous ulcers
Sering dijumpai pada pasien kusta tipe lepromatous yang sudah lanjut
b. Non-specific ulcers
• Stasis ulcers.
ULCERS IN
LEPROSY AFFECTED
PERSONS
Reactional
2.4.3 Neuropathy
Injury Fissures
ULCERATION
Infection
Tissue loss
Scar
Deforrnity
2.4.4 Proporsi
Pada tahun 2010, WHO secara global melaporkan proporsi kasus baru
kecacatan tingkat 2 /100.000 populasi adalah 0,23 dan >13.000 kasus baru
2.4.5 Penyebab
a) Ulkus plantaris yang timbul akibat kerusakan saraf sensorik dapat terjadi
4.Tekanan tinggi akibat benda tajam seperti paku, duri, batu yang tajam.
5.Tekanan saat berjalan. Pada saat berjalan akan terjadi mekanisme yang
lateral. Claw toes dapat menimbulkan luka pada ujung-ujung jari kaki
c) Gangguan otonom
Kulit telapak kaki mempunyai bentuk arsitektur yang khas dimana dijumpai
mekanisme slippery slope, terjadi jika kulit mendapat tekanan berat badan,
3. Deformitas kaki
Deformitas kaki menyebabkan tekanan yang berlebihan pada kulit atau
pada daerah kaki yang biasanya tidak menerima beban berat badan.
Keterangan gambar :
B. Gangguan n.tibialis posterior: mati rasa telapak kaki dan jari kiting (claw toes)
claw toes
Gambar 2.9 Penyebab ulkus plantaris
Peripheral Neuropathy
2.4.6 Lokasi
e) Mid lateral border of the foot (base of 5th metatarsal) sebanyak 15-20%
Namun ada juga yang membagi distribusi lokasi ulkus plantaris menjadi
b) Midfoot sebanyak 7%
1. Ulkus plantaris akut, dimana ulkus menunjukkan adanya infeksi akut dan
dasar yang kotor. Dapat juga dijumpai limfadenitis inguinal dan tanda
fibrosa yang padat dan dasar ulkus berwarna pucat tertutup jaringan
pseudoepitheliomatous hyperplasia.
2.4.8 Tatalaksana
pada pasien kusta untuk memeriksa kakinya setiap hari sehingga pasien kusta
dapat mengetahui/menyadari lebih sedini mungkin jika ada luka pada telapak kaki
oleh karena re-epitealisasi (penyembuhan luka) akan lebih cepat terjadi pada ulkus
membuang jaringan yang mati serta menipiskan penebalan kulit dan jika ada
2. Lingkungan luka yang baik dimana bebas dari benda asing dan bebas dari
4. Menggunakan alas kaki yaitu “sandal MCR” yang terbuat dari bahan karet