1. Pemeriksaaan bakterioskopik,
Digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
pengamatan obat. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau
usapan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan ZIEHL
NEELSON. Bakterioskopik negative pada seorang penderita, bukan
berarti orang tersebut tidak mengandung basil M.Leprae. Pertama –
tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat
oleh basil setelah terlebih dahulu menentukan jumlah tepat yang
diambil. Untuk riset dapat diperiksa 10 tempat dan untuk rutin
sebaiknya minimal 4 – 6 tempat yaitu kedua cuping telinga bagian
bawah dan 2 -4 lesi lain yang paling aktif berarti yang paling
eritematosa dan paling infiltratif. Pemilihan cuping telinga tanpa
menghiraukan ada atau tidaknya lesi di tempat tersebut karena pada
cuping telinga biasanya didapati banyak M. leprae1.
2. Pemeriksaan histopatologi
3. Pemeriksaan serologik:
Didasarkan terbentuk antibodi pada tubuh seseorang yang
terinfeksi oleh M.leprae. Antibodi yang terbentuk dapat bersifat
spesifik terhadap M.Leprae, yaitu antibodi anti phenolic glycolipid-
1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein 16kD serta 35kD. Sedangkan
antibodi yang tidak spesifik antara lain antibodi anti-
lipoarabinomanan (LAM), yang juga dihasilkan oleh kuman
M.tuberculosis.
Kegunaan pemeriksaan serologik ialah dapat membantu
diagnosis kusta yang meragukan, karena tanda klinis dan
bakteriologik tidak jelas.Pemeriksaan
serologik adalah MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination), uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay)
dan ML dipstick (Mycobacterium Leprae dipstick). 1
4.Tes lepromin
adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi
tidak untuk diagnosis. Tes ini berguna untuk menunjukkan sistem
imun penderita terhadap M. leprae. 0,1 ml lepromin dipersiapkan
dari ekstrak basil organisme, disuntikkan intradermal. Kemudian
dibaca setelah 48 jam/ 2hari (reaksi Fernandez) atau 3 – 4 minggu
(reaksi Mitsuda). Reaksi Fernandez positif bila terdapat indurasi
dan eritema yang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap
M. Leprae, yaitu respon imun tipe lambat ini seperti mantoux test
(PPD) pada tuberkolosis3.
Reaksi kusta
a. Reaksi tipe 1
Menurut Jopling, reaksi kusta tipe I merupakan delayed
hypersensitivity reaction yang disebabkan oleh hipersensitivitas
selular (reaksi reversal upgrading) seperti halnya reaksi
hipersensitivitas tipe IV. Antigen yang berasal dari kuman yang
telah mati (breaking down leprosy bacilli) akan bereaksi dengan
limfosit T disertai perubahan sistem imun selular yang cepat. Jadi
pada dasarnya reaksi tipe I terjadi akibat perubahan keseimbangan
antara imunitas dan basil.
Dengan demikian, sebagai hasil reaksi tersebut dapat terjadi
upgrading/reversal. Pada kenyataannya reaksi tipe I ini diartikan
dengan reaksi reversal oleh karena paling sering dijumpai terutama
pada kasus-kasus yang mendapatkan pengobatan,sedangkan down
grading reaction lebih jarang dijumpai oleh karena berjalan lebih
lambat dan umumnya dijumpai pada kasus-kasus yang tidak
mendapat pengobatan.
Meskipun secara teoritis reaksi tipe I ini dapat terjadi pada
semua bentuk kusta yang subpolar, tetapi pada bentuk BB jauh
lebih sering terjadi daripada bentuk yang lain sehingga disebut
reaksi borderline.
Gejala klinis reaksi reversal ialah umumnya sebagian atau
seluruh lesi yang telah ada bertambah aktif dan atau timbul lesi
baru dalam waktu yang relatif singkat. Artinya lesi hipopigmentasi
menjadi eritema, lesi eritema menjadi lebih eritematosa, lesi
makula menjadi infiltrat, lesi infiltrat makin infiltrat dan lesi lama
menjadi bertambah lesi luas. Tidak perlu seluruh gejala harus ada,
satu saja sudah cukup 4.
b. Reaksi tipe II
Reaksi tipe II disebabkan oleh hipersensitivitas humoral ,
yaitu reaksi hipersnsitivitas tipe III karena adanya reaksi kompleks
antigen-antibodi yang melibatkan komplemen. Terjadi lebih banyak
pada tipe lepromatous juga tampak pada BL. Reaksi tipe II sering
disebut sebagai Erithema Nodosum Leprosum (ENL) dengan
gambaran lesi lebih eritematus, mengkilap, tampak nodul atau
plakat, ukuran bernacam-macam, pada umunnya kecil, terdistribusi
bilateral dan simetris, terutama di daerah tungkai bawah, wajah,
lengan, dan paha, serta dapat pula muncul di hampir seluruh bagian
tubuh kecuali daerah kepala yang berambut, aksila, lipatan paha,
dan daerah perineum. Selain itu didapatkan nyeri, pustulasi dan
ulserasi, juga disertai gejala sistematik seperti demam dan malaise.
Perlu juga memperhatikan keterlibatan organ lain seperti saraf,
mata, ginjal, sendi, testis, dan limfe. 4
Tabel Perbedaan Reaksi Kusta Ringan dan Berat tipe 1 dan tipe 2 4
PENATALAKSANAAN
Klofazimin (lamprene) :
Dosis sebagai antikusta ialah 50mg setiap hari, atau 100 mg selang
sehari atau 3x100mg setiap minggu. Juga bersifat sebagai antiinflamasi
sehingga dapat dipakai pada penanggulangan E.N.L dengan dosis lebih
tinggi yaitu 200-300 mg/hari namun awitan kerja baru timbul setelah 2-3
minggu.
Efek sampingnya adalah warna kecokelatan pada kulit dan warna
kekuningan pada sclera sehingga mirip ikterus. Hal tersebut disebabkan
oleh klofazimin yang merupakan zat warna dan dideposit terutama pada
sel system retikuloendotelial, mukosa, dan kulit. Obat ini menyebabkan
pigmentasi kulit yang sering merupakan masalah dalam ketaatan berobat
penderita. Efek samping hanya terjadi dalam dosis tinggi, berupa
gangguan gastrointestinal yakni nyeri abdomen, nausea, diare, anoreksia,
dan vomitus.
Selain itu dapat terjadi penurunan berat badan.Perubahan warna
tersebut akan mulai menghilang setelah 3 bulan obat diberikan. 1
Ofloksasin:
Merupakan turunan flurokuinolon yang paling aktif terhadap
Mycobacterium leprae in vitro. Dosis optimal harian adalah 400 mg.
Dosis tunggal yang diberikan dalam 22 dosis akan membunuh kuman
Mycobacterium Leprae hidup sebesar 99,99%. Efek
sampingnya adalah mual, diare, dan gangguan saluran cerna lainnya.,
berbagai gangguan susunan saraf pusat termasuk insomnia, nyeri kepala,
dizziness, nervousness dan halusinasi. Walaupun demikian hal ini jarang
ditemukkan dan biasanya tidak membutuhkan penghentian pemakaian
obat.
Penggunaan pada anak, remaja, wanita hamil dan menyusui harus
hati-hati, karena pada hewan muda kuinolon menyebabkan artropati.
Selain ofloksasin dapat pula digunakan levofloksasin dengan dosis 500
mg sehari. Obat tersebut lebih baru, jadi lebih efektif. 1
Minosiklin:
Termasuk dalam kelompok tetrasiklin. Efek bakterisidalnya lebih
tinggi daripada klaritromisin, tetapi lebih rendah daripada rifampicin.
Dosis standar harian 100 mg. Efek sampingna adalah pewarnaan gigi bayi
dan anak-anak, kadang-kadang menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan
membran mukosa, berbagai simptom saluran cerna dan susunan saraf
pusat, termasuk dizzines dan unsteadiness. Oleh sebab itu tidak di
anjurkan untuk anak-anak atau selama kehamilan1
Klaritromisin:
Merupakan kelompok antibiotik makrolid dan mempunyai aktivitas
bakterisidal terhadap Mycobacterium leprae pada tikus dan manusia. Pada
penderita kusta lepromatosa, dosis harian 500 mg dapat membunuh 99 %
kuman hidup dalam 28 hari dan lebih dari 99,9% dalam 56 hari. Efek
sampingnya adalah nausea, vomitus dan diare yang terbukti sering di
temukan bila obat ini diberikan dengan dosis 2000 mg. 1
Penghentian pemberian obat lazim disebut Release From
Treatment (RFT). Setelah RFT dilanjutkan dengan tindak lanjut tanpa
pengobatan secara klinis dengan tindak lanjut tanpa pengobatan secara
klinis dan bakterioskopis minimal setiap tahun selama minimal 5
tahun. Kalau bakterioskopis tetap negative dan klinis tidak ada
keaktivan baru, maka dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut
Release From Control (RFC). 1
Dapson Rifampisin
Dewasa 100 mg 600 mg
50-70 kg Setiap hari Sebulan sekali di bawah
pengawasan
Anak 50 mg 450 mg
10-14 tahun * Setiap hari Sebulan sekali di bawah
pengawasan
setiap hari dan rifampisin 300 mg diberikan sebulan sekali di bawah pengawasan
*
Menyesuaikan dosis tepat untuk anak kurang dari 10 tahun. Misalnya,
dapson 25 mg sehari, rifampisin 300 mg diberikan sebulan sekali di
bawah pengawasan, klofazimin, 50 mg diberikan dua kali seminggu, dan
klofazimin 100 mg diberikan sebulan sekali di bawah pengawasan
*Tidak dianjurkan untuk wanita hamil atau anak-anak kurang dari 5 tahun
Tipe PB4
Tipe MB4
Anak Dewasa
Hari 1 : diawasi petugas Rifampisin 2caps Rifampisin 2caps
(300mg+150mg) + (2x300mg) +
Klofazimin 3caps klofazimin 3caps
(3x50mg) + DDS 1 tab (3x100) + DDS 1 tab
(50mg) (100mg)
Hari 2-28 : di rumah Klofazimin 1 tab (50mg) Klofasimin 1cap
+ DDS 1 tab (50mg) (100mg) + DDS 1 tab
1.