Varisella Zoster
DI PUSKESMAS SEDONG
Disusun oleh:
Pendamping
CIREBON
2018
IDENTITAS PASIEN
Nama :An. RS
Umur: 6 tahun
ANAMNESIS
Pasien mengeluhkan timbul bintil bintil berisi cairan yang sangat gatal pada kedua lengan,
badan dan muka pasien sejak 2 hari yang lalu. Bintil ini sebelumnya berupa bentol-bentol
yang kemudian menjadi berisi cairan. Bintil ini diawali dari perut pasien dan
kemudian ke lengan. 1 hari sebelum munculnya bintil, pasien demam dan tidak
nafsu makan. Demam dirasakan terus menerus tidak pernah turun dan tidak
Seminggu sebelumnya sepupu pasien yang baru saja pulang dari luar kota dan
Makanan: Disangkal
Obat: Disangkal
Pasien mandi 2 kali sehari, handuk dipakai sendiri, air yang digunakan
berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.
Pasien tinggal bersama kedua orang tua beserta seorang saudara yang
tidur
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital:
Nafas : 20 x/menit
Suhu: 37,50C
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, terdapat vesikel seperti tetesan air di atas kulit.
Ekstremitas
Akral hangat, capiler refilling time<2 detik, edema (-/-), turgor kulit
An. RS, perempuan, 6 tahun, 20 kg, datang ke puskesmas Sedong pada tanggal 4 Mei 2018
dengan keluhan timbul bintil bintil berisi cairan yang sangat gatal pada kedua lengan, badan
dan muka pasien sejak 2 hari yang lalu. Bintil sebelumnya berupa benjolan yang kemudian
menjadi berisi cairan. Pasien demam dan tidak nafsu makan. Demam dirasakan terus menerus
tidak pernah turun dan tidak disertai dengan menggigil. Pada pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS
Varicella Zoster
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi:
Farmakologi :
Vitamin C 3 x 50 mg
PROGNOSIS
fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah anak perempuan berumur 6 tahun.
Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela seringkali menyerang anak-
anak. Keluhan utama pada pasien ini adalah timbulnya bentol-bentol kecil di badan dan
anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari
daerah badan menyebar ke lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini
sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran lesi kulit dari varisela
pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah
dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan embun (tear drops). Lesi kulit dari
varisela dapat juga menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.
Satu hari sebelum timbulnya lepuh-lepuh kecil tersebut, pasien merasa badannya
demam, lemah badan, kepala terasa sakit, dan batuk. Berdasarkan kepustakaan disebutkan
bahwa gejala prodromal dari varisela biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise
ringan, yang umumnya muncul sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit.
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain,
yaitu sepupu pasien kurang lebih 1 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
dimana dikatakan bahwa jalur penularan VVZ bisa secara aerogen, kontak langsung, dan
transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak
infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi virus cukup terbatas.
Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor lain yang berperan
dalam jalur
penularan.
Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan aksiler 37,5°C
yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status
dermatologis yang didapati pada perut dan lengan pasien tampak vesikel seperti tetesan
embun.
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga ditegakkan
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok
bagian dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa kemudian dapat
antibody dengan cara ELISA. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan Tzanck
dan pemeriksan serologi. Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil
pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya
atau pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar,
komplikasi).
penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus yaitu
asiklovir 4 x 400 mg/hari selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan
atau menghambat replikasi dari virus varisela zoster, analgetik dan antipiretik parasetamol 3
x 250 mg/hari jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk
mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan pemberian vitamin C untuk meningkatkan
Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, menjaga kebersihan tubuh, dan tidak
memecahan vesikel. Hal-hal diatas bertujuan untuk memperbaiki daya tahan tubuh pasien