Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

Varisella Zoster

(F.6 PENGOBATAN DASAR)

DI PUSKESMAS SEDONG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer

Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun oleh:

dr. Mega Fera Yuris

Pendamping

dr. Iin Hartinah

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

UPT PUSKESMAS SEDONG

CIREBON

2018
IDENTITAS PASIEN

Nama :An. RS

Umur: 6 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Alamat: Sedong lor RT 002 RW 05, Kec Sedong, Kab Cirebon

Tgl. periksa: 4 Mei 2018

ANAMNESIS

Keluhan Utama: Timbul bintil berisi cairan dan gatal

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan timbul bintil bintil berisi cairan yang sangat gatal pada kedua lengan,

badan dan muka pasien sejak 2 hari yang lalu. Bintil ini sebelumnya berupa bentol-bentol

yang kemudian menjadi berisi cairan. Bintil ini diawali dari perut pasien dan

kemudian ke lengan. 1 hari sebelum munculnya bintil, pasien demam dan tidak

nafsu makan. Demam dirasakan terus menerus tidak pernah turun dan tidak

disertai dengan menggigil.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:

Seminggu sebelumnya sepupu pasien yang baru saja pulang dari luar kota dan

mengalami penyakit yang sama.


Riwayat alergi dan atopi:

 Makanan: Disangkal

 Obat: Disangkal

 Bersin pagi hari ataupun karena debu: Disangkal

 Riwayat asma :disangkal

 Riwayat Lingkungan, kebiasaan dan sosial ekonomi :

Pasien mandi 2 kali sehari, handuk dipakai sendiri, air yang digunakan

berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.

Pasien tinggal bersama kedua orang tua beserta seorang saudara yang

tidur

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran: Kompos mentis

Tanda-tanda vital:

 Nadi : 78 x/menit, (teratur, kuat angkat)

 Nafas : 20 x/menit

 Suhu: 37,50C

 Berat badan: 20kg

Kepala dan Leher

Kulit dan Wajah : dalam batas normal

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat,

isokor, mata cekung (-)

Mulut : lidah kotor (-), faring hiperemis (-), T1-T1

Leher : KGB tidak membesar


Thorak Paru

Inspeksi : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal

Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), ronki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat

Palpasi : Trill (-)

Perkusi : Batas Jantung Normal

Auskultasi : Bunyi jantung III murni reguler, Gallop (), Murmur ()

Abdomen

Inspeksi : Perut datar, terdapat vesikel seperti tetesan air di atas kulit.

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+), Normal

Ekstremitas

Akral hangat, capiler refilling time<2 detik, edema (-/-), turgor kulit

normal. Terdapat vesikel seperti tetesan air di atas kulit.


RESUME

An. RS, perempuan, 6 tahun, 20 kg, datang ke puskesmas Sedong pada tanggal 4 Mei 2018

dengan keluhan timbul bintil bintil berisi cairan yang sangat gatal pada kedua lengan, badan

dan muka pasien sejak 2 hari yang lalu. Bintil sebelumnya berupa benjolan yang kemudian

menjadi berisi cairan. Pasien demam dan tidak nafsu makan. Demam dirasakan terus menerus

tidak pernah turun dan tidak disertai dengan menggigil. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan vesikel seperti tetesan air di atas kulit.

DIAGNOSIS

Varicella Zoster

PENATALAKSANAAN

Non Farmakologi:

 Istirahat yang cukup dan tidak masuk sekolah untuk 1 minggu.

 Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi.

 Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat

 menimbulkan bekas luka garukan dikulit.

Farmakologi :

 Asiklovir tablet 4 x 400mg

 Paracetamol 3 x 250 mg bila demam

 Vitamin C 3 x 50 mg

PROGNOSIS

 Quo ad Vitam : ad bonam

 Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

 Quo ad Sanationam : ad bonam


ANALISIS KASUS

Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah anak perempuan berumur 6 tahun.

Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela seringkali menyerang anak-

anak. Keluhan utama pada pasien ini adalah timbulnya bentol-bentol kecil di badan dan

lengan. Bentol-bentol kemudian berubah menjadi lepuh-lepuh berisi cairan. Dari

anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari

daerah badan menyebar ke lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini

sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran lesi kulit dari varisela

pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah

dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan embun (tear drops). Lesi kulit dari

varisela dapat juga menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.

Satu hari sebelum timbulnya lepuh-lepuh kecil tersebut, pasien merasa badannya

demam, lemah badan, kepala terasa sakit, dan batuk. Berdasarkan kepustakaan disebutkan

bahwa gejala prodromal dari varisela biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise

ringan, yang umumnya muncul sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit.

Masa prodromal ini kemudian disusul oleh stadium erupsi.

Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain,

yaitu sepupu pasien kurang lebih 1 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan

dimana dikatakan bahwa jalur penularan VVZ bisa secara aerogen, kontak langsung, dan

transplasental. Droplet lewat udara memegang peranan penting dalam mekanisme

transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak

infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi virus cukup terbatas.

Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor lain yang berperan

dalam jalur
penularan.

Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan aksiler 37,5°C

yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status

dermatologis yang didapati pada perut dan lengan pasien tampak vesikel seperti tetesan

embun.

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga ditegakkan

berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok

bagian dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa kemudian dapat

ditemukan sel datia

berinti banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan pemeriksaan

antibody dengan cara ELISA. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan Tzanck

dan pemeriksan serologi. Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil

pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya

yang masih dalam batas normal. Pada orang yang

immunocompromised (leukemia, pemberian kortikosteroid dengan dosis tinggi dan lama,

atau pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar,

lebih dalam, berlangsung lebih lama, dan sering terjadi

komplikasi).

Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan

penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus yaitu

asiklovir 4 x 400 mg/hari selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan

atau menghambat replikasi dari virus varisela zoster, analgetik dan antipiretik parasetamol 3

x 250 mg/hari jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk
mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan pemberian vitamin C untuk meningkatkan

daya tahan tubuh.

Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, menjaga kebersihan tubuh, dan tidak

memecahan vesikel. Hal-hal diatas bertujuan untuk memperbaiki daya tahan tubuh pasien

Anda mungkin juga menyukai