KUSTA
(F.5 PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK
MENULAR)
DI PUSKESMAS SEDONG
Disusun oleh:
dr. Baiq Cipta Hardianti
Pendamping
dr. Iin Hartinah
Thorax
Inspeksi : Makular rash (+)
Paru – paru:
Inspeksi : simetris saat statis maupun dinamis
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm lateral LMCS, kuat angkat (-),
melebar (-), pulsasi parasternal (-), sternal lift (-)
Auskultasi : bunyi jantung I, II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar serta lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) frekuensi normal
Anogenital
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, deformitas (-/-), edema (-/-), sianosis (-/-), akral
hangat, CRT <2 detik terdapat perbercakan hiperemis pada lengan
kiri.
Bawah : bentuk simetris, deformitas (-/-), edema (-/-), sianosis (-/-), akral
hangat, CRT <2 detik
Status neurologis
1. Refleks fisiologi : biceps (+/+), triceps (+/+), patellar (+/+), achilles (+/+),
abdominalis (+/+)
2. Refleks patologis : babinski (-), chaddock (-), openheim (-), gordon (-)
3. Sensibilitas : lengan kiri menurun
4. Saraf Otak :
-Kesan N1 : tidak dilakukan
-Kesan N2 : tidak dilakukan
-Kesan N3,N4,N6 : pergerakan bola mata (+/+)
-Kesan N9 : uvula simetris, deviasi lidah (-)
-Kesan N5 : Sensori: Menurun, Motorik : Baik
-Kesan N,7,8,10,11,12: tidak dapat dinilai
Status dermatologis
1. Distribusi : Unilateral, Asimetris
2. Lokasi : Ekstremitas atas
3. Karakteristik : Discrete, ireguler 10x15x0,5 cm, berbatas
tegas, sebagian lesi permukaan meninggi (elevated), lesi kering.
4. Tipe Lesi : Plak eritema, makula eritema
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Kerokan kulit cuping telinga dan pada lesi kulit yang aktif.
IV. DIAGNOSIS
Kusta tipe BL/LL (Pausibasiler WHO)
V. PENATALAKSANAAN
Pemberian obat MDT
- Sebulan sekali hari pertama : 2 kapsul Rifampisin (2 x 300mg) + 1 tablet DDS
(Diaminodiphenylsofone) / Dapson (100mg)
- Setiap hari (hari ke 2 – 28) : 1 tablet Dapson (100mg)
- Dosis lengkap 6 blister
Diberikan selama 12-18 bulan
Edukasi:
1) Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya karena masih adanya anggapan
tentang kusta adalah penyakit kutukan.
2) Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan kusta harus teratur dan membutuhkan waktu
yang lama
3) Menjelaskjan bahwa pasien harus kontrol rutin setiap 1 bulan sekali untuk melihat adanya
komplikasi pada pasien
4) Menjelaskan efek samping obat khususnya rifampisin dapat menyebabkan urin berwarna
merah
5) Menjelaskan kepda pasien tentang perlunya dilakukan pemeriksaan pada anggota keluarga
karena ditakutkan ada penularan
6) Menjelaskan kepada keluarga pasien bila memiliki gejala yang sama harus segera
memeriksakan diri
7) Melakukan promosi kesehatan dengan bantuan kader dan lintas sektoral
VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Program Pengendalian Kusta
Visi : membebaskan masyarakat Indonesia dari masalah sosial ekonomi akibat penyakit
kusta.
Misi:
- menyebuhkan dan meningkatkan kualitas hidup penderita kusta dengan pengobatan
yang adekuat dan rehabilitasi sosial ekonomi.
- mengintegrasikan pelayanan penyakit kusta dalam kesehatan dasar.
- menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham masyarakat
terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan yang intensif.
1. Tujuan
a. Tujuan jangka panjang
Menurunkan penularan kusta pada tingkat tertentu sehingga kusta tidak lagi menjadi
masalah masyarakat.
Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan melalui pengobatan dan
perawatan yang benar.
Memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat kepada penyandang cacat
kusta
b. Tujuan jangka pendek
Mengintensifkan penemuan dan diagnosis pederita kusta didaerah endemik tinggi
dan kantong-kantong kusta didaerah endemik rendah
Mengembangkan puskesmas dengan perawatan cacat yang adekuat dengan dukungan
sistim rujukan ke rumah sakit umum dan khusus untuk kasus yang mengalami komplikasi
dan membutuhkan rehabilitasi medis.
Melaksanakan pengelolaan program pengendalian kusta dengan strategi pengendalian
kusta sesuai endemisitas daerah yang didukung dengan kegiatan-kegiatan penunjangnya.
Menurunkan proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 diantara penderita baru yang menjadi
kurang dari 5%.
Memberikan pengobatan yang adekuat sehingga tercapai angka kesembuhan (RFT Rate)
lebih dari 90%
Menurunkan proporsi penderita yang cacat pada mata, tangan dan kaki setelah RFT
kurang dari 5%.
2. Kebijakan
a. Pelaksanaan program pengendalian kusta diintegrasikan dalam kegiatan pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas
b. Pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai dengan rekomendasi WHO diberikan secara
gratis
c. Penderita kusta tidak boleh diisolasi
d. Memperkuat sistim rujukan
3. Strategi
a. Di daerah endemik tinggi (PR>1/10.000 penduduk) dibutuhkan akselerasi kegiatan
dengan perencanaan pelayanan kesehatan terpadu, penyuluhan intensif, penemuan
kasus secara aktif, ada petugas penanggung jawab program khusus dan
pengembangan kemitraan yang intensif.
b. Di daerah endemik rendah (PR<1/10.000 penduduk) dengan penemuan kasus baru
(CDR>5/100.000 penduduk) semua puskesmas akan meneruskan pelayanan kepada
penderita kusta, komitmen politis harus ditingkatkan untuk memelihara pelayanan rutin
dengan perhatian khusus didaerah fokus.
c. Di daerah endemik rendah (PR<1/10.000 penduduk) dengan penemuan kasus baru (CDR
<5/100.000 penduduk) pelayanan penderita kusta diberikan oleh 1-3 puskesmas per
kabupaten, puskesmas lainnya mendeteksi suspek dan merujuk.
4. Kegiatan Pokok
a. Tatalakasana penderita
- Penemuan penderita
- Diagnosis dan klasifikasi
- Pengobatan dan pengendalian pengobatan
- Pencegahan cacat dan perawatan diri
- Rehabilitasi medik
b. Tatalaksana program
- Perencanaan
- Pelatihan
- Penyuluhan dan advokasi
- Supervisi
- Pencatatan dan pelaporan
- Monitoring dan evaluasi
- Pengelolaan logistik