Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2022
SOP LEPRA
1. Pengertian Leprosy (Lepra) adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Penularan kemungkinan
terjadi melalui saluran pernapasan atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan terus
menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun dapat juga bertahun-tahun
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan Leprosy
3. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan Primer
4. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis keluhan pasien didapatkan bercak kulit berwarna
merah atau putih berbentuk plakat. Bercak kurang/mati rasa, tidak gatal. Lepuh
pada kulit tidak dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak sembuh dengan pengobatan
rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi.
Faktor Risiko :
a. Sosial ekonomi rendah.
b. Kontak lama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang didiagnosis dengan
lepra
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemik lepra
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik tanda Patognomonis
a. Tanda-tanda pada kulit
Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk plakat dengan kulit
mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak berkeringat dan berambut. Terdapat
baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan suhu, vitiligo. Pada kulit dapat pula
ditemukan nodul.
b. Tanda-tanda pada saraf
Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan padasaraf, kesemutan,
tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak, kelemahan anggota gerak dan
atau wajah, adanya deformitas, ulkus yang sulit sembuh.
c. Ekstremitas dapat terjadi mutilasi
Untuk kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik, digunakan symbol
dalam penulisan di rekam medik.
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis kuman BTA pada sediaan kerokan jaringan kulit.
4. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemenriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-tanda utama atau cardinal
(cardinal signs), yaitu:
a. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa.
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf
c. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit skin smear).
Sebagian besar pasien lepra didiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis. Klasifikasi
Lepra terdiri dari 2 tipe, yaitu Pausibasilar (PB) dan Multibasilar (MB).
- relaps
- masuk kembali setelah default
- pindahan
- ganti klasifikasi
e. Terapi pada pasien PB :
➢ Pengobatan bulanan : hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
depan petugas) terdiri dari 2 kapsul rifampisin @300mg (600mg) dan 1
tablet dapson/DDS 100mg
➢ Pengobatan harian : hari ke 2-28 setiap bulannya : 1 tablet dapson/DDS
100mg. 1 blister obat untuk 1 bulan
➢ Pasien minum obat selama 6-9 bulan (+ 6 blister)
➢ Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450mg dan DDS 50 mg
f. Terapi pada pasien MB :
➢ Pengobatan bulanan : hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan
petugas) terdiri dari 2 kapsul rifampisin @ 300mg 600mg), 3 tablet lampren
(klofazimin) @100mg (300mg) dan 1 tablet dapson/DDS 100mg
➢ Pengobatan harian : hari ke 2-28 setiap bulannya : 1 tablet lampren 50mg
dan 1 tablet dapson/DDS 100mg. 1 blister untuk 1 bulan
➢ Pasien minum obat selama 12-18 bulan (+12 blister)
➢ Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450mg, lampren 150mg, dan DDS
50mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian untuk lampren 50mg
diselang 1 hari.
g. Dosis MDT pada anak <10tahun dapat disesuaikan berat badan :
1. Rifampisin 10-15mg/kg BB
3. Lampren 1mg/kg BB
h. Obat penunjang dapat diberikan vitamin B1, B6, B1
i. Reaksi pengobatan
Tabel Faktor pencetus reaksi tipe 1 dan tipe 2
Reaksi Tipe 1 Reaksi Tipe 2
Pasien dengan bercak multiple dan Obat MDT, kecuali lampren
diseminata, mengenai area tubuh
yang luas serta keterlibatan saraf
multipel
Bercak luas pada wajah dan lesi BI >4+
dekat mata, berisiko terjadinya
lagoftalmos karena reaksi
Saat puerpurium (karena Kehamilan awal (karena stress
peningkatan CMI). Paling tinggi 6 mental), trisemester ke-3, dan
bulan pertama setelah melahirkan/ puerpurium (karena stress fisik),
masa menyusui setiap masa kehamilan (karena infeksi
penyerta
Infeksi penyerta: Hepatitis B dan C Infeksi penyerta: streptokokus, virus,
cacing, filarial, malaria
Neuritis atau riwayat nyeri saraf Stress fisik dan mental
Lain-lain seperti trauma, operasi,
imunisasi protektif, tes Mantoux
positif kuat, minum kalium
hidroksida