Anda di halaman 1dari 4

LEPRA

No. ICD-10 : A30 Leprosy (Hansen disease)


No. Dokumen : 440/ /SOP/PKM-LD/ /2018
No. Revisi : 0
SOP
Tanggal Terbit : 21 Mei 2018
Halaman : 1/3
ERLESYA, A.Md. Keb
Puskesmas
NIP.
Lebuh Dalem
197006271991012002

1. Pengertian Lepra adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh Mycobacterium leprae
yang bersifat intraselular obligat. Penularan kemungkinan terjadi melalui saluran
pernapasan atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan terus menerus.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksanaan kasus penyakit Lepra di UPTD
Puskesmas Lebuh Dalem.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No: 440/02.b/SK/PKM-LD/I/2018 tentang Pelayanan Klinis.


4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Cetakan II tahun 2017, Hal 31 - 37.

5. Prosedur/ 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut natrian.


Langkah- 2. Petugas melakukan anamnesa kepada pasien, dengan menanyakan keluhan : terdapat
langkah bercak kulit berwarna merah atau putih berbentuk plakat terutama di wajah dan
telinga, bercak kurang / mati rasa, bercak tidak terasa gatal, lepuh pada kulit tidak
dirasakan nyeri.
3. Petugas menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan faktor risiko, antara lain :
Kontak lama dengan pasien seperti anggota keluarga yang didiagnosis dengan
lepra, Imunokompromais, Tinggal di daerah endemik lepra.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien, dengan melihat keadaan kulit
tampak tanda patogonomis :
a. Tanda-tanda pada kulit : Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak
berbentuk plakat dengan kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak
berkeringat dan berambut. Terdapat baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan
suhu, vitiligo. Pada kulit dapat pula ditemukan nodul.
b. Tanda-tanda pada saraf : Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan
pada saraf, kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak, kelemahan
anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, ulkus yang sulit sembuh.
c. Ekstremitas dapat terjadi mutilasi.
5. Petugas melakukan penegakan diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-
tanda utama atau kardinal (cardinal signs), yaitu:
1. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa.
2. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf.
3. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit skin
smear).

Sebagian besar pasien lepra didiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis.

Tanda utama lepra tipe PB dan MB

Tanda Utama PB MB
Bercak Kusta Jumlah 1-5 Jumlah >5
Penebalan saraf tepi disertai Hanya 1 saraf Lebih dari 1 saraf
gangguan fungsi (mati rasa
dan/ atau kelemahan otot, di
daerah yang dipersarafi
saraf yang bersangkutan)

Kerokan jaringan kulit BTA negatif BTA positif


Tanda lain klasifikasi lepra

PB MB

Distribusi Unilateral atau bilateral


Bilateral simetris
asimetris

Permukaan
Kering, kasar Halus, mengkilap
bercak

Batas bercak Tegas Kurang tegas

Mati rasa pada


Jelas Biasanya kurang jelas
bercak

Deformitas Proses terjadi lebih cepat Terjadi pada tahap lanjut

Ciri-ciri khas Mandarosis, hidung pelana,


- wajah singa (facies leonina),
ginekomastia pada pria

6. Petugas memberikan penatalaksanaan terapi kepada pasien, berupa :


1. Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) pada :
 Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah mendapat MDT.
 Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini :
1. Relaps.
2. Masuk kembali setelah default (dapat PB maupun MB).
3. Pindahan (pindah masuk).
4. Ganti klasifikasi/tipe.
2. Terapi pada pasien PB :
 Pengobatan bulanan : hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan
petugas) terdiri dari : 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg) dan 1 tablet
Dapson / DDS 100 mg.
 Pengobatan harian : hari ke 2-28 setiap bulannya : 1 tablet Dapson / DDS
100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
 Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
 Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg.
3. Terapi pada Pasien MB :
 Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan
petugas) terdiri dari : 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg), 3 tablet
Lampren (klofazimin) @ 100 mg (300 mg) dan 1 tablet dapson / DDS 100 mg.
 Pengobatan harian : hari ke 2-28 setiap bulannya : 1 tablet lampren 50 mg dan
1 tablet dapson / DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
 Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister).
 Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, Lampren 150 mg dan
DDS 50 mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian untuk
Lampren 50 mg diselang 1 hari.
4. Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan berat badan :
 Rifampisin : 10-15 mg/kgBB
 Dapson : 1-2 mg/kgBB
 Lampren : 1 mg/kgBB
5. Obat penunjang (vitamin / roboransia) dapat diberikan vitamin B1, B6, dan B12.
6. Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila pasien juga
mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan dengan tuberkulosis.
7. Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren, untuk MB
dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi DDS).
8. Terapi untuk reaksi kusta ringan, dilakukan dengan pemberian prednison
dengan cara pemberian :
1. 2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan.
2. 2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan.
3. 2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan.
4. 2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan.
5. 2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan.
6. 2 Minggu keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan.
7. Bila terdapat ketergantungan terhadap Prednison, dapat diberikan Lampren
lepas.
7. Petugas memberikan edukasi, antara lain :
a. Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang lepra, terutama cara
penularan dan pengobatannya.
b. Dari keluarga diminta untuk membantu memonitor pengobatan pasien
sehingga dapat tuntas sesuai waktu pengobatan.
c. Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggota keluarga lainnya, perlu
dibawa dan diperiksakan ke pelayanan kesehatan.
d. Kebersihan diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.
e. Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai terapi dilaksanakan.
8. Petugas dapat merujuk pasien apabila didapatkan kriteria rujukan :
a. Terdapat efek samping obat yang serius.

Efek samping obat dan penanganannya

Masalah Nama Obat Penanganan


Ringan
Air seni berwarna Rifampisin Reassurance
(Menenangkan penderita
dengan penjelasan yang
benar) Konseling

Perubahan warna kulit Clofazimin Konseling


menjadi coklat

Masalah gastrointestinal Semua obat (3 obat Obat diminum


dalam MDT) bersamaan dengan
makanan (atau setelah
makan)

Anemia Dapson Berikan tablet Fe dan


Asam folat
Serius
Ruam kulit yang gatal Dapson Hentikan Dapson, Rujuk
Alergi urtikaria Dapson / Rifampisin Hentikan
keduanya, Rujuk

Ikterus (kuning) Rifampisin Hentikan Rifampisin,


Rujuk

Syok, purpura, gagal Rifampisin Hentikan


ginjal Rifampisin, Rujuk

b. Terdapat reaksi kusta dengan kondisi :


a. ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis.
b. Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau neuritis.
c. Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat,misalnya hepatitis,
DM, hipertensi, dan tukak lambung berat.
9. Petugas menulis resep.
10. Petugas memberiksan kertas resep kepada pasien.
11. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, penatalaksanaan kedalam
rekam medis pasien.

6. Diagram Alir -
7. Unit Terkait Ruang Pemeriksaan Umum

Anda mungkin juga menyukai