Anda di halaman 1dari 2

PELAYANAN PASIEN DERMATOFITOSIS

MASA PANDEMI COVID 19


No. ICD-10 : B35 Dermatophytosis
B35.0 Tinea barbae and tinea capitis
B35.1 Tinea unguium
B35.2 Tinea manuum
B35.3 Tinea pedis
B35.4 Tinea corporis
B35.5 Tinea imbricate
B35.6 Tinea cruris
B35.8 Other dermatophytoses
No. Dokumen : 440/ /SOP/PKM-LD/ /2021
No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit : Januari 2021
Halaman : 1/2

Puskesmas ERLESYA, A.Md. Keb


Lebuh Dalem NIP. 197006271991012002

1. Pengertian Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan keratin
di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen penyebab.
Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur
zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksanaan kasus penyakit Dermatofitosis di
UPTD Puskesmas Lebuh Dalem.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No: 440/02.b/SK/PKM-LD/I/2021 tentang Pelayanan Klinis.


4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Cetakan II tahun 2017, Hal 308 – 310.
5. Prosedur/ 1. Petugas memakai APD
Langkah- 2. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut antrian.
langkah 3. Petgas melakukan anamnesa kepada pasien, dengan menanyakan keluhan : timbul
bercak merah bersisik yang gatal dikulit, ada riwayat kontak dengan orang yang
mengalami dermatofitosis.
4. Petugas menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan faktor risiko, antara lain :
Lingkungan yang lembab dan panas, Imunodefisiensi, Obesitas, Diabetes melitus.
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien, dengan melihat keadaan kulit
tampak Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang
lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di
daerah kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.
6. Petugas mencuci tangan
7. Petugas melakukan penegakan diagnosis berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisikyang dilakukan.
8. Petugas memberikan penatalaksaan terapi kepada pasien, berupa :
a. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan : antifungal topikal
seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin yang diberikan hingga lesi
hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah rekurensi.
b. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal,
dilakukan pengobatan sistemik dengan :
1. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang
dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-25 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 2 dosis.
2. Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100 mg/hari atau
Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan.
9. Petugas memberikan edukasi kepada pasien mengenai :
a. Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara bersamaan harus
dihindari.
b. Edukasi penyebab dan cara penularan penyakit.
c. Edukasi pasien dan keluarga juga untuk menjaga higienetubuh, namun penyakit ini
bukan merupakan penyakit yang berbahaya.
10. Petugas dapat merujuk pasien apabila didapatkan kriteria rujukan :
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
11. Petugas menulis resep.
12. Petugas memberikan kertas resep kepada pasien.
13. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, penatalaksanaan kedalam rekam
medis pasien.

6. Diagram Alir -

7. Unit Terkait Pelayanan Umum, Pelayanan KIA.

Anda mungkin juga menyukai