Anda di halaman 1dari 2

CUTANEUS LARVA MIGRAN

No. Dokumen : /UKP–VII/VI/2019


No. Revisi : 00
SOP Tanggal
: 3 Juni 2019
Terbit
Halaman :1/2
UPTD
Rahmiati, SKM
PUSKESMAS
NIP 19791017200212 2 003
DRIEN JALO
Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit berupa
peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, yang
1. Pengertian
disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing.Penularan melalui kontak langsung dengan larva.
Sebagai Acuan petugas untuk melakukan penatalaksanaan utaneous larva
2. Tujuan
migrans

Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor Tahun 2016 tentang Pemberian


3. Kebijakan
layanan Klinis

1. Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
5th Ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.
4. Referensi 2. James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology. 10th Ed. Saunders Elsevier. Canada. 2000.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman Pelayanan Medik.
2011.
5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien
Langkah – Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal infeksi, lesi
Langkah berbentuk papul yang kemudian diikuti dengan lesi berbentuk linear atau berkelok-
kelok yang terus menjalar memanjang.Keluhan dirasakan muncul sekitar empat
hari setelah terpajan.
Faktor Risiko
- Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering berkontak dengan
tanah atau pasir.

2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


 Lesi awal berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau
berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital
dan tangan.
 Pemeriksaan penunjang yang khusus tidak ada.

3. Petugas melakukan penegakkan diagnosis


No ICD X :B76.9 Hookworm disease, unspecified
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
- Dermatofitosis
- Dermatitis
- Dermatosis

1/2
4. Petugas menentukan ada tidaknya komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder

8. Petugas menyusun rencana penatalaksanaan


 Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan sarung
tangan pada saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan tanah, seperti
berkebun dan lain-lain.
 Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari, selama
2 hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
 Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan penyemprotan Etil
Klorida pada lokasi lesi, namun hal ini tidak membunuh larva.
 Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan tatalaksana
pioderma.

8. Petugas memberikan konseling dan edukasi:


Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga
kebersihan diri.

8. Petugas menetapkan kriteria rujukan


Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi

8. Petugas menentukan prognosis


Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini bersifat self-limited, karena sebagian
besar larva mati dan lesi membaik dalam 2-8 minggu, jarang hingga 2 tahun.
1 Diagram -
Alir

2 Hal-Hal
Yang
Perlu -
Diperhati
kan

3 Unit Poli Umum


Terkait Pustu Bener dan Tompeyan

4 Dokumen -
Terkait

5 Rekaman
Historis No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubah
an

2/2

Anda mungkin juga menyukai