Anda di halaman 1dari 3

Cutaneus Larva Migran

No Dokumen : ...…/SOP/VIII/2019
No Revisi :1
SOP Tgl Terbit :
Halaman : 1/3
UPTD Alexander
PUSKESMAS Kombertonggo,AMG
BOFUWER NIP.197611122000031002

A. Pengertian Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit


berupa peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan
progresif, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal
dari anjing dan kucing. Penularan melalui kontak langsung dengan larva.
Prevalensi Cutaneus Larva Migran di Indonesia yang dilaporkan oleh
sebuah penelitian pada tahun 2012 di Kulon Progo adalah sekitar 15%.

Keluhan
Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal infeksi,
lesi berbentuk papul yang kemudian diikuti dengan lesi berbentuk linear
atau berkelok-kelok yang terus menjalar memanjang. Keluhan dirasakan
muncul sekitar empat hari setelah terpajan.

Faktor Resiko

Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau sering berkontak dengan tanah
atau pasir.

Tanda Patognommosis,

Lesi awal berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau
berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital
dan tangan.

Gambar Cutaneus Larva Migran

1
B. Tujuan Agar petugas dapat menegakkan dan dapat melakukan penanganan pada
kasus Cutaneus Larva Migran
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Bofuwer Tentang Layanan Klinis
D. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Refublik Indonesia No 5 Tahun 2015 tentang
Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer.
E. Sarana Prasaran Lup
F. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan Anamnesis/alloanamnesis kepada kepada pasien
dan keluarga yang mengantar pasien
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
5. Mencuci tangan kembali setelah melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakkan diagnosis dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik
7. Petugas menjelaskan kepada pasien serta keluarga pasien terkait
penyakit pasien, komplikasi dan penatalaksanaan yang akan dilakukan
Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder
Penatalaksanaan
a. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan
sarung tangan pada saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan
tanah, seperti berkebun dan lain-lain.
b. Terapi farmakologi dengan Albendazol 400 mg sekali sehari,
selama 3 hari.
c. Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan
penyemprotan Etil Klorida pada lokasi lesi, namun hal ini tidak
membunuh larva.
d. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan

2
tatalaksana pioderma.
8. Pasien dan keluarga pasien diberikan konseling dan edukasi serta
informasi selengkapnya mengenai prognosis penyakit dan rujukan
Konseling dan Edukasi
Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan
menjaga kebersihan diri.
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik
dengan terapi.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini bersifat self-limited,
karena sebagian besar larva mati dan lesi membaik dalam 2-8
minggu, jarang hingga 2 tahun.
9. Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penatalaksanaan di rekam medis pasien
10. Petugas menanda tangani rekam medis.

G. Loket Pendaftaran, Poli Umum,


H. Dokumen Terkait Rekam Medis

I. Rekam Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai