1. Pengertian Tinea corporis adalah infeksi jamur dermatofita yang
memiliki sifat mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, pada dada, punggung dan perut. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik). Faktor Risiko 1. Lingkungan yang lembab dan panas 2. Imunodefisiensi 3. Obesitas 4. Diabetes Melitus 2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana Tinea Corporis 3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Pertiwi Nomor : 07/KEP/PKM- PTW/I/2019 tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Pertiwi 4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 5. Prosedur Anamnesis (Subjective) /Langkah- Keluhan langkah Pada sebagian besar pasien datang dengan bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Gambaran umum: Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, akan ditemukan hifa panjang dan artrospora. Diagnosis (Assessment) Tinea corporis Diagnosis Banding Dermatitis numularis, Pytiriasis rosea, Erythema annulare centrificum, Granuloma annulare Komplikasi 1/2 Jarang ditemukan, dapat berupa infeksi bakterial sekunder. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan 1. Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara bersamaan harus dihindari. 2. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan: antifungal topikal seperti mikonazol, yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah rekurensi. 3. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan: a. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak- anak atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis. b. Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan. Konseling dan Edukasi Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi pasien dan keluarga juga untuk menjaga higiene tubuh, namun penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya. Kriteria rujukan Pasien dirujuk apabila: 1. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi. 2. Terdapat imunodefisiensi. 3. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka. Prognosis Pasien dengan imunokompeten, prognosis umumnya bonam, sedangkan pasien dengan imunokompromais, quo ad sanationamnya menjadi dubia ad bonam. 6. Bagan Alir - 7. Unit Poli Umum Terkait 8. Rekaman Historis Yang Tanggal Mulai Perubahan Isi Perubahan No Dirubah Diberlakukan