Anda di halaman 1dari 2

CUTANEUS LARVA MIGRAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tgl. Terbit :
SOP Halaman : 1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN
TAPANULI TENGAH
PUSKESMAS dr. Naroi Putra Munthe
PORIAHA NIP. 19790618 200903 1 001

1. Pengertian Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit


berupa peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan
progresif, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang
berasal dari anjing dan kucing. Penularan melalui kontak langsung
dengan larva.
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan penanganan terhadap
pasien dengan cutaneus larva migran.
3. Kebijakan SK Pimpinan Puskesmas Nomor: tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis.
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 Tahun
2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur Alat dan Bahan:
1. Buku tulis
2. Alat tulis
3. Jam tangan
4. Stetoskop
5. Tensimeter
6. Temperatur
6. Langkah-langkah Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal
infeksi, lesi berbentuk papul yang kemudian diikuti dengan lesi
berbentuk linear atau berkelok-kelok yang terus menjalar memanjang.
Keluhan dirasakan muncul sekitar empat hari setelah terpajan.
Faktor Risiko
Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering berkontak
dengan tanah atau pasir.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Lesi awal berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau
berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong,
genital dan tangan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang khusus tidak ada.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Diagnosis Banding
a. Dermatofitosis
b. Dermatitis
c. Dermatosis
Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder.
Penatalaksanaan
a. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan
sarung tangan pada saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan
tanah, seperti berkebun dan lain-lain.
b. Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari,
selama 2 hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
c. Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan
penyemprotan Etil Klorida pada lokasi lesi, namun hal ini tidak
membunuh larva.
d. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan
tatalaksana pioderma.
Konseling dan Edukasi
Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan
menjaga kebersihan diri.
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan
terapi.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini bersifat self-limited, karena
sebagian besar larva mati dan lesi membaik dalam 2-8 minggu, jarang
hingga 2 tahun.
7. Diagram Alir
Pasien datang dengan gejala cutaneus
larva migran

1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik

Diagnosis cutaneus larva migran

Terapi:
1. Suportif
2. Simptomatis
3. Konseling dan Edukasi

Sembu Jika terapi tidak menunjukkan


h perbaikan

Rujuk

8. Hal-hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum
Ruang Farmasi
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
perubahan

No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai