Anda di halaman 1dari 2

TATALAKSANA TINEA UNGUIUM

No. Dokumen : SOP/470/2018


No. Revisi : 03
SOP
TanggalTerbit : 01 Maret 2018
Halaman : 1-4

1. Pengertian Tatalaksana Tinea Unguium adalah sekumpulan proses yang dilakukan


untuk menangani penyakit tinea unguium yang disebabkan oleh infeksi
jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan keratin di jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada kuku jari
tangan dan kaki
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber
penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur
zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien
dengan penyakit tinea unguium.
3. Kebijakan
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur 1. Petugas menanyakan keluhan pasien
Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan bercak
merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang
mengalami dermatofitosis.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Gambaran umum:
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi
yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik.
Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut
velus (glabrosa) dan kuku.
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH,
akan ditemukan hifa panjang dan artrospora.
4. Petugas menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas melakukan tatalaksana
a. Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara
bersamaan harus dihindari.
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:
antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau
terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2

Halaman 1 dari 4
minggu kemudian untuk mencegah rekurensi.
c. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi
topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
1) Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari
untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak- anak
atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
2) Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol:
100 mg/hari atau Terbinafin: 250 mg/hari
3) Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan.
6. Petugas melakukan edukasi
Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi
pasien dan keluarga juga untuk menjaga higiene tubuh, namun
penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya.
6. Diagram Alir
Menegakan diagnose
Melakukan
Melakukan vital sign dan berdasarkan hasil
anamnesis pada pemeriksaan fisik pemeriksaan
pasien

Memberikan edukasi Memberikan tata laksana


Mencatat SOAP ke
dan rujukan sesuai pada pasien sesuai hasil
rekam medis
pemeriksaan
indikasi

7. Unit terkait Ruangan pemeriksaan Umum


Ruangan kesehatan ibu, anak, imunisasi dan KB
Ruangan gawat darurat

8. Rekaman Historis

Halaman 2 dari 4

Anda mungkin juga menyukai