Anda di halaman 1dari 3

SOP PENGELOLAAN PENYAKIT

DERMATOPHYTOSIS
No. Dokumen : SOP/UKP/RJ/
SOP No revisi : 00
Tanggal terbit :
Halaman :
Ttd Kepala Puskesmas
Puskesmas Karang drg. Irmah setia waty
Mekar 19781125 200801 2 022

Infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan keratin di


Pengertian jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku.
No. ICPC II : S74 Dermatophytosis
No. ICD X : B35 Dermatophytosis
B35.0 Tinea barbae and tinea capitis
B35.1 Tinea unguium
Kode B35.2 Tinea manuum
Penyakit B35.3 Tinea pedis
B35.4 Tinea corporis
B35.5 Tinea imbricate
B35.6 Tinea cruris
B35.8 Other dermatophytoses
Dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit yang meliputi:

1. Anamnesa (Subjective)

Tujuan 2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

3. Penegakkan Diagnosa (Assessment)

4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

SK Kebijakkan kepala puskesmas tentang pelayanaan Klinis


Kebijakkan
Permenkes No 5 tahun 2014
Referensi
ALAT

1. Tensi
2. Termometer
Alat & Bahan 3. Stetoskop
4. Lup
5. Buku catatan dan alat tulis
BAHAN
-

1. Melakukan Anamnesa (Subjective)

- Keluhan bercak merah bersisik yang gatal.


- Adanya riwayat kontak dengan orang yang mengalami
dermatofitosis.
Faktor Risiko
a. Lingkungan yang lembab dan panas
b. Imunodefisiensi
c. Obesitas
d. Diabetes Melitus

2. Melakukan pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


(Objective)

Gambaran umum:
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi
yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik.
Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus
(glabrosa) dan kuku.
Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan
SOP KOH, akan ditemukan hifa panjang dan artrospora.

3. Penegakkan Diagnosa (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang.

Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi,


yaitu antara lain:
a. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot
c. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan
e. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki
f. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea
di atas. Bila terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea imbrikata.

4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara
bersamaan harus dihindari.
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:
c. Antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau
terbinafin, yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2
minggu kemudian untuk mencegah rekurensi.
d. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi
topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
1. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g untuk orang
dewasa dan 0,25 – 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
2. Golongan azol, seperti:
• Ketokonazol: 200 mg/hari,
• Itrakonazol: 100 mg/hari, atau
• Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan.

Konseling dan Edukasi


Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi
pasien dan keluarga juga untuk menjaga hygienetubuh, namun
penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya.

Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila:
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.

Unit Terkait Laboratorium, Apotek.

Anda mungkin juga menyukai