Anda di halaman 1dari 4

DERMATITIS ATOPIK

No.Dokumen :
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1-4

PUSKESMAS dr. Hj. Asniaya, M.Kes


MANGASA NIP.19610626 199001 2 001

1. Pengertian No. ICPC-2 : S87 Dermatitis/atopic eczema


No. ICD-10 : L20 Atopic dermatitis
Tingkat Kemampuan Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant) 4A
Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai
gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada
keluarga atau penderita.
2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana Dermatitis Atopik
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No................. tentang Penyusunan Rencana Layanan
Medis dan Layanan Terpadu
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)
/Langkah- Keluhan
langkah Pasien datang dengan keluhan gatal yang bervariasi lokasinya tergantung pada jenis
dermatitis atopik (lihat klasifikasi).
Gejala dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam
hari. Akibatnya penderita akan menggaruk.
Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois, frustasi,
agresif, atau merasa tertekan.

Faktor Risiko
1. Wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1,3 : 1).
2. Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, konjungtivitis
alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dan lain-lain).
3. Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi,
penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya penggunaan
antibiotik.
4. Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya.

Faktor Pemicu
1. Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.
2. Tungau debu rumah
3. Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi Staphylococus aureus)

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Kulit penderita DA:
1. Kering pada perabaan
2. Pucat/redup
3. Jari tangan teraba dingin
1/4
4. Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta pada
lokasi predileksi

Lokasi predileksi:
1. Tipe bayi (infantil)
a. Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai, serta lutut (pada
anak yang mulai merangkak).
b. Lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta.
2. Tipe anak
a. Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian dalam, kelopak mata, leher,
kadang-kadang di wajah.
b. Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi, erosi. Kadang-
kadang disertai pustul.
3. Tipe remaja dan dewasa
a. Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata, tangan dan pergelangan
tangan, kadang-kadang ditemukan setempat misalnya bibir mulut, bibir kelamin
b. Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-kadang erosi
dan eksudasi, terjadi hiperpigmentasi.

Berdasarkan derajat keparahan terbagi menjadi:


1. DA ringan : apabila mengenai < 10% luas permukaan kulit.
2. DA sedang : apabila mengenai 10-50% luas permukaan kulit.
3. DA berat : apabila mengenai > 50% luas permukaan kulit.

Tanpa penyulit (umumnya tidak diikuti oleh infeksi sekunder).


Dengan penyulit (disertai infeksi sekunder atau meluas dan menjadi rekalsitran (tidak
membaik dengan pengobatan standar).

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik harus terdiri
dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria Williams (1994) di bawah ini.
Kriteria mayor:
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
4. Dermatitis kronis atau berulang
5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria minor:
1. Xerosis
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks)
3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris
4. Pitriasis alba
5. Dermatitis di papilla mamae
6. White dermogrhapism dan delayed blanch response
7. Kelilitis
8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
9. Konjungtivitis berulang
10. Keratokonus
11. Katarak subskapsular anterior
12. Orbita menjadi gelap
13. Muka pucat atau eritem
2/4
14. Gatal bila berkeringat
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
16. Aksentuasi perifolikular
17. Hipersensitif terhadap makanan
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif
20. Kadar IgE dalam serum meningkat
21. Mulai muncul pada usia dini

Pada bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi:


1. Tiga kriteria mayor berupa: a. Riwayat atopi pada keluarga
b. Dermatitis pada muka dan ekstensor
c. Pruritus

2. Serta tiga kriteria minor berupa:


a. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular
b. Fisura di belakang telinga
c. Skuama di scalp kronis

Diagnosis
Dermatitis seboroik (terutama pada bayi), Dermatitis kontak, Dermatitis numularis,
Skabies, Iktiosis , Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar), Sindrom Sezary,
Dermatitis herpetiformis
Pada bayi, diagnosis banding, yaitu Sindrom imunodefisiensi (misalnya sindrom
Wiskott-Aldrich), Sindrom hiper IgE

Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Perluasan penyakit (eritroderma)

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
a. Menemukan faktor risiko.
b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol atau
bahan sintetik.
c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.
d. Menjaga kebersihan bahan pakaian.
e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak klorin
yang terlalu lama.
g. Menghindari stress psikis.
h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses,
dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil.
j. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena menginduksi
resistensi.
2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
a. Topikal (2 kali sehari)
• Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim
0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim
0,025%) selama maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
3/4
diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim
0,1%.
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal
atau sistemik bila lesi meluas.

b. Oral sistemik
• Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2
minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
• Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.

Konseling dan Edukasi


1. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi pengertian kepada
seluruh anggota keluarga untuk menghindari faktor risiko dan melakukan perawatan
kulit secara benar.
2. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa prinsip pengobatan adalah
menghindari gatal, menekan proses peradangan, dan menjaga hidrasi kulit.
3. Menekankan kepada seluruh anggota keluarga bahwa modifikasi gaya hidup tidak
hanya berlaku pada pasien, juga harus menjadi kebiasaan keluarga secara
keseluruhan.

Rencana tindak lanjut


1. Diperlukan pengobatan pemeliharaan setelah fase akut teratasi. Pengobatan
pemeliharaan dengan kortikosteroid topikal jangka panjang (1 kali sehari) dan
penggunaan krim pelembab 2 kali sehari sepanjang waktu.
2. Pengobatan pemeliharaan dapat diberikan selama maksimal 4 minggu.
3. Pemantauan efek samping kortikosteroid. Bila terdapat efek samping,
kortikosteroid dihentikan.

Kriteria Rujukan
1. Dermatitis atopik luas dan berat
2. Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid
3. Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
4. Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu
5. Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma

Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam, dapat terkendali dengan pengobatan
pemeliharaan.
6. Bagan Alir -
7. Hal-hal yang
diperhatikan

8. Unit Terkait Poli Umum, Poli Lansia


9. Dokumen Rekam Medis
Terkait
10. Rekaman
Historis Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
Perubahan No

4/4

Anda mungkin juga menyukai