Anda di halaman 1dari 5

DERMATITIS ATOPIK

No. : 526d/SOP/UKP/
Dokumen 2023
SOP No. Revisi : 01
Tangg : 09 Januari 2023
al
Terbit
Halaman : 1/4

Sri Widiastuti, S.ST


PUSKESMAS NIP.19750626 200112 2 001
KUNINGAN

1. Pengertian Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis
dengan disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan
anak-anak dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
2. Tujuan Sebagai acuan dan langkah-langkah penanganan dermatitis atopik.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kuningan Nomor
440/030a/PKM-KNG/2023 tanggal 30 Januari 2023 tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Kuningan.
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur/ 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
Langkah- 2. Petugas mencatat identitas pasien di buku register
Langkah 3. Petugas melakukan identifikasi pasien
4. Petugas melakukan anamnesis pada pasien apakah pasien
memiliki keluhan :
a. Pasien datang dengan keluhan gatal yang bervariasi
lokasinya tergantung pada jenis dermatitis atopik
b. Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul
sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari.
Akibatnya penderita akan menggaruk
c. Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa
cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan hasil :
2/2

Tanda patognomonis:
Kulit penderita DA: Kering pada perabaan, pucat/redup, jari tangan
teraba dingin, terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi,
eksudasi dan krusta pada lokasi predileksi
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik harus terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari
kriteria Williams (1994) di bawah ini
Kriteria mayor:
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
4. Dermatitis kronis atau berulang
5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor:
1. Xerosis
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes
simpleks)
3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris
4. Pitriasis alba
5. Dermatitis di papilla mamae
6. White dermogrhapism dan delayed blanch response
7. Kelilitis
8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
9. Konjungtivitis berulang
10. Keratokonus
11. Katarak subskapsular anterior
12. Orbita menjadi gelap
13. Muka pucat atau eritem
14. Gatal bila berkeringat
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
16. Aksentuasi perifolikular
17. Hipersensitif terhadap makanan
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
atau emosi
3/2

19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif


20. Kadar IgE dalam serum meningkat
21. Mulai muncul pada usia dini
Pada bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi:
1. Tiga kriteria mayor berupa:
a. Riwayat atopi pada keluarga
b. Dermatitis pada muka dan ekstensor
c. Pruritus
2. Serta tiga kriteria minor berupa:
a. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular
b. Fisura di belakang telinga
c. Skuama di scalp kronis
7. Petugas memberikan penataksanaan berupa :
Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
a. Menemukan faktor risiko
b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk
pakaian seperti wol atau bahan sintetik
c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
d. Menjaga kebersihan bahan pakaian
e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan
f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk
menghindari kontak klorin yang terlalu lama
g. Menghindari stress psikis
h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor
i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh
kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan
medicated baby oil
j. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena
menginduksi resistensi
Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
a. Topikal (2 kali sehari)
Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal :
hydrokortison salep selama maksimal 2 minggu
b. Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat
krim 0,1%
c. Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
4/2

pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas


d. Oral sistemik
1) Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari
selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari
selama maksimal 2 minggu
2) Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama
maksimal 2 minggu
8. Petugas melakukan edukasi kepada pasien tentang :
a. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi
pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk
menghindari faktor risiko dan melakukan perawatan kulit secara
benar.
b. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa prinsip
pengobatan adalah menghindari gatal, menekan proses
peradangan dan menjaga hidrasi kulit
c. Menekankan kepada seluruh anggota keluarga bahwa
modifikasi gaya hidup tidak hanya berlaku pada pasien, juga
harus menjadi kebiasaan keluarga secara keseluruhan
9. Petugas menginput hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ke
rekam medis elektronik
10. Petugas mengarahkan pasien untuk menunggu di ruang farmasi
11. Petugas mencatat diagnosis dan terapi ke buku register rawat jalan.
6. Unit 1.Ruang Pemeriksaan Umum
Terkait 2.Ruang Pemeriksaan Lansia
7. Dokumen 1.Rekam Medis
Terkait 2.Register Pemeriksaan Umum

8. Rekaman/ Histori Perubahan

TANGGAL
NO YANG DIRUBAH ISI PERUBAHAN
DIBERLAKUKAN
1. Kebijakan Surat Keputusan 30 Januari 2023
Kepala UPTD
Puskesmas Kuningan
Nomor 440/030a/PKM-
KNG/2023 tentang
Kebijakan Pelayanan
Klinis di UPTD
5/2

Puskesmas Kuningan.

Anda mungkin juga menyukai