Anda di halaman 1dari 2

PENATALAKSANAAN TINEA FASIALIS

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :

UPT PUSKESMAS
dr. Hj. Wasilah Dinijati, M.H.
JAGASATRU NIP.19710724 200604 2 011

1. Definisi Infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan keratin di


jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung
dengan agen penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari manusia
(jamur antropofilik), binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur
geofilik).
Tinea fasialis, muka
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas medis/paramedis dalam
melaksanakan pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
khususnya dalam penatalaksanaan tinea fasialis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

4. Referensi 1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Primer. Edisi 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta. 2017.
2. Panduan Praktik Klinis UPT Puskesmas Jagasatru. Cirebon. 2017
5. Alat-alat

6. Prosedur 1. Petugas menerima pasien dengan ramah


2. Petugas melakukan anamnesa
Bercak merah bersisik yang gatal pada daerah muka. Adanya riwayat
kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
 Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian
tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi
polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal,
berambut velus (glabrosa) dan kuku.
5. Pada tinea kapitis apabila diagnosis ditegakkan, ditatalaksana dengan:
a. Non medikamentosa
Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara
bersamaan harus dihindari.
b. Medikamentosa (Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada
pagi hari setelah makan)
 Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu
dengan: antifungal topikal seperti krim klotrimazol,
mikonazol, atau terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang
dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah
rekurensi.
 Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap
terapi topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
o Griseofulvin dengan dosis 0,5-1 g/hari untuk orang
dewasa dan 0,25 – 0,5 g/hari untuk anak-anak atau
10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
o Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari;
Itrakonazol: 100 mg/hari atau Terbinafin: 250
mg/hari
6. Petugas melakukan rujukan apabila:
Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi, terdapat
imunodefisiensi, terdapat penyakit penyerta yang menggunakan
multifarmaka.
7. Bagan Alir

Menerima Anamnesa
pasien

Cuci tangan

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lab


darah lengkap

Penegakkan
diagnosis

Tatalaksana :
1. Medikamentosa: Topikal atau Cuci
sistemik tangan
2. Non medikamentosa

8. Unit terkait Instalasi Gawat Darurat di fasilitas pelayanan kesehatan primer, Unit
Kesehatan Pelayanan

Anda mungkin juga menyukai