Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN DIMENSIA

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :

UPT PUSKESMAS
dr. Hj. Wasilah Dinijati, M.H.
JAGASATRU NIP.19710724 200604 2 011

1. Definisi Sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik progresif, ditandai
dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk daya ingat (memori),
daya pikir, daya tangkap (komprehensi), kemampuan belajar, orientasi,
kalkulasi, visuospasial, bahasa dan daya nilai,biasanya diikuti dengan
deteriorasi dalam kontrolemosi, hubungan sosial dan motivasi.
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas medis/paramedis dalam
melaksanakan pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
khususnya dalam penatalaksanaan demensia
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

4. Referensi 1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Primer. Edisi 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta. 2017.
2. Panduan Praktik Klinis UPT Puskesmas Jagasatru. Cirebon. 2017
5. Alat-alat

6. Prosedur 1. Petugas menerima pasien dengan ramah


2. Petugas melakukan anamnesa
a. gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru
dialami, dan kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan
sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda
kecil, pada akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga.
b. Ditemukan factor risiko
 Usia > 60 tahun (usia lanjut).
 Riwayat keluarga adanya penyakit Alzheimer,
serebrovaskular (hipertensi, penyakit jantung), atau diabetes
mellitus.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
a. Kesadaran sensorium baik.
b. Penurunan daya ingat bersifat kronik dan progresif. Gangguan fungsi
otak terutama berupa gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti
afasia, aphrasia, serta adanya kemunduran fungsi kognitif eksekutif.
c. Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya gangguan
neurologik atau penyakit sistemik
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan adanya
kondisi medis yang menimbulkan dan memperberat gejala. Dapat
dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE).
6. Petugas menegakkan diagnosa demensia
a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang
sampai mengganggu kegiatan harian seseorang
b. Tidak ada gangguan kesadaran
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enam bulan
7. Pada demensia apabila diagnosis ditegakkan, ditatalaksana dengan:
a. Nonfarmakologi
 Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik, lakukan
aktifitas fisik sederhana seperti senam otak, stimulasi kognitif
dengan permintaan, kuis, mengisi teka-teki silang, bermain
catur.
 Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman
bagi pasien.
 Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan, dan
lain-lain) untuk mengoptimalkan aktivitas independen,
meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan
mengembangkan keterampilan, serta meminimalisasi
kebutuhan akan bantuan.
 Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal
barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan
menggunakan jam besar, kalender harian, dapat
menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat,
mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat
menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana
dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu gunakan
isyarat atau sentuhan lembut.
b. Farmakologi
Rujuk ke RS
8. Petugas merujuk apabila terjadi keadaan:
a. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan
lanjutan.
b. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan
dirinya atau orang lain.
7. Bagan Alir
Menerima Anamnesa
pasien

Cuci tangan

Pemeriksaan fisik

Penegakkan
diagnosis

Segera Rujuk Cuci


tangan

8. Unit terkait Instalasi Gawat Darurat di fasilitas pelayanan kesehatan primer, Unit
Kesehatan Pelayanan

Anda mungkin juga menyukai