Anda di halaman 1dari 2

PROSEDUR PENANGANAN

DEMENSIA Ditetapkan Oleh


Kepala Puskesmas
No. Kode
Dungkait
Terbitan :

SOP No. Revisi :


PEMERINTA Tanggal Berlaku :2
H januari 2018 PUSKESMAS
KABUPATEN Endang, S.Kep, NS DUNGKAIT
Halaman : NIP : 197808122009012004
MAMUJU

Demensia adalah sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik


progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk
1. Pengertian
daya ingat (memori), daya pikir, daya tangkap (komprehensi), kemampuan
belajar, orientasi, kalkulasi, visuospasial, bahasa dan daya nilai

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan demensia di puskesmas rangas

1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.


2. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
3. Keputusan mentri kesehatan no. 128 tahun 2004 tentang kebijakan
3. Kebijakan
dasar pusat kesehatan puskesmas
4. PERMENPAN dan RB Nomor 35 tahun 2012 tentang standar
operasional prosedur administrasi pemerintahan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 5 Tahun 2014
4. Referensi tentangpanduanpraktikklinisbagidokter di fasilitaspelayanankesehatan
primer
5. Saratan dan
Poliklinik set
Prasarana
6. Prosedur / Penatalaksanaan
langkah langkah a. Non Farmakologi
a. Modifikasi faktor risiko, yaitu kontrol penyakit fisik
sederhana seperti senam otak, stimulasi kognitif dengan
permintaan, kuis, mengisi teka teki silang, main catur
b. Lingkungan harus nyaman dan aman
c. Rencanakan aktivitas sehari-hari (mandi, makan, dan lain-
lain)
d. Ajarkan pada keluarga agar dapat mengenali barang
pribadinya, mengenal waktu, dapat menyebutkan namanya
dan nama keluarga, mengenali lingkungan, dan lain-lain
b. Farmakologi
a. Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti :
donepzil, galantamine dan rivastigmine) atau memantine
secara rutin untuk semua kasus demensia. Pertimbangkan
pemberiannya hanya pada kondisi yang memungkinkan
diagnosis spesifik penyakit alzheimer ditegakkan dan
tersedia dukungan serta supervisi adekuat oleh spesialis
7. Diagram Alur

8. Unit terkait
m
n
ia
s
e serta pemantauan efek samping oleh pelaku rawat
b. Bila pasien agresif, dapat diberikan antipsikotik dosis
rendah, sepeti haloperidol 0,5 – 1 mg/hari

Kriteria Rujukan
a. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan
lanjutan
b. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan
dirinya atau orang lain

1. Poli Umum
2. UGD
3. Pustu/Poskesdes.

Anda mungkin juga menyukai