Pemeriksaan fisik
1 Inspeksi awal pasien memperlihatkan lipatan datar pada dahi dan
lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan.
2 Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan
lateralisasi pada sisi berlawanan dengan kelumpuhan.
3 Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat
datar.
4 Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang
lumpuh.
5 Jika paralisis melibatkan hanya wajah bagian bawah, penyebab sentral
harus dipikirkan (supranuklear).
6 Jika pasien mengeluh kelumpuhan kontra lateral atau diplopia
berkaitan dengan kelumpuhan fasial kontralateral supranuklear, stroke
atau lesi intra serebral harus sangat dicurigai.
7 Jika paralisis fasial onsetnya gradual, kelumpuhan pada sisi
kontralateral, atau ada riwayat trauma dan infeksi, penyebab lain dari
paralisis fasial harus sangat dipertimbangkan.
8 Progresifitas paresis masih mungkin,namun biasanya tidak memburuk
pada hari ke 7 sampai 10.
9 Progresifitas antara hari ke 7-10 dicurigai diagnosis yang berbeda.
10 Pasien dengan kelumpuhan fasial bilateral harus dievaluasi sebagai
Sindroma Guillain-Barre, penyakit Lyme, dan meningitis.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah: Gula darah sewaktu
Penatalaksanaan
1. Karena prognosis pasien dengan Bells’ palsy umumnya baik,
pengobatan masih kontroversi.
2. Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf VII (saraf
fasialis) dan menurunkan kerusakan saraf.
3. Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset
4. Hal penting yang perlu diperhatikan:
Pengobatan inisial
a. Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk
pengobatan Bells’ palsy (American Academy Neurology/AAN,
2011).
b. Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan
fungsi saraf kranial, jika diberikan pada onset awal (ANN, 2012).
c. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama
6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
d. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali
sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis
tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
5. Lindungi mata
Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata pada siang
hari) dapat mencegah corneal exposure.
6. Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan dan
menurunkan sequele.
Kriteria Rujukan
1 Bila dicurigai kelainan supranuklear
2 Tidak menunjukkan perbaikan
7. Diagram Alur
8. Unit terkait
m
n
ia
s
e
1. Poli Umum
2. UGD
3. Pustu/Poskesdes.