Anda di halaman 1dari 4

SKIZOFRENIA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT PUSKESMAS MUNTAJI, S. KM
SEPAKU I NIP. 196704161986121002

Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya berat


Pengertian dalam menilai realita, berupa sindroma, antara lain dimanifestasikan
dengan adanya halusinasi dan waham.
Tujuan Sebagai acuan dalam tatalaksana skizofrenia
SK Kepala UPT Puskesmas Sepaku I Nomor : 93 /SEK-MUT/PKM
Kebijakan
SPK.I/VIII/2016 Tentang Standar Layanan Klinis.
a. PERMENKES No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Referensi HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Jiwa
c. Standar Pelayanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas, Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Tahun 2011
a. Stetoskop
Peralatan
b. Tensimeter
Prosedur a. Perawat melakukan anamnesa keluhan, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, riwayat gaya
hidup pasien dan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
b. Berdasarkan keluhan utama pasien, dokter melakukan penapisan
keluhan apakah merupakan keluhan yang berkaitan dengan masalah
fisik, atau psikosomatik, atau mental emosional. Gejala psikosis
antara lain berupa gangguan proses pikir, gangguan isi pikir seperti
waham, gangguan persepsi seperti halusinasi, gangguan emosi,
gangguan perilaku, gangguan motivasi, gangguan neurokognitif.
c. Dokter menegakkan diagnosis skizofrenia bila ditemukan:
1. Halusinasi (terutama halusinasi dengar); merupakan gangguan
persepsi (persepsi palsu), tanpa adanya stimulus sensori
eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indera,
yaitu halusinasi dengar, lihat, cium, raba dan rasa.
2. Waham (delusi); merupakan gangguan pikiran, yaitu keyakinan
yang salah, tidak sesuai dengan realita dan logika, namun tetap
dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan cara apapun
serta tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh : waham
kejar, waham kebesaran, waham kendali, waham pengaruh.
3. Perilaku kacau atau aneh
4. Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau
dan tidak dimengerti)
5. Agitatif
6. Isolasi sosial (social withdrawal)
7. Perawatan diri yang buruk

d. Pengelolaan kasus skizofrenia dilakukan minimal 6 bulan untuk


kasus baru dan selama 5 tahun 9 bulan untuk kasus lama
- Medikasi antipsikotik
Haloperidol :
Dosis awal : 1,5 – 3 mg
Dosis Efektif : 3-20 mg/hari, 2-3 x 2-5 mg/hari
Cara pemberian : Oral, Intramuskular untuk psikosis akut
(gaduh gelisah) 5 mg, dapat diulangi 30 menit sampai 1 jam jika
belum ada perubahan
Efek samping : sindrom ekstrapiramidal

Klorpromazin:
Dosis awal : 75 mg
Dosis efektif : 75-300 mg/hari
Cara pemberian : oral
Efek samping : hipotensi ortostatik, sedasi

Risperidon :
Dosis : 4-8 mg
Cara pemberian : Oral

Diazepam :
Dosis : 2-3 x 5 mg
Cara pemberian : oral, intramuskular

o Obat diberikan sevcara intramuscular jika dipertimbangkan


tidak dapat diberikan secara oral. Terapi dimulai secepatnya
dimulai dengan dosis rendah kemudian dinaikkan perlahan
hingga 4-6 minggu sebelum mempertimbangkan bahwa obat
tersebut tidak efektif. Haloperidol atau Klorpromazin oral
sebaiknya ditawarkan secara rutin pada orang dengan
gangguan psikotik
o Jika respons tidak adekuat dengan 1 jenis antipsikotik, kaji
ulang diagnosis, singkirkan kemungkinan psikotik akibat zat,
pertimbangkan menaikkan dosis obat atau ganti dengan
antipsikotik lain, pertimbangkan pemberian antikolinergik
(Triheksifenidil 4-12 mg/hari) untuk penggunaan jangka
pendek jika strategi tersebut gagal atau efek samping
ekstrapiramidal akut, hebat, atau mengakibatkan disabilitas.
- Konseling terapeutik kepada pasien
- Dokter melakukan edukasi keluarga 2 kali dalam satu bulan
dengan durasi 30-40 menit tiap pertemuan
e. Dokter memberikan resep obat kepada pasien dan keluarga pasien
f. Pasien dirujuk jika
- Pasien menunjukkan ide atau tanda-tanda usaha bunuh diri atau
risiko yang membahayakan orang lain
- Mengalami disabilitas berat hingga ia tidak dapat meninggalkan
rumah, merawat anak, atau melakukan aktivitas sehari-hari
- Ketika petugas puskesmas membutuhkan keahlian spesialistik
untuk mengkonfirmasi diagnosis atau melakukan terapi
spesialistik
- Ketika relasi dokter pasien sudah tidak berefek terapeutik
- Upaya yang dilakukan tidak membawa hasil yang optimal
- Gangguan fisik yang berat dari pasien
- Ketika pasien membutuhkan obat spesifik yang tidak disediakan
oleh puskesmas
- Pasien meminta untuk drujuk

Bagan Alur

a. Kemampuan berkomunikasi dengan pasien dan keluarga baik saat


Hal-hal Yang perlu melakukan anamnesis maupun saat melakukan konseling terapeutik
Diperhatikan b. Membuat pilihan terapi yang dapat diterapkan dan dipenuhi pasien
c. Melakukan informed consent
Unit Terkait Instalani Gawat Darurat, Rawat Jalan
Dokumen Terkait Rekam Medis
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi Perubahan
Rekaman Histori diberlakukan
Perubahan

Penerimaan Pasien:
Pintu Gerbang
Loket

Poli Umum

Penapisan Masalah

KASUS DARURAT KASUS NON DARURAT

TINDAKAN/PENGOBATAN

Pemberian Obat
Informed consent keluarga
Anamnesa

RAWAT OBSERVASI RAWAT JALAN


Pemeriksaan Gula Darah RUJUKAN
Sewaktu

RUJUKAN PEMULANGAN
Diabetes Mellitus

Terapi Obat
KUNJUNGAN
Modifikasi Gaya Hidup Sehat RUMAH Hipoglikemik Oral

Evaluasi GDP tiap bulan. Jika tidak membaik dalam 2-3


bulan evaluasi, regimen terapi dinaikkan. Jika OHO telah
mencapai dosis maksimal, pertimbangkan untuk rujuk ke
DokterFarmakologis
Terapi Spesialis Penyakit DalamModifikasi Gaya Hidup

Anda mungkin juga menyukai