FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016 I. KONSEP KEBUTUHAN PERSEPSI SENSORI A. PENGERTIAN PERSEPSI SENSORI Persepsi adalah kemampuan untuk merasakan, mengenali, mengelola, dan menafsirkan stimulus sensori. Persepsi sensori adalah proses memilih, mengatur, dan menafsirkan rangsangan sensorik yang membutuhkan fungsi organ utuh dan rasa, jalur saraf, dan otak. Persepsi sensori adalah proses sadar terhadap seleksi, organisasi dan mengartikan data dari indera ke informasi atau kemampuan untuk menerima kesan sensori, melalui asosiasi kortikal, menghubungkan stimuli ke pengalaman masa lalu dan membentuk kesan dasar dari stimuli. Stimulus terdiri dua tipe yaitu stimulus eksternal dan internal. Stimulus eksternal adalah stimulus yang diterima dan diproses melalui visual (penglihatan), auditpri (pendengaran), olfaktori (pembau), gustatori (perasa), dan kinestetik (sentuhan). Stimulus internal adalah stimulus yang diterima dan dipreses melalui kinestitik (kesadaran akan posisi tubuh) dan visceral (berasal dari organ dalam tubuh). Stimulus sensorik yang diterima akan dikirim menuju otak melalu jalur saraf aferen dan dari otak akan dikirim melalui jalur saraf eferen. B. PERSEPSI SENSORI NORMAL Persepsi sendori tergantung pada reseptor sistem sensorik yang mengaktifkan retikuler (RAS), dan berfungsi sebagai jalur saraf ke otak. RAS berpengaruh terhadap kesadaran rangsangan, yang diterima melalui panca indera: penglihatan, pendengaran, sentuhan, bau, dan rasa. Indra viseral dirangsang secara internal sedangkan retikular mengaktifkan RAS (Retikular Activing System). Ras bertanggung jawab untuk menyatukan informasi dengan otak kecil dan bagian otak serta organ-organ indra. Kerja RAS sangat selektif, misalnya: orang tua dapat terbangun karena mendengar suara tangisan bayinya tapi sebaliknya mereka masih dapat tertidur saat ada suara petir yang keras. C. KERJA PERSEPSI SENSORI Fungsi sensori dimulai dari penerimaan stimulus oleh indra. Indra kita mendapat rangsangan dari luar yang meliputi: pendengaran, pengelihatan, penciuman, perasa dan perabaan. Sedangkan organ reseptornya adalah mata, telinga, hidung, lidah dan ujung saraf kulit. Rangngsangan dari dalam merupakan rangsangan ujung saraf tepi dari kulit kita dan jaringan tubuh. Rangsangan yang diterima seseorang dipengarui oleh kesadaran seseorang yang dapat mempengarui organ-organ tersebut. Setelah rangsangan disalurkan kemudian ditangkap oleh RAS. D. PERUBAHAN SENSORI 1. Defisit sensori Adalah suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi sensori. Individu tidak mampu menerima stimulus tertentu ( misalnya kebutaan atau tuli ), atau stimulus menjadi distorsi ( misalnya penglihatan kabur karena katarak ). Contoh defisit sensori visual yang umum adalah presbiopi, katarak, glaucoma. 2. Deprivasi sensori Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebabkan semua stimulus sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang nyenyak, klien mampu menerima stimulus. Stimulasi sensori harus cukup kualitas dan kuantitasnya untuk mempertahankan kesadaran sesorang. Deprivasi sensori yang paling bermakna dialami klien yang melaporkan kurangnya sentuhan manusiawi. Jika seseorang mengalami suatu stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak bermakna maka akan terjadi deprivasi sensori. 3. Beban sensori berlebih Suatu kondisi dimana individu menerima banyak stimulus sensori dan tidak dapat secara perceptual tidak menghiraukan beberapa stimulus. Pada kondisi ini stimulus sensori yang berlebihan dapat mencegah otak untuk berespon secara tepat atau mengabaikan stimulus tertentu. Kerena banyak stimulus mengarah pada kelebihan sensori sehingga individu tidak lagi mempersepsikan lingkungan secara rasional. Kelebihan sensori mencegah respon yang bermakna oleh otak, menyebabkan pikiran seseorang berpacu, perhatian bergerak pada banyak arah dan menjadi lelah. Akibatnya, beban sensori yang berlebihan menyebabkan suatu keadaan yang mirip dengan deprivasi sensori. Akan tetapi kebalikan dari deprivasi , kelebihan sensori adalah individual. Jumlah stimulus yang dibutuhkan untuk berfungsi sehat bervariasi setiap individu. Toleransi seseorang pada beban sensori yang berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap, dan kesehatan emosional dan fisik. E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SENSORIA 1. Usia Bayi tidak mampu membedakan stimulus sensori. Jalur sarafnya masih belum matang. Pengelihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopia (ketidak mampuan memfokuskan pada objek dekat) dan kebutuhan kaca mata baca (biasanya terjadi dari usia 40-50) 2. Medikasi Beberapa anti biotika (misalnya : streptomosin dan gentamisin) adalah ototoksik dan secara permanen dapat merusak saraf pendengaran ; kloramfenikol dapat mengiritasi saraf optik. Obat-obat analgesic narkotik, sedatif, dan anti depresan dapat mengubah persepsi stimulus. 3. Lingkungan Stimulus lingkungan yang berlebihan (misalnya : peralatan yang bisik dan percakapan staf didalam unit perawatan intensif ) dapat menghasilkan beban sensori yanga berlebihan, ditandai dengan kebingungan, disorientasi, dan ketidak mampuan membuat keputusan. Stimulus lingkungan yang terbatas (misalnya : dengan isolasi) dapat mengarah kepada deprivasi sensori. Kualitas lingkungan yang buruk (misalnya penerangan yang buruk, lorong yang sempit, latar belakang yang bising ) dapat memperburuk kerusakan sensori 4. Tingkat kenyamanan Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi terhadap stimulus. 5. Penyakit yang ada sebelumnya Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada ektremitas dan kerusakan kognisi. Diabetes kronik dapat mengarah pada penurunan pengelihatan, kebutaan atau neuropati perifer. Stroke sering menimbulkan kehilangan kemampuan bicara. Beberapa kerusakn neurologi dapat merusak fungsi motorik dan penerimaan sensori.
II. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN KEBUTUHAN PERSEPSI SENSORI Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan persepsi sensori antara lain: 1. Pemeriksaan fisik i. Ketajaman penglihatan, dengan mengunakan kartu Snellen, atau membaca ii. Ketajaman pendengaran dengan mengobservasi percakapan yang dilakukan dengan klien, tes Weber, Rhine iii. Ketajaman terhadap bau-bauan dengan aroma yang spesifik iv. Ketajaman pengecap v. Rangsang taktil 2. Kemampuan persepsi - Kaji fungsi dari masing-masing indera : penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembau, atau perasa (vertigo, intoleransi terhadap panas/dingin). - Kaji penggunaan alat-alat bantuan seperti kacamata, alat bantu dengar, dsb., tanyakan apakah alat-alat tersebut efektif. - Kaji apakah klien secara verbal merasakan pengaruh kesulitan perseptual terhadap gaya hidup atau gambaran diri. 2. Trauma yang baru saja terjadi yang dapat mempengaruhi sistem persarafan, (seperti : jatuh atau kecelakaan lalu lintas) 3. Infeksi yang baru saja terjadi, termasuk sinusitis dan infeksi telinga atau gigi 4. Kecanggungan atau kelemahan ekstremitas dan kesulitan berjalan 5. Penyimpangan sensori (seperti: kesemutan, baal, hipersensitivitas, nyeri) atau kehilangan sensori pada wajah, badan dan ekstremitas 6. Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obat tertentu (baik yang diresepkan maupun obat yang dibeli sendiri, termasuk : dosis, jadwal pemberian, dan efek teraupetik dan yang merugikan)
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Risiko jatuh b.d. kesulitan melihat 2. Nyeri akut b.d agen injury (biologis, zat kimia, fisik, psikologis) 3. Risiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat 4. Risiko harga diri rendah situasional b.d fungsi persepsi sensori IV. ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan NOC NIC 1. Risiko jatuh b.d. Fall Prevention Behavior Fall Prevention kesulitan melihat Kriteria Hasil: Aktivitas: Definisi: peningkatan a. Klien dapat menempatkan a. Mengindentifikasi kerentanan untuk jatuh pelindung untuk kognitif atau kelemahan yang dapat menyebabkan mencegah jatuh. fisik klien yang mungkin bahaya fisik. b.Klien dapat mengatur meningkatkan potensi tinggi tempat tidur jika untuk jatuh. diperlukan. b.Mengidentifikasi c. Klien dapat mengontrol karakterisik lingkungan kegelisahan. yang mungkin d.Klien dapat menyediakan meningkatkan risiko bantuan ketika bergerak. untuk jatuh (seperti: e. Klien dapat menggunakan lantai yang licin dan prosedur berpindah yang tangga yang curam). aman. c. Menempatkan benda- benda yang mudah dijangkau oleh klien. d.Menggunakan side rails pada tempat tidur untuk mencegah jatuh. e. Menyediakan penerangan yang adekuat untuk meningkatkan penglihatan. f. Mengedukasi keluarga klien mengenai faktor risiko yang dapat menyebabkan jatuh dan bagaimana untuk mengurangi risiko tersebut. g.Membantu klien yang tidak kokoh dalam berdiri dengan ambulasi.
2. Nyeri akut b.d agen Kontrol nyeri Manajemen nyeri
injury (biologis, zat Kriteria Hasil: Aktivitas: kimia, fisik, psikologis) a. Klien dapat a. Melakukan pengkajian Definisi: menggambarkan faktor nyeri secara Pengalaman sensori dan penyebab. komprehensif meliputi emosional yang tidak b.Klien mengenali onset lokasi, karakteristik, menyenangkan yang nyeri. durasi, frekuensi, muncul akibat kerusakan Klien dapat melakukan kualitas, intensitas, dan jaringan yang aktual atau tindakan pencegahan nyeri faktor pencetus nyeri. potensial atau b.Menggunakan digambarkan dalam hal komunikasi terapeutik kerusakan sedemikian untuk mengkaji rupa (Internasional pengalaman dan respon Association for the Study klien terhadap nyeri. of Pain), awitan yang c. Mengeksplor tiba-tiba atau lambat dari pengetahuan dan intensitas ringan hingga kepercayaan klien berat yang dapat tentang nyeri. diantisipasi atau d.Menentukan dampak diprediksi dan pengalaman nyeri berlangsung <6bulan. terhadap kualitas hidup (seperti tidur, aktivitas, pekerjaan dan tanggung jawab). e. Mengkontrol faktor lingkungan yang mungkin dapat memyebabkan ketidaknyaman klien (seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan). f. Mengurangi atau menghilangkan faktor pencetus atau yang meningkatkan nyeri (seperti takut, lelah dan kurang pengetahuan). g.Mengajarkan teknik non farmakologi (seperti teknik relaksasi, distraksi) sebelum, setelah, dan jika mungkin selama nyeri, sebelum nyeri meningkat dan selama tindakan lain untuk mengurangi nyeri. h.Menganjurkan untuk tidur atau istirahat yang adekuat untuk memfasilitasi pengurangan nyeri. i. Mendorong klien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya
3. Resiko infeksi b.d Kontrol Risiko Proteksi Terhadap
pertahanan tubuh Kriteria Hasil: Infeksi primer yang tidak a. Klien dapat memonitor Aktivitas: adekuat lingkungan yang a. Memonitor tanda dan Definisi: mempunyai faktor resiko. gejala infeksi sistemik Mengalami peningkatan b.Klien dapat mengenali dan lokal resiko terserang perubahan status b.Mempertahankan teknik organisme patogenik kesehatan. aseptik c. Klien dapat memonitor c. Memeriksa kulit dan perubahan status membran mukosa kesehatan. d.Memeriksa kondisi luka operasi e. Mendorong masuknya nutrisi yang cukup f. Menganjurkan intake cairan yang cukup g.Menganjurkan istirahat yang cukup h.Mengajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke tenaga kesehatan. i. Mengajarkan klien dan keluarga bagaimana untuk menghindari infeksi.
4. Risiko harga diri Self esteem Manajemen harga diri
rendah situasional b.d Kriteria Hasil: Aktivitas: fungsi persepsi sensorik a. Klien dapat menerima a. Memonitor pernyataan Definisi: keterbatasan pada klien tentang penilaain Kerentanan terhadap dirimya dirinya berkembangnya persepsi b. Klien dapat b.Menentukan tingkat negative akan dirinya mengungkapkan secara kepercayaan diri klien akibat situasi yang baru verbal penerimaan dalam berdasarkan nilaan terjadi yang dirinya dirinya. memungkinnkan c. Klien mampu merasakan c. Membantu klien untuk mengganggu kesehatan. dirinya berharga menemukan penerimaan diri d.Doron a. K klieng untuk self- talk ldan mengungkapkan hal yang i positif tentang dirinya e setiap hari. e. Bantu n orangtua klien untuk menemukan hal yangmdisukai klien dan mendukung a untuk perkepmangan m konsep diri pyang positif, f. Monitor u ungkapan verbal negative tentang diri m klien g.Berikan a penilaian posotif terhadap r klien. g a DAFTAR PUSTAKA DeLaune, S. C., dan Ladner, P. K. (2011). Fundamentals of Nursinng: Standard and Practice (4th ed.). United States of America: Cengage Learning Dochterman, JM., Butcher, H.K., & Bullechek, GM. (Eds.). 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. St. Louis: Mosby. Gupta A., Srivastava U., Dwivedi P., Shukla V. Post-operative visual loss: An unusual complication after exploratory laparotomy. Indian J Anaesth. 2013 Mar-Apr; 57(2): 206-207. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3696278/ diakses 9 Januari 2016 pukul 21.00 Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses : Definition & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell. Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby. Muttaqin, Ajar. (2008). Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika