Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSEPSI SENSORI
DI RUANG BOEGENVIL 4 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Dasar

Disusun oleh:
Pandini Purbasari
16/406785/KU/19436

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
I. KONSEP KEBUTUHAN PERSEPSI SENSORI
A. PENGERTIAN PERSEPSI SENSORI
Persepsi adalah kemampuan untuk merasakan, mengenali, mengelola, dan
menafsirkan stimulus sensori. Persepsi sensori adalah proses memilih, mengatur, dan
menafsirkan rangsangan sensorik yang membutuhkan fungsi organ utuh dan rasa, jalur
saraf, dan otak. Persepsi sensori adalah proses sadar terhadap seleksi, organisasi dan
mengartikan data dari indera ke informasi atau kemampuan untuk menerima kesan
sensori, melalui asosiasi kortikal, menghubungkan stimuli ke pengalaman masa lalu dan
membentuk kesan dasar dari stimuli. Stimulus terdiri dua tipe yaitu stimulus eksternal dan
internal. Stimulus eksternal adalah stimulus yang diterima dan diproses melalui visual
(penglihatan), auditpri (pendengaran), olfaktori (pembau), gustatori (perasa), dan
kinestetik (sentuhan). Stimulus internal adalah stimulus yang diterima dan dipreses
melalui kinestitik (kesadaran akan posisi tubuh) dan visceral (berasal dari organ dalam
tubuh). Stimulus sensorik yang diterima akan dikirim menuju otak melalu jalur saraf
aferen dan dari otak akan dikirim melalui jalur saraf eferen.
B. PERSEPSI SENSORI NORMAL
Persepsi sendori tergantung pada reseptor sistem sensorik yang mengaktifkan
retikuler (RAS), dan berfungsi sebagai jalur saraf ke otak. RAS berpengaruh terhadap
kesadaran rangsangan, yang diterima melalui panca indera: penglihatan, pendengaran,
sentuhan, bau, dan rasa. Indra viseral dirangsang secara internal sedangkan retikular
mengaktifkan RAS (Retikular Activing System). Ras bertanggung jawab untuk
menyatukan informasi dengan otak kecil dan bagian otak serta organ-organ indra. Kerja
RAS sangat selektif, misalnya: orang tua dapat terbangun karena mendengar suara
tangisan bayinya tapi sebaliknya mereka masih dapat tertidur saat ada suara petir yang
keras.
C. KERJA PERSEPSI SENSORI
Fungsi sensori dimulai dari penerimaan stimulus oleh indra. Indra kita mendapat
rangsangan dari luar yang meliputi: pendengaran, pengelihatan, penciuman, perasa dan
perabaan. Sedangkan organ reseptornya adalah mata, telinga, hidung, lidah dan ujung saraf
kulit. Rangngsangan dari dalam merupakan rangsangan ujung saraf tepi dari kulit kita dan
jaringan tubuh. Rangsangan yang diterima seseorang dipengarui oleh kesadaran seseorang
yang dapat mempengarui organ-organ tersebut. Setelah rangsangan disalurkan kemudian
ditangkap oleh RAS.
D. PERUBAHAN SENSORI
1. Defisit sensori
Adalah suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi sensori.
Individu tidak mampu menerima stimulus tertentu ( misalnya kebutaan atau tuli ),
atau stimulus menjadi distorsi ( misalnya penglihatan kabur karena katarak ).
Contoh defisit sensori visual yang umum adalah presbiopi, katarak, glaucoma.
2. Deprivasi sensori
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebabkan semua stimulus
sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang nyenyak, klien
mampu menerima stimulus. Stimulasi sensori harus cukup kualitas dan
kuantitasnya untuk mempertahankan kesadaran sesorang. Deprivasi sensori yang
paling bermakna dialami klien yang melaporkan kurangnya sentuhan manusiawi.
Jika seseorang mengalami suatu stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan
kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak bermakna maka akan terjadi
deprivasi sensori.
3. Beban sensori berlebih
Suatu kondisi dimana individu menerima banyak stimulus sensori dan tidak
dapat secara perceptual tidak menghiraukan beberapa stimulus. Pada kondisi ini
stimulus sensori yang berlebihan dapat mencegah otak untuk berespon secara tepat
atau mengabaikan stimulus tertentu. Kerena banyak stimulus mengarah pada
kelebihan sensori sehingga individu tidak lagi mempersepsikan lingkungan secara
rasional. Kelebihan sensori mencegah respon yang bermakna oleh otak,
menyebabkan pikiran seseorang berpacu, perhatian bergerak pada banyak arah dan
menjadi lelah.
Akibatnya, beban sensori yang berlebihan menyebabkan suatu keadaan yang
mirip dengan deprivasi sensori. Akan tetapi kebalikan dari deprivasi , kelebihan
sensori adalah individual. Jumlah stimulus yang dibutuhkan untuk berfungsi sehat
bervariasi setiap individu. Toleransi seseorang pada beban sensori yang berlebihan
dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap, dan kesehatan emosional dan fisik.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SENSORIA
1. Usia
Bayi tidak mampu membedakan stimulus sensori. Jalur sarafnya masih belum
matang.
Pengelihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopia (ketidak
mampuan memfokuskan pada objek dekat) dan kebutuhan kaca mata baca
(biasanya terjadi dari usia 40-50)
2. Medikasi
Beberapa anti biotika (misalnya : streptomosin dan gentamisin) adalah
ototoksik dan secara permanen dapat merusak saraf pendengaran ;
kloramfenikol dapat mengiritasi saraf optik. Obat-obat analgesic narkotik,
sedatif, dan anti depresan dapat mengubah persepsi stimulus.
3. Lingkungan
Stimulus lingkungan yang berlebihan (misalnya : peralatan yang bisik dan
percakapan staf didalam unit perawatan intensif ) dapat menghasilkan beban
sensori yanga berlebihan, ditandai dengan kebingungan, disorientasi, dan
ketidak mampuan membuat keputusan. Stimulus lingkungan yang terbatas
(misalnya : dengan isolasi) dapat mengarah kepada deprivasi sensori. Kualitas
lingkungan yang buruk (misalnya penerangan yang buruk, lorong yang sempit,
latar belakang yang bising ) dapat memperburuk kerusakan sensori
4. Tingkat kenyamanan
Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi
terhadap stimulus.
5. Penyakit yang ada sebelumnya
Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada
ektremitas dan kerusakan kognisi. Diabetes kronik dapat mengarah pada
penurunan pengelihatan, kebutaan atau neuropati perifer. Stroke sering
menimbulkan kehilangan kemampuan bicara. Beberapa kerusakn neurologi
dapat merusak fungsi motorik dan penerimaan sensori.

II. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI


GANGGUAN KEBUTUHAN PERSEPSI SENSORI
Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat dalam hubungannya dengan pemenuhan
kebutuhan persepsi sensori antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
i. Ketajaman penglihatan, dengan mengunakan kartu Snellen, atau membaca
ii. Ketajaman pendengaran dengan mengobservasi percakapan yang dilakukan
dengan klien, tes Weber, Rhine
iii. Ketajaman terhadap bau-bauan dengan aroma yang spesifik
iv. Ketajaman pengecap
v. Rangsang taktil
2. Kemampuan persepsi
- Kaji fungsi dari masing-masing indera : penglihatan, pendengaran, pengecapan,
pembau, atau perasa (vertigo, intoleransi terhadap panas/dingin).
- Kaji penggunaan alat-alat bantuan seperti kacamata, alat bantu dengar, dsb.,
tanyakan apakah alat-alat tersebut efektif.
- Kaji apakah klien secara verbal merasakan pengaruh kesulitan perseptual terhadap
gaya hidup atau gambaran diri.
2. Trauma yang baru saja terjadi yang dapat mempengaruhi sistem persarafan, (seperti :
jatuh atau kecelakaan lalu lintas)
3. Infeksi yang baru saja terjadi, termasuk sinusitis dan infeksi telinga atau gigi
4. Kecanggungan atau kelemahan ekstremitas dan kesulitan berjalan
5. Penyimpangan sensori (seperti: kesemutan, baal, hipersensitivitas, nyeri) atau
kehilangan sensori pada wajah, badan dan ekstremitas
6. Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obat tertentu (baik yang diresepkan maupun
obat yang dibeli sendiri, termasuk : dosis, jadwal pemberian, dan efek teraupetik dan
yang merugikan)

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Risiko jatuh b.d. kesulitan melihat
2. Nyeri akut b.d agen injury (biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
3. Risiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
4. Risiko harga diri rendah situasional b.d fungsi persepsi sensori
IV. ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Risiko jatuh b.d. Fall Prevention Behavior Fall Prevention
kesulitan melihat Kriteria Hasil: Aktivitas:
Definisi: peningkatan a. Klien dapat menempatkan a. Mengindentifikasi
kerentanan untuk jatuh pelindung untuk kognitif atau kelemahan
yang dapat menyebabkan mencegah jatuh. fisik klien yang mungkin
bahaya fisik. b.Klien dapat mengatur meningkatkan potensi
tinggi tempat tidur jika untuk jatuh.
diperlukan. b.Mengidentifikasi
c. Klien dapat mengontrol karakterisik lingkungan
kegelisahan. yang mungkin
d.Klien dapat menyediakan meningkatkan risiko
bantuan ketika bergerak. untuk jatuh (seperti:
e. Klien dapat menggunakan lantai yang licin dan
prosedur berpindah yang tangga yang curam).
aman. c. Menempatkan benda-
benda yang mudah
dijangkau oleh klien.
d.Menggunakan side rails
pada tempat tidur untuk
mencegah jatuh.
e. Menyediakan
penerangan yang
adekuat untuk
meningkatkan
penglihatan.
f. Mengedukasi keluarga
klien mengenai faktor
risiko yang dapat
menyebabkan jatuh dan
bagaimana untuk
mengurangi risiko
tersebut.
g.Membantu klien yang
tidak kokoh dalam
berdiri dengan ambulasi.

2. Nyeri akut b.d agen Kontrol nyeri Manajemen nyeri


injury (biologis, zat Kriteria Hasil: Aktivitas:
kimia, fisik, psikologis) a. Klien dapat a. Melakukan pengkajian
Definisi: menggambarkan faktor nyeri secara
Pengalaman sensori dan penyebab. komprehensif meliputi
emosional yang tidak b.Klien mengenali onset lokasi, karakteristik,
menyenangkan yang nyeri. durasi, frekuensi,
muncul akibat kerusakan Klien dapat melakukan kualitas, intensitas, dan
jaringan yang aktual atau tindakan pencegahan nyeri faktor pencetus nyeri.
potensial atau b.Menggunakan
digambarkan dalam hal komunikasi terapeutik
kerusakan sedemikian untuk mengkaji
rupa (Internasional pengalaman dan respon
Association for the Study klien terhadap nyeri.
of Pain), awitan yang c. Mengeksplor
tiba-tiba atau lambat dari pengetahuan dan
intensitas ringan hingga kepercayaan klien
berat yang dapat tentang nyeri.
diantisipasi atau d.Menentukan dampak
diprediksi dan pengalaman nyeri
berlangsung <6bulan. terhadap kualitas hidup
(seperti tidur, aktivitas,
pekerjaan dan tanggung
jawab).
e. Mengkontrol faktor
lingkungan yang
mungkin dapat
memyebabkan
ketidaknyaman klien
(seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan).
f. Mengurangi atau
menghilangkan faktor
pencetus atau yang
meningkatkan nyeri
(seperti takut, lelah dan
kurang pengetahuan).
g.Mengajarkan teknik non
farmakologi (seperti
teknik relaksasi,
distraksi) sebelum,
setelah, dan jika
mungkin selama nyeri,
sebelum nyeri meningkat
dan selama tindakan lain
untuk mengurangi nyeri.
h.Menganjurkan untuk
tidur atau istirahat yang
adekuat untuk
memfasilitasi
pengurangan nyeri.
i. Mendorong klien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyerinya

3. Resiko infeksi b.d Kontrol Risiko Proteksi Terhadap


pertahanan tubuh Kriteria Hasil: Infeksi
primer yang tidak a. Klien dapat memonitor Aktivitas:
adekuat lingkungan yang a. Memonitor tanda dan
Definisi: mempunyai faktor resiko. gejala infeksi sistemik
Mengalami peningkatan b.Klien dapat mengenali dan lokal
resiko terserang perubahan status b.Mempertahankan teknik
organisme patogenik kesehatan. aseptik
c. Klien dapat memonitor c. Memeriksa kulit dan
perubahan status membran mukosa
kesehatan. d.Memeriksa kondisi luka
operasi
e. Mendorong masuknya
nutrisi yang cukup
f. Menganjurkan intake
cairan yang cukup
g.Menganjurkan istirahat
yang cukup
h.Mengajarkan klien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya ke
tenaga kesehatan.
i. Mengajarkan klien dan
keluarga bagaimana
untuk menghindari
infeksi.

4. Risiko harga diri Self esteem Manajemen harga diri


rendah situasional b.d Kriteria Hasil: Aktivitas:
fungsi persepsi sensorik a. Klien dapat menerima a. Memonitor pernyataan
Definisi: keterbatasan pada klien tentang penilaain
Kerentanan terhadap dirimya dirinya
berkembangnya persepsi b. Klien dapat b.Menentukan tingkat
negative akan dirinya mengungkapkan secara kepercayaan diri klien
akibat situasi yang baru verbal penerimaan dalam berdasarkan nilaan
terjadi yang dirinya dirinya.
memungkinnkan c. Klien mampu merasakan c. Membantu klien untuk
mengganggu kesehatan. dirinya berharga menemukan penerimaan
diri
d.Doron
a. K klieng untuk self-
talk ldan mengungkapkan
hal yang
i positif tentang
dirinya
e setiap hari.
e. Bantu
n orangtua klien
untuk menemukan hal
yangmdisukai klien dan
mendukung
a untuk
perkepmangan
m konsep
diri pyang positif,
f. Monitor
u ungkapan
verbal negative tentang
diri m
klien
g.Berikan
a penilaian posotif
terhadap
r klien.
g
a
DAFTAR PUSTAKA
DeLaune, S. C., dan Ladner, P. K. (2011). Fundamentals of Nursinng: Standard and
Practice (4th ed.). United States of America: Cengage Learning
Dochterman, JM., Butcher, H.K., & Bullechek, GM. (Eds.). 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Keenam. St. Louis: Mosby.
Gupta A., Srivastava U., Dwivedi P., Shukla V. Post-operative visual loss: An unusual
complication after exploratory laparotomy. Indian J Anaesth. 2013 Mar-Apr;
57(2): 206-207. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3696278/ diakses
9 Januari 2016 pukul 21.00
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses
: Definition & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
Muttaqin, Ajar. (2008). Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai