Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ( TAK )

MELAKUKAN SENAM POCO POCO

DI RUANG GELATIK RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

Pembimbing Klinik :

Ns. Tiurmaida Pasaribu, S.Kep

Disusun Oleh :

Manthiq Tansih Lil Hawaditsy 2011102411187

Sri Purtini 2011102411186

Raihannisa Agustina 2011102411188

Tri Wulandari 2011102411189

Windu Pahrian 2011102411191

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan proposal TAK ini dengan baik. Proposal TAK yang
berjudul “ Proposal Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) Di Ruang Gelatik RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda “ disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa II di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan proposal TAK ini
untuk kedepannya.

Samarinda, 19 September 2022

Penulis
STRATEGI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ( TAK )

A. Topik
Terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas senam poco poco

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini pasien dapat lebih menerapkan strategi pelaksanaan
Halusinasi secara fisik dan social dalam mengontrrol Halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi
b. Klien dapat mengontrol
c. Klien mengenal perawatannya pada saat terjadi halusinasi

C. Landaran Teori
1. Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi kelompok merupakan prikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
Bersama-sama dengan jalan diskusi atau sama tim yang di pimpin atau di arahkan oleh
seorang terapis atau petugas Kesehatan jiwa yang telatih ( Pedoman Rehabilitasi
Paisen Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007 ). Terapi kelompok
adalah terapi prikolog yang dilakukan secara untuk memberikan stimulasi bagi pasien
dengan gangguan literpersonal ( Yosep, 2008 ).
Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) dibagi menjadi empat yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktivitas stimulasi sensori, terali
aktivitas orientasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi ( Keliat, 2004 ).\
Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) stimulasi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok ( Keliat, 2004 )
2. Jenis Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi aktifitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu sebagai berikut:
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi Klien dilatih
mempersepsikan stimulus yang disediakan. Kemampuan persepsi klien dievaluasi
dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Stimulus yang
disediakan dapat berupa membaca artikel, majalah, buku, puisi, menonton acara
televisi.
b. Terapi ini digunakan sebagai stimulus sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi
sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secara
nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktifitas yang digunakan sebagai
stimulus adalah musik, seni, menyanyi dan menari.
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas Klien diorientasikan pada kenyataan
yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien
dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Aktifitas dapat
berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi
nyata.
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi
dengan individu yang ada disekitar klien
3. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi
pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu.
Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya
dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003)
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005)
Halusinasi adalah pengalaman paksa indra tanpa adanya rangsangan ( stimulus )
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan dari telinga padahal tidak ada
sumber dari suara-suara bisikan itu. ( Hawari, 2001 )
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada system pengindraan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu penuh atau baik. ( Nasution, 2003 )
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah ( Stuart,
2007 )
Kesimpulanya adalah persepsi klien melalui panca indra terhadap lingkungan
tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
4. Macam-Macam Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Pengelihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayanganbias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
c. Penciuman
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman sering akibat stroke,
tumor, kejang atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Penyebab
a. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa, dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan ( Keliat, 2006 ). Menurut Stuart
( 2007 ), factor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1.) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2.) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3.) Sumber Koping
Sumber koping memepengaruhi respon undividu dalam menghadapi
stressor.
b. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart ( 2007 ), factor predisposisi terjadinya halusinasi adalah :
1.) Biologis
Abnormalitas perkembangan sister saraf yang berhubungan dengan
respon neurologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan
oleh penelitian-penelitian berikut :
a.) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otang yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b.) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamine
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c.) Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil ( cerebellum ). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi ( post-mortem ).
2.) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3.) Sosial Budaya
Kondisi social budaya mempegaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik social budaya ( perang kerusuhan, bencana alam ) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
6. Tanda dan Gejala
a. Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara.
Klien masih mampu mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun
intensitas persepsi meningkat. Klien ; tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakka bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang
lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening: pada halusinasi. Pemikiran internal
terjadi menonjol, gambaran suara dan sensai halusinasi dapat berupa bisikan yang
tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain. Perilaku klien :
meningkatnya tanda-tanda system sarafotono seperti peninkatan detak jantung dan
tekanan darah. Klien asyik dengan halusinsinya dan tidak bisa membedakan dengan
realitas.
c. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengintrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya dengan halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan
tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempatt / conquering / panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelummnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi. Perilakunklien : perilaku terror
akibat panik, poyensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.

D. Seleksi Klien
1. Kriteria Pasien
a. Pasien dengan halusinasi yang sudah kooperatif
b. Pasien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
c. Pasien bisa beraktivitas,
d. Pasien yang bersedia mengikuti TAK
2. Antisipasi Masalah
a. Sebelum kegiatan di laksanakan, perawat memberi kesempatan kepada setiap
peserta untuk ke toilet
b. Fasilotator memotivasi peserta yang tidak perpartisipasi
c. Menjaga pintu keluar untuk mengantisipasi klien melarikan diri dari tempat
kegiatan
3. Peserta TAK
Pasien yang mengikuti kegiatan berjumlah .. pasien yang berasal dari Ruang
Gelatik RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda :
E. Pengorganisasian
1. Metode Terapi Aktifitas Kelompok ( TAK )
Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok ( TAK ) ini adalah metode :
a.) Perkenalan diri pasa seluruh perawat
b.) Menanyakan perasaan klien pada saat terapi berjalan
c.) Melakukan aktivitas senam poco-poco
2. Waktu Pelaksanaan
Hari / tanggal : Kamis, 22 September 2022
Jam : 09:00 Wita
Durasi : 30 Menit
Kegiatan : Melakukan Senan Poco Poco
Tempat : Lapangan Halaman Depan Ruang Gelatik
3. Media dan Alat
a.) Sound musik
b.) Buku catatan dan sepidol
4. Susunan Pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan anggota kelompok yang telah
di sepakati sebagai berikut :
a.) Leader :
b.) Co.Leader :
c.) Fasilitator 1 :
d.) Fasilitatir 2 :
e.) Observer 1 :
f.) Observer 2 :
4. Uraian Tugas Pelaksana
a.) Leader :
1.) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
menyiapkan proposal kegiatan TAK
2.) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
3.) Mampi memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertiib
menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
b.) Co.Leader :
1.) Mendampingi leader
2.) Menjelaskan aturan permainan
3.) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
4.) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah
di buat
5.) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses
terapi
c.) Fasilitator :
1.) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung ikut serta dalam kegiatan
kelompok
2.) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
d.) Observer :
1.) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2.) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatan
3.) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan
4.) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam permainan
5. Setting Tempat
a.) Terapis dan klien duduk Bersama dalam lingkaran
b.) Ruangan yang nyaman dan tenang
L Co.L

P P P

F F
P P P

O O

Keterangan :

: Leader
L

Co.L
: Co. Leader

F : Fasilitator

O
: Oberver

: Pasien
P
F. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan

a. Membuat kontak dengan anggota kelompok

b. mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1.) Salam dari leader kepada klien.
2.) Leader memperkenalkan diri dan anggota kelompoknya seperti co leader,
fasilitatir dan observer serta menyebutkan nama panggilan leader dan
anggotanya
3.) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Evaluasi/validasi
1.) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1.) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan di laksanakan yaitu mengenal
pengalaman halusinasi
2.) Leader menjelaskanaturan main, sebagai berikut :
a.) Lamanya kegiatan 30 menit
b.) Setuiap klien mengikuti kegiatan dri awal sampai selesai
d. Fase Kerja
1.) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
halusinasi tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, perasaan klien
pada saat terjadi halusinasi dan jenis halusinasi.
2.) Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi. Kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, perasaan klien saat terjadi halusinasi. Klien di
minta untuk berdiri pada garis yang telah ditentukan, setelah itu co leader akan
memainkn lagu dan pasien akan melakukan senam poco poco.
3.) Beri pujian pada klien yang melakuka dengan baik
e. Fase Terminasi
1.) Evaluasi
a.) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikutib TAK
b.) Leader memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2.) Tindak Lanjut
a.) Leader meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan
perasaannya jika terjadi halusinasi
3.) Kontrak yang akan datang
a.) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
b.) Menyepakati waktu dan tempat
f. Antisipasi Masalah
1.) Tata Tertib
a.) Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
b.) Peserta berpakaian rapi dan bersih
c.) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti
terapi aktivitas kelompok
d.) Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
e.) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas
kelompok berlangsung
f.) Jika ada pertanyaan peserta boleh mengangkat tangan dan berbicara setelah
di persilahkan
g.) Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
h.) Anggota haris bersikap terbuka
i.) Waktu selesai sesuai dengan yang sudah disepakati

G. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Oroentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi semuanya ?”
“ Perkenalkan kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur, nama saya … saya paling suka di panggil … dan di ujung kanan
saya ada …. Dia suka di panggil … disebelahnya ada … dia suka
dipanggil…. Disebelah ujung kiri ada …. Dia biasa di pangil … dann
disebelahnya ada … di panggil … dan yang di belakang ada … biasa di
panggil … dan terakhir ada … biasa di panggil …. “
“ Saya ingin tahu nama-nama bapak-bapa k yang ada di ruangan ini, dari
yang ujung kanan siapa Namanya? Biasanya palisng suka di panggil siapa
?”
b. Evaluasi atau Validasi
“ Bagus semuanya, ngomong-ngomong bagaimana perasaannya bapa-bapa
hari ini?”
c. Kontrak
“ Bagus kalau begitu bapa sekalian semuanya masih mengingatnya,
baiklah pada terapi aktiitas kelompok kali ini kita akan mengenal
pengalaman halusinasi”
“ Baiklah semuanya saya akan membacakan peraturan aktivitas hari ini
1.) Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
2.) Peserta berpakaian rapi dan bersih
3.) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama
mengikuti terapi aktivitas kelompok
4.) Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5.) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas
kelompok berlangsung
6.) Jika ada pertanyaan peserta boleh mengangkat tangan dan berbicara
setelah di persilahkan
7.) Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8.) Anggota haris bersikap terbuka
9.) Waktu selesai sesuai dengan yang sudah disepakati
2. Fase Kerja
“ Baiklah semuanya kegiatan ini kita mulai “
“ Kami akan melakukan aktivitas senam poco poco yah pak yang bertujuan untuk
menyehatkan dan menyegarkan tubuh bapak bapak sekalian yah“
“ Baiklah kalau bapa-bapa sekalian setuju mari kita mulai senam poco-poconya yah
pak”
“ Baiklah kalau pengalaman halusinasi muncul lagi kalian bisa melakukan
menghardik dengan cara jika bapak melihat atau mendengarkan sesuatu kalian hahrus
berbicara dengan keras huss.. pergi dari saya .. jangan dekat-dekat saya kalian palsu..
atau Ketika sedang makan kemudian pengalaman halusimasi bapa sekalian datang
maka bapak harus bilangg makanan ini enak, sangat.. sangat enak… begitu di ulang-
ulang sampai suara dab bayangan itu tidak terdengar atau tidak Nampak lagi, apakah
bapak semuanya sudah paham?”
“ Bagus kalau sudah paham, coba bapa peragakan! Nah begitu.. bagus ! coba lagi..
bagus bapa semua sudah bisa menghardik, ingat kalau pengalaman halusinasi muncul
lagi lakukan cara menghardik seperti yang kami ajarkan.”
3. Fase Terminasi
a.) Evaluasi
“ bagaimana perasaan bapak -bapak setelah melakukan senam poco poco ini?”
b.) Kontrak yang akan datang
“ terimakasih bapak -bapak telah meluangkan waktunya untuk hari ini, untuk
pertemuan yang akan datang akan dibahas cara untuk mengontrol halusinasi
dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang lain yah pak”


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34598749/PROPOSAL_TAK_HALUSINASI_docx ( diakses
pada tanggal 17 September 2022, jam 15.00 )

https://www.academia.edu/35820092/PROPOSAL_TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPOK_HA
LUSINASI ( diakses pada tanggal 17 September 2022, jam 20. 00 )

Jurnal Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien Halusinasi Di Yayasan
Pemenang Jiwa Sumatera ( diakses pada tanggal 17 September 2022, jam 21. 20 )

Anda mungkin juga menyukai